Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Friday, December 28, 2007

Dingiiiiiinnnn.....

Tumben...Depok dingin seharian ini.
Angin bertiup kencang,
Udara bersih dari polusi,
Matahari malas menampakkan kegaharannya,
Seakan bilang, ini bukan hariku

Coba.....Depok begini terus.
Enaknya buat gue doang kali
Baik untuk kesehatan gue
Tapi gak baik untuk jemuran orang

Kutahu Depok gak akan begini tiap hari
Jadi kunikmati saja hari ini
Sebanyak-banyaknya berada di luar
Menikmati angin yang dingin menusuk tulang

Untung....Depok tidak seperti ini tiap hari
Kalau gini tiap hari, lha kapan aku duduk manis di meja
Memelototi pekerjaan yang tidak kunjung selesai
Satu kelar yang lain sudah menunggu

Jadi...biar saja orang terheran-heran melihatku
Menikmati hari ini di luar
Kalau saja mereka tahu
Depok hari ini seperti New York (berlebihan...)
Atau paling tidak seperti Melbourne-lah...


Kampus UI Depok, 28 Des '07
Inspired by Iin's poem :-P

Wednesday, December 26, 2007

Dilema

Barusan menerima email dari seorang mahasiswa pascasarjana UGM yang ingin memiliki softcopy tesisku karena kebetulan topik tesisnya sama. Dilema euy....aku memang menyimpan sebuah softcopy tesis utuh hasil scan berjamaah beberapa waktu lalu.

Kalau orang itu adalah mahasiswaku, or at least berada di lingkungan UI, dengan serta merta aku akan memberikannya. Hardcopy tesisku sudah cukup panjang perjalanannya menginap di sana di mari, karena ada kebijakan di perpustakaan tidak meminjamkan tesis/disertasi, sehingga mahasiswa langsung ke sumbernya. Nasib softcopynya pun tak jauh beda. Dicopy di sana di mari, sampai-sampai aku tak tau lagi sudah berapa banyak orang yang mengutip tesisku.

Beberapa waktu yang lalu ada mahasiswa pascasarjana Untar yang mantan mahasiswa UI menghadap aku untuk minta ijin karena memiliki tesisku entah darimana. Wah baik sekali...aku bantu dia dengan memberikan alat ukurku yang lengkap, and in return, dia memberikan sebuah artikel tentang big five personality lengkap dengan alat ukurnya yang berbeda dengan alat ukur yang aku punya. See...ada manfaatnya, sudah di-cite, dikasih artikel pula.

Mahasiswa UGM ini, gimana ya? Kalau kebijakan di perpustakaan tentunya sudah melarang memberikan tesis utuh. Yang aku dengar dari perpustakaan UI, hanya bisa meng-copy 10 halaman pertama (bener gak sih?) Tapi gak tega juga memberikan cuman 10 halaman pertama, hanya sampai ucapan terimakasih kali....hehehe.

Tapi kalau pun tidak diberikan, mungkin dia akan mendapatkannya dari pihak lain. Aku pernah mendapatkan seorang mahasiswa Unair mengutip hasil penelitian tesisku dan tulisan dia kebetulan dipublish di internet. Boleh juga sih...hanya saja, namaku salah ketik (hiks... sedihnya).

Piye ya? Aduh dilema nih....aku ingin memberikannya...di samping karena ada bibit-bibit narsis pada diriku (kekekeke), sebagai seorang scholar tentunya terikat ethical conduct membantu other scholars, bukan?

Hmmmm...oke....aku akan bantu dia. Duh, terimakasih jurnal...kau membantuku memutuskan sesuatu :-P

Iseng lagi....

Natal sudah lewat, tema "Merry Christmas" mendadak sudah jadul. Menyambut ulang tahunku in my world of 30 something 3 bulan lagi, picking Pisces theme is quite cool. Hmmmm....sometimes doing this small thing during vacation is very fun.

Couple of days ago KC contacted me. It was a very surprise email, since we never in contact for quite a long time, more than a year! It was a merry christmas card .

I replied him, and within minutes he replied me! Wow....for a busy man like him, exchanging emails like chatting in a real world is almost impossible. I took the opportunity to make him clear of my preparation for doctoral degree. He encouraged me and offered me some help. Oh, so sweeeet...I already have a professor to recommend me :-) Now I'm thinking of going to Carlisle to do whatever, just to meet KC.

He had this wrong feeling about Aten, that Aten didn't contact him since he wasn't interested in paper collaboration. I made clear of that, and accordingly he dropped me a message to forward to Aten. Sssshhhhh...if only I didn't make clear of that. But he offered me the third authorship for paper collaboration. Mauuuuuuuuuu....I'll kill Aten if he doesn't want to do it. Apa aja gw lakuin, yang penting bisa ngobrol terus sama KC. Just like what Bryan Adams says, "Everything I do, I do it for you..." Halah!

