Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Friday, September 28, 2007

Wear Red This Friday!

Hari ini aku dapat message dari seorang teman yang berisi himbauan kepada semua orang yang peduli dengan masalah Burma to wear red this Friday. Sayang message-nya aku dapat tepat on Friday, jadi mungkin sudah terlambat bagi orang-orang yang peduli sama mereka yang sedang dianiaya di sana. Tapi sangat kebetulan, hari ini aku memakai baju merah (tidak merah menyala sih, merah hati...tapi cukup merah lah kalau dipaksain).

Seperti diketahui bersama, beberapa hari terakhir ini di Burma (dikenal juga dengan nama Myanmar) telah terjadi kerusuhan yang dipicu oleh demonstrasi damai oleh para biksu. Demonstrasi tersebut (yang dibantu oleh Aung San Suu Kyi dan penduduk pro demokrasi) sepertinya sudah membakar jenggot junta militer Myanmar yang sedang berkuasa saat ini (itu pun kalo mereka punya jenggot!).

Sampai saat ini junta militer Myanmar masih melakukan sweeping ke biara-biara untuk mencari biksu-biksu yang pro demokrasi, dan membuat Myanmar dalam keadaan siaga 1. Negara-negara tetangga seperti India dan Cina sama sekali tidak membantu, karena mereka menganggap ini adalah internal issue Myanmar. Negara-negara besar yang punya habit mengganggu internal issue negara lain pun tidak kedengaran beritanya, kecuali barangkali himbauan-himbauan kecil agar pemerintahan Myanmar menyelesaikan masalah ini. Mana bisaaaaa.....wong setan-setan semua yang ada di sana, bagaimana mau damai??!! Ah setan...dimana2 sama aja...aku suka salut sama kesatuan para setan yang suka membantu dengan segala cara untuk membuat dunia ini seperti neraka.

Teman2, mari kita berdoa untuk mereka yang sedang kesusahan saat ini. Put your feet in their shoes...enak gak? Mudah-mudahan hal yang sama tidak terjadi di bumi nusantara tercinta. Sekian khotbah hari Jumat untuk minggu ini :-)

Thursday, September 27, 2007

Sustainable Anger

Pernah ngerasain yang namanya marah gak abis-abis? Makin diungkit makin marah aja? Entah kenapa sekarang ini begitu itu yang aku rasakan toward my youngest brother. Meskipun dia sudah minta maaf lewat sms, tetep aja nyanyian the Corrs "you're forgiving...not forgotten" mengiang-ngiang di telinga. Rasanya itu marah terbesar yang aku rasakan seumur hidupku mengenal adikku yang paling kecil tapi paling gedhe badannya itu.

Harusnya aku paham betul sama sifatnya yang pemarah itu. Dia sama sekali tidak bisa mengendalikan amarahnya, karena darah tingginya yang gak sembuh-sembuh. Sejak kecil gejala 'high tense'nya sudah kelihatan. Oleh karena itu, oleh ibuku diet-nya pun dikendalikan. Setiap kali sarapan pagi kami semua disuguhi segelas susu, roti bantal dari perusahaannya Oom Miskat (dulu namanya roti bantal) dan masing-masing diberikan sebutir telur ayam kampung setengah matang. Buat adikku itu, semuanya ada kecuali telur setengah matang. Alasannya, nanti darah tingginya kambuh. Dia pun tidak boleh makan duren karena darah tingginya itu, dan sampai besar segede bagong sekarang ini, dia jadi tidak suka sama duren dan telur setengah matang. Tapi....tetap saja darah tinggi nya suka kumat.

Terakhir darah tinggi itu kumat adalah dua minggu yang lalu, hanya karena sebungkus nasi padang. Aku sama sekali tidak habis pikir kenapa bisa sampai semarah itu, tapi akhirnya aku memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengannya. Dan rasanya dunia menjadi lebih tenang tanpa gangguan dari dia selama beberapa lama. Sampai akhirnya ibuku ikut campur.