Saturday, December 22, 2007

Iseng

Merry Christmas!!! Hehehe...site-ku ini meriah sekali. Hasil dari browsing gak genah membunuh waktu karena gak bisa bobo.

Gue nyampe Bandung sekitar jam 12-an. Dari Depok jam 9.15. Cepet jugalah...yang lama malah di Cipagantinya. Si Etha berubah pikiran, gak mau dijemput. Ya sudah, gue bersolo karier sampai Ciumbuleuit. Ngantuk, capek, dan backache. Datangnya hampir berbarengan sama keluarga Mas Zardi yang berangkat fullteam.

Sebentar menyambut Hafiz yang makin ndut, ngantuk. Tas masih di mobil, malas ambil. Lagipula backache kan? Tapi instead of taking a nap, I end up here...looking for I don't know what, gak jadi ngantuk. Damn.

Tapi lucu kan layout mp gue? Baru nyoba2 customize...jadi kalau layout-nya terlalu norak...namanya juga beginner. Jadi amatir juga ada tahapan beginner-nya kan?

Dah ah...mo usaha take a nap dulu...

Monday, December 17, 2007

Things I don't like being checked up

Sudah sebulan yang lalu aku disuruh cek fisik (mobil kaleeee...) sama fakultas (untung bukan cek mental!) Malaaaaaasss....sampai akhirnya aku mendapatkan teguran karena tidak kunjung melakukan cek up. Akhirnya hari Jumat yang lalu aku nyerah.

Pagi-pagi kuberikan cap jariku di mesin yang sopan banget. Setiap kali aku tunjukkan jempol kananku, selalu dibalas dengan "Thank You". Kalau dia lupa bilang thank you, that means something wrong with your finger. Setelah menunjukkan jariku, kularikan si Timmy ke PKM (Pusat Kesehatan Mahasiswa).

Sampai di PKM, aku yang tadinya sehat-sehat saja mendadak merasa sakit. Bagaimana gak sakit, aku duduk di antara mahasiswa bertampang kuyu dan tidak mandi (jarang-jarang orang sakit mandi, apalagi mahasiswa). Secara psikologis pemandangan itu tidak sehat. Kalau dokter dan paramedis bisa sakit hanya dengan melihat pemandangan itu, sekolah mereka gak bener.

Karena ada masalah dengan rektorat atau semacamnya, cek darah lengkap dan urine sudah tidak bisa dilakukan lagi di PKM. Hanya rontgen yang masih dapat dilakukan di PKM. Untuk cek darah dan urine aku terpaksa dirujuk ke laboratorium terdekat. Dokter memberikanku surat pengantar ke lab, yang artinya aku harus puasa minimal 10 jam sebelum ambil darah dan urine besoknya.

Sabtu pagi jam 9 aku ke lab Medika yang tidak terlalu jauh dari rumah, tapi karena macet banget (Margonda is like hell on weekends) jadi terasa jauuuuhh banget. Sampai di sana langsung cek urine dan cek darah yang mengerikan itu (aku amat sangat tidak suka jarum suntik).

Setelah diambil darahnya (eh sebetulnya gak sakit-sakit amat sih, tapi teteupp...aku ndak suka jarum suntik!!), aku disuruh makan dan balik lagi 2 jam setelah makan. Ohya, hari itu hari ketiga aku haid, jadi sebetulnya tidak boleh cek urine. Tapi aku memaksa dibolehin, kalau ada anomali kan bisa dikasih keterangan pasien sedang haid.

Aku memutuskan mencari makan di sekitar lab, dan jalan-jalan aja di sana sampai 2 jam berikutnya. Kebetulan ada Donatello di samping lab. Ternyata kurang dari 1/2 jam sudah kelar melihat-lihat (dan membeli heehhehehe...women!).

Keluar dari Donatello, di seberangnya ada travel agent. Iseng-iseng masuk, nanya international flight ke India. Eh ada...tapi waktu ditanya domestic flightnya India, gak ada. Ya sudah...meskipun dah 1/2 jam di dalam, aku keluar saja. Kalau travel agent itu bisa menyelesaikan masalahku sampai ke Goa (aku masih belum menemukan domestic flight dari Delhi ke Goa), pasti akan kupakai dia meskipun harga tiket SQ-nya lebih mahal dibandingkan membeli online.

Masih sejam lagi. Masya Allah...kalau ditunggu-tunggu kok waktu itu lambat sekali berjalan ya? Sekitar 200 meter ada Melawai. Ke apotik saja deh beli multivitamin. Kebetulan vitamin2ku sudah habis. Agak lama di Melawai, ngobrol ngalor ngidul sama mbak-mbak SPG (sebelum ini belum pernah aku lakukan).

Setengah jam kemudian keluar dari Melawai. Masih ada setengah jam lagi. Balik saja ke lab, dan baca-baca di sana. Kebetulan aku bawa majalah marketing bulan november yang belum sempat dibaca. Sampai di lab, duduk dan menghadapi majalahku. Eeehh ketiduran...:-P

Terbangun 15 menit kemudian karena kaget ada anak yang heboh nabrak pintu kaca. Menunggu 15 menit rasanya seperti 15 jam. Sudah tidak nafsu lagi baca majalah.

Akhirnya dua jam itu datang juga. Segera kuulurkan tangan ke mbak-mbak vampire. Duh malah disuruh cek urine lagi. Serius amat pemeriksaan ini. Karena aku memang sedang ingin pipis, kuambil saja wadah urine-nya, dan pipis lagi. Masih jernih, tapi warnanya lebih kuning daripada yang pertama. Pasti karena tadi aku makan soto ayam dan minum es sari tebu.

Setelah itu tes darah. Karena mbaknya cuman butuh sedikit darah, kali ini tidak perlu disedot pakai jarum suntik. Cukup di ujung jari. Tapi karena darah yang keluar sedikit, ujung jari kedua dilukai. Terserah si mbaknya deh. Yang penting aku cepat pulang.

Sebelum pulang, mampir dulu di Berkat beli mie goreng sea food buat makan siang. Sampai di rumah, entah kenapa kepalaku penuh genderang. Damn...aku lupa beli neuralgin. Kuputuskan tidur saja. Sejam kemudian aku merasa sekujur tubuhku dingin, padahal udara sedang gerah. Mungkin karena belum makan siang.

Beranjak ke dapur untuk makan mie goreng yang kubawa. Kuambil 1/8nya, tapi tak habis setengahnya. Bayangkan betapa sedikitnya yang masuk ke mulut. Mual sekali. Lalu ke kamar lagi, tidur sampai jam 7 malam. Bangun untuk mandi dan tidur kembali. Aku gak boleh sakit, karena besok mau menghadiri resepsi pernikahannya Aria.

Hari minggu kutenggak multivitamin yang baru beli di melawai. Seharian merasa segar. Bisa ke resepsinya Aria, meskipun cukup telat tapi masih ketemu Pak Rum dan Pak TT yang sedang cari istri kedua karena istri pertamanya sudah dicerai (istri pertamanya itu perusahaan!). Sayang pak, hobi kita beda. Sudah pernah dibahas sebelumnya. Pak Rum mengemukakan teori kemiripan profil antara dua sejoli, entah mau nyinggung kita atau tidak, tapi menurutku teori Pak Rum belum jelas.

Seharian aku merasa fit, tapi malamnya dapat nightmare! Menjelang tidur, tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang memegang kepalaku erat, dan membisikkan sesuatu yang bunyinya tidak jelas, seperti angin, wash..wosh...wash...wosh....Aku gak ngerti, lalu kupanggil mamaku "Mama...mama..." (entah kenapa, kalau lagi susah yang teringat cuman mamaku). Aku ketakutan setengah mati.

Lalu aku ingat belum berdoa. Rada insyaf aku berdoa, dan berteriak padanya "Pergi!"
Dia pergi dan aku terbangun, kebingungan dan ketakutan. Pelan-pelan kurebahkan kembali kepalaku di bantal, dan aku rasakan tangan kiriku sakiiiit sekali. Apa yang terjadi??? Entahlah. Sangat metafisis, tapi rasanya nyata.

Senin pagi aku mampir ke lab. Bertanya apakah ada hal-hal yang aneh pada hasil labku. Katanya semuanya normal kecuali satu, asam urat! Olala...kecil-kecil kok udah kena asam urat (aku masih saja menganggap diriku masih kecil...anak kecil di dalam tubuh orang dewasa). Ada yang aneh juga di lekosit dan eritrosit, tapi kata mbaknya itu karena aku sedang haid. Ya sudahlah...

Tiba-tiba kepalaku sakit. Tiba-tiba aku merasa seluruh persendianku sakit. Tiba-tiba aku merasa ada yang tidak beres dengan darahku. Tiba-tiba aku merasa ginjalku tidak beres. Akhirnya aku merasa otakku jadi tidak beres. Aku jadi paranoia hanya gara-gara cek up. Itulah alasan mengapa aku tidak suka cek up.

Friday, December 14, 2007

Mahasiswa yang menyebalkan!!!