Berita tentang perang dingin itu jadi bocor juga ke telinga ibuku, sampai-sampai ibuku mengeluarkan nasihat macam-macam dan minta agar aku memaklumi adikku. Rasanya aku sudah melakukan itu, tapi kok ya...kayaknya belum cukup. Aku memang sudah memaafkan dia sejak pertama dia melakukan itu, karena aku ini pemaaf. Ceile. Tapi ternyata maaf itu bersyarat. Dia aku maafkan asal tidak berurusan denganku lagi. Maaf jenis apa ini?

Maybe someday...ketika semua orang sudah tidak mengungkit-ungkit lagi tentang hal ini, aku akan biasa-biasa lagi sama dia. Besides, he's my youngest brother bukan? Jangankan sama dia, aku belum pernah menyimpan dendam untuk siapa pun di dunia ini. Bahkan sama junta militer Myanmar yang sudah bikin kerusuhan brutal towards para biksu...aku cuman marah sebentar sambil bilang "goblok...goblok..." trus mendoakan mereka masuk neraka. Hehehe...Back to my bro, aku hanya ingin memberikan dia pelajaran supaya tidak semena-mena memperlakukan orang lain. Cuman, aku gak tau pelajaran yang kayak mana yang bisa bikin dia belajar mengendalikan dirinya. Sudah ah...

Monday, September 10, 2007

Si Timtje

Si Timmy minta jajan lagi! Masalahnya di radiator lagi. Saking gemesnya, aku memilih untuk mengganti satu set radiatornya si Timmy, bukan hanya kepala atasnya. Dulu yang bermasalah kepala bawah, sekarang katanya kepala atas. Daripada pusing-pusing semua kepala sama badan-badannya diganti aja deh. Btw, tentang kepala atas dan kepala bawah ini, aku jadi ingat satu wejangan aneh dari oom-ku untuk sepupu-sepupuku yang akan melanjutkan studinya di negeri orang. Begini nasihatnya, "jangan karena kepala bawah, kepala atas melayang."

Nasihat itu digulirkan Banco (salah seorang sepupuku yang sekolah di Bandung), ketika ada peristiwa heboh kakak tertuanya yang putus sekolah karena harus menikah muda. Kata si Banco, sang kakak sebetulnya sudah dinasihati untuk berhati-hati terhadap godaan perempuan dan seriuslah sekolah, tapi rupanya nasihat itu tidak mempan. Mungkin karena nasihatnya pake kiasan "kepala atas" dan "kepala bawah", jadi tidak mudheng dia. Belum genap dua tahun kuliah di Bandung, dia harus menikahi anak orang dan berbohong kepada orangtuanya. Alhasil bukan sertifikat dari sekolah yang didapat, tapi sertifikat dari KUA. Ya ya ya...jelas sekali kepala atas dia telah diatur oleh kepala bawahnya :-)

Back to Timmy, saking paniknya mendengar options radiatornya Timmy yang lumayan itu, kutelepon kedua adikku untuk minta nasihat. Si Aan menyarankan menggunakan radiator asli si Timmy saja, which is terbuat dari fiber. Si Ali menyarankan apa saja deh yang penting baru (toh berapapun harganya, dia cuman nyumbang 50 ribu hehehe). Si Koko (pemilik bengkel, kusebut saja dia Koko karena dia memanggilku "Cici" gggrrrrhhhhh...) menyarankan yang pake kuningan saja tapi kudu bikin dulu, butuh waktu dua hari dan harganya hampir dua kali lipat. Nggak sempat meditasi (karena kalo harus meditasi kudu belajar dulu lah yaow) maka kuputuskan untuk mengeluarkan duit seminimal mungkin karena tidak mungkin dapat bantuan dana dari kedua adikku. Huh...liat aja nanti!

Akhirnya satu set radiator si Timmy diganti dengan mengeluarkan uang Rp850 ribu (untung belum sejuta....). Harus kudu wajib rela....Mudah-mudahan 10 tahun ke depan gak ada masalah lagi. Aryo dilarang komentar!!!!