Kenapa mahasiswa itu, dari dulu sampai sekarang kelakuannya suka menyebalkan ya? Dulu waktu jadi mahasiswa, aku memang menyebalkan. Kalau bimbingan skripsi dan tesis, suka menghilang. Timbul tenggelem, istilah pembimbingku. Timbulnya sebentar, tenggelamnya lamaaa...Alasanku waktu itu, kalau udah tenggelam kan perawatannya lama. Jadi lama baru muncul lagi. Tapi aku tak pernah ingin membuat pembimbingku susah. Karena aku tau kalau lagi bikin tugas akhir, harus dari diri sendiri sih! Kalau sendirinya gak usaha ya tidak akan selesai. Mana ada pembimbing yang bikinkan tesis. Iya tho?

Begitulah yang terjadi sekarang. Sudah dikasih perpanjangan waktu sampai 1 semester, baru datang akhir semester. Sudah tau kalau semester ini adalah kesempatan terakhir, eee gak takut2nya. Apa dia gak tau kalau UI sudah beberapa tahun ini galak banget. Gak selese? DO aja....

Awal bulan lalu gue masih beri kesempatan untuk memberikan tulisan pertama. Maksud gue tadinya, kalo gak selese lagi sampai akhir semester ini, masih bisa minta perpanjangan satu semester lagi dengan jaminan surat dari pembimbing. Dia gue tuntut kasih tulisan dalam 1 minggu (pembimbing 1-nya dah kehabisan akal menghadapi mahasiswa ini, jadi menyerahkan dia sepenuhnya ke tangan gue - btw gue pembimbing 2 dia). Dia jawab apa? Mau ke Bali dulu 5 hari. Terbengong2lah gue. Tapi teteeep gue bilang ke dia,"Bola ada di tangan Anda, kalau Anda mau lulus coba kasih tulisan dalam seminggu ini, mungkin bisa dikerjain di airport, ato lagi di pesawat, ato di sela-sela pekerjaan Anda. Email ke saya tulisannya. Jangan cuman kasih model saja. Ada bab 1-nya saja saya sudah seneng kok". Lalu dia berjanji kasih tulisan dalam seminggu dan pamit.

Minggu lalu dia kirim sms panjaaaaang sekali tentang keluhannya tidak mampu mencari literatur yang diminta oleh pembimbing 1. Gue cuekin sms dia, soalnya tidak sopan nanya-nanya di sms. Gue kan minta tulisannya, bukan smsnya. Dan gue mintanya udah dari sebulan yang lalu. Lalu dia sms lagi, minta ketemu. Sayangnya, waktu kita gak klop. Sampai saat wafatnya Pak Fuad, memang gue kebanyakan acara di Jakarta, bukan di kampus. Tapi gue minta dia nunggu gue di kampus, gue mampir deh di kampus sehabis acara. Tapi dia nunggunya entah di mana. Emang gak jodoh kali ya. Sampai sekarang dia hilang lagi. Gue bilang ke pembimbing 1-nya, gak mau jadi pembimbingnya lagi. Pembimbing 1nya juga bilang gak mau jadi pembimbing dia lagi, karena dia tidak tepati janji. Aduuhhhh...mendadak kasihan sama anak itu.

Gue bukan orang yang sulit. Dibanding dosen lainnya, gue termasuk yang sangaaaat baik dalam membimbing mahasiswa. Beneran! Tanya saja mereka-mereka yang pernah dibimbing sama gue. Bahkan gue rela diganggu ketika sedang konferensi, karena gue tau mereka sudah berjuang sampai harus melakukan unpaid leave dari kantornya. Tapi mereka sungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang hanya tinggal beberapa bulan lagi. Gue hargai mereka. Dan mereka semua bisa lulus dengan baik.

Jadi bukan salah gue tho? Gue tidak pernah lupa bagaimana rasanya jadi mahasiswa. Memang sulit membagi waktu, apalagi kalau sudah bekerja. Tapi...sapa suru kuliah lagi??? Mengutip kata suhuku Alm. Fuad Hassan,"Tidak semua orang harus ambil S2, S3 agar sukses dalam hidup ini" Apalagi ambil Sains!!

Dah, agak lega sedikit....

Tuesday, December 11, 2007

Ali Baba in India :-)

Akhirnyaaaaa....setelah menunggu sekian lama sambil deg-degan, aku mendapatkan berita baik dari Sonia bla bla bla, asisten profesor ketua komite akademik BABA yang menyeleksi berkas-berkasku. Berita yang tadinya membingungkan karena dia salah kirim (huh...dasar orang Asia), yang dia kirimkan adalah letter of acceptance dan letter of invitation buat seorang peserta dari Bangladesh yang juga lolos seleksi. Kan aku binguuuung...di cover emailnya bilang Miss Debora Eflina, tapi di attachment nama orang lain yang namanya panjaaaaang kayak gerbong kereta api.

Untungnya si Sonia ini cepet ngerti kalau salah (gak sia-sia dia jadi asisten profesor), jadi dia kirim ulang attachment yang bener dengan cover email minta maaf. Ya ya...aku maafkan....

Di invitation letternya, aku diminta segera mengurus tiket return yang murah meriah (katanya they would appreciate it if I choose an economy class to save the programme cost. hehehe). Sayang sekali Air Asia belum sampai India, jadi aku harus cari penerbangan lain. Budi, orang pertama yang aku kabarkan berita baik ini, menyarankan aku ambil SQ karena perjalanan bakal lama. Aku ndak punya other second opinion, karena jarang sekali orang-orang dari kantorku ini yang pernah ke India. Bahkan Bang Hamdi yang doyan banget keliling dunia, belum pernah ke India. Aha....aku akan bikin iri Bang Hamdi....

Kalau ada rekan2 yang berpengalaman pergi ke India, tolong aku diberi advis ya....aku punya seorang kakek yang pernah tugas cukup lama ke India sih, tapi ada beberapa alasan mengapa aku gak berani minta advis dia. Satu, dia sudah lamaaaa sekali tugas di sana, sekitar tahun 70-an sampai 80-an. Kedua, tentunya dia pakai pesawat punya TNI-AU karena dia dari angkatan udara. Ketiga, aku takut sekali datang ke rumahnya, karena berulang kali ingkar janji ke beliau. Beliau ini sayang sekali sama aku, tapi tidak pernah bisa menahan omelannya karena aku ke rumahnya cuman sempat setahun sekali (itupun Insya Allah). Datang salah, gak datang lebih salah lagi. Mendingan gak datang, paling-paling yang diomelin bapak mamaku yang nggak ngajarin anak-anaknya berkunjung ke rumah sanak saudara. Hehehe....

Baba retreat yang akan diselenggarakan oleh Nippon Foundation pada bulan Februari mendatang diselenggarakan di Goa, sebuah daerah di pantai barat India yang berbatasan dengan Laut Arab. Sepertinya tidak ada international flight yang langsung ke Panaji (capital city of Goa), apalagi dari Jakarta. Jadi aku harus cari penerbangan Jakarta - New Delhi dan New Delhi - Panaji, return! Ribet kali. Kenapa sih komitenya tidak pilih New Delhi saja. Atau Nepal sekalian, supaya bisa langsung maen ke gunung Himalaya. Hehehe...diterima aja udah syukuuuuurrr...

Pesertanya 25 orang dari 13 negara. Berarti rata-rata 2 orang dari tiap negara. Mudah-mudahan ada orang Indonesia lain supaya aku tidak mengalami sindrom all alone selama seminggu. Tapi kata Budi kayaknya Isamu akan datang, karena waktu BABA Beijing dia nongol sebagai observer. Aaahhh..senangnyaaaa....Meski dia orang Jepang, I feel at home kalo ada dia. Biasanya, kalau ketemuan dia akan minta diajarkan bahasa Indonesia. Isamu sedang belajar bahasa Indonesia dengan gencar, sedangkan aku ingin belajar bahasa Korea dengan gencar. Gak nyambung yak? Hehehe....

Dah ah...mo periksa hasil ujiannya mahasiswa Depag dulu. Aku harus cepat-cepat kasih nilai kata koordinatornya. Ohya, kemarin aku titip buku seharga 18 ribu rupiah (cuman satu pound lebih dikit!) untuk dibelikan seorang teman yang mau balik dari London. Gak sabar pengen liat used book dari amazon london itu. Dulu pernah titip sama Iin dari amazon new york, used book tampilannya kayak buku baru! Iin...kapan rela dititipin lagi? Lagi getol2nya nyari used book nih.

Monday, December 10, 2007

In Memoriam: Prof. Dr. Fuad Hassan

Hari Jum'at, 7 Desember 2007, pukul 15.40 sedang berlangsung FGD di Balai Kartini. Aku dan Pak Wilman sedang memimpin sebuah kelompok diskusi yang berisi orang-orang dari Mabes Polri dan beberapa dari organisasi profesi dan LSM untuk memperoleh masukan bagi Pedoman Pengawasan Seleksi Bintara Polri. Tiba-tiba Pak Wilman membisiki sesuatu di kupingku, yang rasanya bukan seperti bisikan, tapi halilintar! Katanya, "Pak Fuad meninggal". Reaksiku cuman ini,"Hah?! Meninggal???" lalu bengong.

Harusnya kami sudah bersiap diri sejak beberapa bulan yang lalu, ketika beliau sudah bolak-balik masuk rumah sakit, bolak-balik masuk ICU, dan tidak pernah muncul lagi di kampus. Foto di atas adalah foto kemunculan terakhir beliau di kampus pada bulan Februari yang lalu. Beliau terlihat sedang melakukan pengecekan pada draft buku yang sedang kami kerjakan. Setelah itu, Pak Fuad tidak pernah muncul lagi di kampus, dan berdiskusi tentang berbagai macam persoalan yang sedang dihadapi bangsa ini, termasuk tentang Malaysia.

Mengenai Malaysia ini, Pak Fuad punya pendapat pribadi yang cukup ekstrim, bahwa Malaysia tidak akan pernah mendahului Indonesia. Kalau sekarang yang terlihat Malaysia seperti meroket sedangkan Indonesia jalan di tempat, menurut Pak Fuad itu hanya fenomena sesaat. Indonesia jauh lebih unggul daripada Malaysia, meskipun Indonesia sedang "tertidur", dan itu akan terbukti dalam beberapa tahun ke depan. Begitulah menurut beliau.

Mengenai Amerika Serikat, Pak Fuad juga tidak terlalu suka. Contohnya, waktu aku mengumpulkan bahan-bahan tentang higher education in USA and Europe, beliau lebih suka aku menerjemahkan bahan tentang pendidikan tinggi di Eropa. Beliau tidak suka Amerika, even walaupun tradisi higher education Amerika berasal dari Britain. Jadi kerepotanlah kami mencari bahan-bahan tentang higher education di Eropa, karena kalau mengandalkan internet, paling banyak dapat dari Amerika.

Hal lain yang aku ingat tentang beliau adalah daya ingatnya yang sangat tinggi. Pernah suatu kali, karena penglihatannya yang sudah sangat menurun, beliau mendiktekan sesuatu untuk buku yang sedang kita kerjakan. Karena menurutku bahasa Pak Fuad tidak to the point, aku mengubah kalimatnya tanpa mengurangi maknanya. Seminggu kemudian, beliau minta dibacakan lagi bagian dari buku hasil diskusi minggu lalu. Waktu kubacakan, komentar beliau adalah "Debby ubah kalimatnya ya?" Maka kujelaskan alasanku mengubah kalimatnya. Sejak saat itu, kalau ingin mengubah kalimatnya, aku minta ijin dulu, dan tentunya harus ada argumentasinya. Hehehehe....

Lain waktu, ada calon mahasiswa S3 yang ingin minta letter of recommendation dari beliau. Calon ini dulunya adalah mantan mahasiswa yang tesisnya dibimbing beliau. Pak Fuad masih ingat tentang mahasiswa ini lengkap dengan kemampuannya yang menurut beliau pas-pasan untuk jadi scholar, dan kengeyelan-nya yang tidak tepat. Maka dari lubuk hati yang paling dalam, beliau tidak ingin membuatkan recolet untuk calon mahasiswa ini. Ketika Pak Fuad bertanya padaku apakah recolet itu bisa sampai senat akademik universitas (SAU), aku bilang bisa saja kalau SAU mau lihat. Lalu saranku, Pak Fuad cukup menolak memberikan recolet untuk calon mahasiswa itu kalau tidak mau.

Tapi Pak Fuad bukan orang yang seperti itu. Beliau memang sudah pernah menyindir calon mahasiswa itu, kalau untuk sukses banyak cara, bukan hanya kuliah di S3. Tapi rupanya dia tidak ngerti maksud beliau. Akhirnya beliau mau memberikan recolet yang standar-standar saja, yang isinya bukan soal kecerdasan atau other qualities issues, tapi soal kerja keras dan persistensinya. See....he's a very intelligent man, with much love to give to others.

Setelah FGD di Balai Kartini berakhir, kami mampir ke rumah duka di Jl Brawijaya. Di sana jenazah Pak Fuad sudah ditutup, kami tidak boleh melihat wajahnya. Bu Tjiptaningroem, istri beliau, tampak sangat kehilangan. Ketika menyalaminya, kubisikkan "turut berduka cita" di telinga beliau, dan beliau pun bertanya,"I think I know you". Kukatakan (terpaksa dalam bahasa Inggris karena beliau keep talking in English), "I don't think so. I was his student, and we worked on a book about higher education until last february. I haven't seen him since then". Dengan tampang menyesal, Bu Fuad mengatakan "you must be missing him" and I replied,"yes, i miss him very much". Lalu aku pamit untuk berdoa di depan jenazah.

Begitulah Pak Fuad. We miss him very much, because he's a loving person. Beliau sempat ingin membuat buku tentang beda antara pain and suffer, karena dia sempat merasakan suffering di masa hidupnya, dimulai ketika penglihatannya menurun tajam sehingga beliau tidak bisa lagi melakukan hobinya: membaca. He hated it when he couldn't read, and shame on me...I don't read much padahal mataku sehat. Bodoh kok gak sudah-sudah...

Selamat jalan Pak Fuad, semoga engkau bahagia di sisi-Nya.

Monday, December 03, 2007

Myasthenia gravis

Judul di atas bukan nama orang. Bukan pula nama rumus baru matematika. Judul itu diberikan untuk sebuah penyakit kronis yang lumayan bikin bulu kuduk merinding. Myastenia Gravis (populer juga dengan nama MG) adalah penyakit autoimun yang menyerang otot dan syaraf. Mirip systemic lupus erythematosus.

Penderita MG memiliki jaringan otot dan syaraf yang lemah sehingga tidak bisa menggerakkan otot-ototnya, bahkan untuk mengangkat tangannya sekalipun. Parah-parahnya, bisa menyebabkan penderita tidak dapat menelan makanan sama sekali. Lebih parah dari itu? Masih ada....tidak bisa bernafas. Kalau ada yang lebih parah dari gak bisa nafas dan masih hidup...gue angkat jempol buat orang itu.

Prevalensi penyakit langka ini di Amerika adalah sekitar 20 kasus dalam 100.000 orang. Penderitanya sebagian besar perempuan usia 20 /sd 40 tahun. Karena masih tergolong langka dan under-diagnosed, prevalensinya bisa saja lebih besar dari itu. Penyakit ini tidak bersifat turunan, dan tidak pula penyakit menular. Penderitanya sial aja kali bisa dapat penyakit ini, picked up among others by angels. Mirip penyakit lupus yang sampai kini masih bikin dokter sakit kepala karena belum juga nemu penyebabnya.

Kenapa tiba-tiba aku tertarik sama penyakit ini? Bukan karena aku tiba-tiba jadi penderita MG (aduuuhh...jangan sampai deh...aku ndak mau jadi kolektor penyakit). Kemarin waktu datang ke undangan baptis Magdalene, putri ketiganya Kak Pur (seorang kerabatku dari Riau), aku mendengar cerita lengkap tentang penyakit yang sedang diderita oleh Aju Butet (Aju artinya "tante" dalam bahasa Batak), adik Kak Pur yang tinggal di Yogya.

Ternyata penyakit yang diderita Dek Butet ini bukan sekedar cikungunya seperti yang diceritakannya hampir setahun lalu waktu datang ke pernikahan Alison di Boyolali. Sepulang dari Boyolali, Butet praktis terkapar di tempat tidur sampai sekarang karena penyakit MG-nya yang semakin parah. Dia juga sempat koma selama beberapa waktu. Chris yang sempat duduk di bangku kuliah fakultas kedokteran selama 3 tahun cukup mampu membuat aku paham penyakit ini. Kasihan Butet. Sampai saat ini penanganan penyakitnya belum maksimal karena terbentur biaya. Padahal penyakit itu harus dibawa seumur hidup.

Saking langkanya penyakit ini, Butet termasuk pasien favorit di Yogya. Kalau dia berobat, dokter berebutan menengoknya, mencoba belajar dari kasusnya. Sampai saat ini dokter-dokter di Yogya masih mengklasifikasikan penyakit ini under lupus, sehingga penanganannya barangkali gak jauh-jauh dari lupus. Aku curiga, dulu Devi keponakan si Aju yang meninggal karena lupus juga berpenyakit MG? Kalau iya, masya allaaaahhh, there must be something wrong with Sungai Pakning with it's beautiful black gold.

Saturday, December 01, 2007

Sebetulnya banyak cerita aib yang mo diceritakan, tapi malu ah :-P Takut dicela-cela sama si "tukang cela aryo budhi utomo" kekekeeke (maap yok, setiap kali mau cerita hal-hal yang memalukan, yang terlintas di kepala adalah "apa kata aryo nanti?", padahal kan aryo baik...berencana mau traktir kita:-)). Jadi cerita yang menyenangkan saja deh.

Minggu ini very busy teaching students, aku jadi tidak bisa menghadiri forum diskusi bentukan alumni Psi SDMKM di Jakarta (lho ini bukan cerita menyenangkan!). Agak-agak menyesal juga sih, secara aku ini sudah diangkat jadi penanggungjawab SDMKM, kok ya tidak bertanggungjawab kesannya ya? Hehehehe...mudah-mudahan para alumni bisa mengerti keterbatasanku. Satu lagi cerita tak menyenangkan datang dari tes TPA yang akhirnya berlangsung hari Selasa yang lalu.

Waktu itu, semua asdos dan dosen muda dikumpulkan jadi satu, dan dites TPA oleh Mba Ida dari Pendidikan. Dasar kita-kita ini tidak terlalu rela dites (sampai mempertanyakan filosofi tes TPA dan relevansinya dengan status kita sebagai dosen di sebuah fakultas ilmu sosial dan rata-rata sudah menyelesaikan S2-nya, tapi akhirnya dijalankan juga...coba pada demo deh, gue pasti dukung!), tes yang terdiri dari tiga bagian itu akhirnya selesai dengan cara tebak-tebakan kancing (kasian deh yang bajunya tidak punya kancing...) terutama bagian kuantitatif dan penalarannya yang amit-amit jabang bayi. Semoga gue kalo punya bayi bisa ngerjain TPA dengan skor 800, buat nutupin kemampuan emaknya yang pas-pasan.

Selesai tes aku bernapsu sama makan siangku, dan napsu juga waktu ditanyain orang-orang kesan dan pesan selepas tes. NGGAK RELEVAAAANNNNN....

Sekarang bagian yang menyenangkan. Minggu ini salah satu tugas menyebalkan selesai sudah. Meskipun aku belum terlalu puas dengan hasil laporanku, tetapi karena Dikti sudah mendesak-desak laporan dikumpulkan paling lambat 30 November supaya 30% sisa pembayaran bisa keluar, akhirnya tugas itu kuserahkan ke Ringking untuk diberikan finishing touch. Lumayaaaan dapat 70%. Hehehe....Tapi sialnya, baru mau menghirup napas lega, sudah ada proyek lain yang menunggu. Kali ini dari Dikdasmen. Waduh, hidup ini rasanya tidak bisa lepas dari Diknas. Seneng sih dapat banyak proyek, tapi bagaimana dengan proyek disertasikuuuuuu....

Cerita menyenangkan lainnya adalah, akhirnya kemarin aku sukses mengirimkan preliminary application ke IIEF. Meskipun brief descriptionnya rada amburadul (buatku "rada" tapi buat komitenya barangkali "amburadul banget" hehehe) yang penting ada usaha buat mengirimkan lah...Meskipun peluang untuk dapat beasiswa sangat kecil, aku sudah mikirin gimana caranya ngasih tau fakultas kalau proposalku diterima (katanya kan orang harus optimis), karena sekarang ini sudah ada limitation buatku, at least 24 hours/week aku harus di kampus.

Beasiswa tersebut menyebutkan persyaratan musti bersedia menghabiskan waktu minimal 6 bulan (maks 9 bulan) di negeri orang melakukan penelitian. Gimana neeehhh?? Apalagi negara-negara yang dituju nggak ada yang asyik (Banglades, Butan, Brunei Darusalam, Kamboja, RRC, Hong Kong, India, Indonesia, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Rep. Maladewa, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapur, Sri Lanka, Taiwan, Thailand dan Vietnam), sementara orang Indonesia gak boleh pilih Indonesia.
Begonya lagi, kenapa gue pilih RRC instead of Korea Selatan??? Padahal kan kalo di Korea gue bisa ketemu sama aktor favorit gue si Bae Yong Jun. Kalo di RRC, ketemu siapa ya? Bu Tie Jun? O iya si Bu ini adalah rekan gue di SYLFF dari Jilin University yang punya tampang segar kayak tomat dan ganteng abis. Ckckckckck...yang bikin gue semakin jatuh cinta sama dia adalah...dia fasih berbahasa Inggris! Jarang-jarang orang cina pedalaman fasih bahasa Inggris. Mungkin kalau proposal gue diterima gue pengen ajak si Bu jadi penerjemah gue (ngayal deh).

Last but not least, kebahagiaan akhir tahun gue yang laen adalah gue dibolehin ke Papua! Masya Allah....(seperti kata si Ma'in, seorang teman dari SYLFF Yordania yang sedang melakukan penelitian di UI, yang doyan banget nyebut "masya allah" mendengar cerita-cerita kita hehehehe), gue senang bukan kepalang karena tidak jadi tugas ke Medan. Hehehehe...Tadinya dengan pertimbangan Natalan gue butuh ke Medan, gue akan ditugaskan ke sana untuk sebuah proyek. Tapi gue menolak keras, karena masih ada lowongan ke Papua. Hehehehe...Saat ini pentingan Papua daripada Medan. Apalagi kalo mikirin bisa jalan-jalan ke Raja Ampat dan kalau sempat nyebrang ke PNG. Enak kali....This is probably the best way to end a year.