Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Wednesday, May 24, 2006

Di bawah ini adalah sebuah makalah yang dibacakan oleh Ibu Anni Iwasaki, pendiri Anni Iwasaki Foundation yang bergerak di bidang pembangunan ekonomi bangsa lewat pembangunan manusia, pada hari Kartini, 21 April 2006 yang lalu. Ibu Anni mengangkat esensi dan peran seorang Ibu Rumah Tangga yang dapat menggerakkan perekonomian bangsa, hasil pengalaman pembangunan Jepang selama puluhan tahun. Any comment on this? Silakan...

Selamat membaca!
~Debby~
-------------------------------------------
(Makalah ini dibacakan di Memperingati Hari Kartini&Hardiknas Dharma Wanita KanMenpera 11 Mei 2006)

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

KEMAMPUAN, KEILMUAN DAN PENUNJANG YANG HARUS DIMILIKI IBU RUMAH TANGGA INSPIRASI DARI JEPANG.
Oleh : DR HC Anni Iwasaki. *
Pendiri “Anni Iwasaki Foundation”
Motto
"The Solution to Indonesian Prosperity"

Salam Sejahtera. Ass wr wb.

“Wanita-baca; ibu- adalah tiang negara. Sekarang negaranya ambruk…dimanakah para wanitanya?”-Ibu Suparti Amir Salim dalam Temu Wicara AIF&Dept Architecture ITB, Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2006 di Bandung.

Sebelumnya kami ucapkan terima kasih Kepada Yang Kami Hormati Ibu Siti Zaenab Jusuf As'yari, Ibu Paskah Suzetta dan Ibu Djoko Kirmantoro juga Ibu-Ibu Dharma Wanita Kementerian Negara Perumahan Rakyat beserta para undangan. Atas kesempatan presentasi memperingati kelahiran serta menggali ide-ide Pahlawan Pergerakan Nasional R A Kartini tgl 21 April 2006 sekaligus memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2006.

Para Hadirin Yang Kami Hormati.
Bertolak bersamaan tahun kira-kira tahun 1945, rakyat Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya. Dan pada tahun itu pulalah rakyat Jepang merdeka dari cengkeraman pemerintahan feudal Kekaisaran Jepang. Menyongsong abad ke XXI, nasib kita, bangsa Indonesia kaya sumber daya alam semakin terpuruk sementara rakyat Jepang dengan kondisi alam kaya bencana, gempa, tsunami dan taifun, diumumkan oleh PBB sebagai bangsa tersejahtera serta memiliki harapan hidup tertinggi di dunia pria 78.25 dan wanita 85.23. Indonesia menurut berita koran kurang lebih memiliki harapan hidup usia 64 tahun.

Bukankah yang diketahui oleh umum wanita Jepang adalah wanita yang tertindas, ketinggalan jaman alias hanya berkutat di ranah domestik saja? Rilis PBB tentang wanita berhasil menduduki jabatan publik mendudukkan wanita Jepang hanya diurutan diatas 30. Wanita Jepang duduk dalam parlemen hanya 7.5% terendah diantara negara industri maju. Lalu bagimana wanita Jepang dalam segala keterbatasannya itu justru memiliki harapan hidup terlama dunia 85.23 thn?

“Pekerjaan memajukan peradaban itu haruslah diserahkan kepada kaum perempuan-jika sudah demikian peradaban itu akan amat deras majunya dalam kalangan bangsa Jawa. Adakanlah ibu yang cakap serta berpikiran; tanah Jawa pasti akan mendapat pekerja yang cakap memajukannya. Peradaban dan kepintarannya pasti akan diturunkannya kepada anak-anaknya; anak-anaknya perempuan yang akan menjadi ibu pula, anak-anaknya laki-laki yang akhir kelaknya mesti menjadi penjaga kepentingan bangsanya(4 Okt 1902 Kepada Tuan Anton dan Nyonya).

Persentasi wanita Jepang yang mengenyam pendidikan D3-SI tahun 1955 naik 5%, tahun 1995 naik 47.5%. Tahun 2001 97.6% gadis Jepang tamat smu. Empat puluh delapan setengah persen dari jumlah itu melaju ke D3 dan SI dan wisuda. Pria Jepang tamat Smu 96.3% yang melanjutkan dan selesai D3-S1, 48.7%-About Japan Series 5, Fact&Figure of Japan 2002 Foreign Press Center Japan-.

Mengenai wanita Jepang sebagai ibu , dengan pendidikan wanita Jepang yang semakin tinggi serta kesempatan di lapangan kerja public yang semakin besar, rilis Kementrian Kesehatan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang tanggal 17 Maret 2004 mengungkap dari 73% responden memiliki pekerjaan diluar rumah sebelum melahirkan anak pertama. Lima puluh tiga persen keluar dari tempatnya bekerja sesaat sebelum melahirkan dan tidak kembali ke lapangan kerja lagi. Ditambah dengan yang keluar dari pekerjaannya setelah melahirkan jumlah seluruhnya menunjukkan 61% calon ibu Jepang keluar dari pekerjaannya menjelang kelahiran anak pertama untuk membesarkan buah hatinya.

Dari masa kemasa grafik pekerja wanita-usia menikah 27 tahun- Jepang yang keluar dari lapangan kerja terus meningkat-membesarkan anak-. Kemudian di usia 40 tahun keatas-anak-anaknya sudah besar biasanya paling kecil smu- grafik wanita memasuki lapangan kerja mulai meninggi lagi. Hal ini dikaitkan dengan adanya kelahiran dan masa membesarkan anak-anak oleh ibu-ibu Jepang. Tahun fiskal 2003 mencatat jumlah seluruh angkatan kerja wanita di Jepang sebanyak 25.5 juta yang 41.4%(9.3 juta) adalah pekerja wanita paruh waktu, bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Dan dari seluruh total lapangan kerja paruh waktu, 77.4 persen diduduki oleh tengaga kerja wanita-Japan A Pocket guide 2004, FPC Japan-.

Jepang sebagai bangsa tersejahtera di dunia dengan jumlah 126 juta jiwa memiliki GDP tertinggi dunia US$4.760 milyar. Bandingkan dengan AFTA(AS, Canada, Mexico) 411 juta jiwa US$11.100 milyar. Uni Eropa(Austria, Belgiun, Denmark, Finland, Irlandia, Italy, Luxembourg, Netherlands, Portugal, Sapain, Sweden) 376 juta jiwa US$7.837 milyar. Cina 1.266 milyar jiwa US$1.080 milyar. Asean (Indonesia, Malaysia, Pilipina, Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia) 548 juta jiwa US$646 milyar-METI Japan 2004-

Pria sebagai penjaga kepentingan bangsanya, laporan dari Global Competitiveness dari World Economic Forum Geneva September 2005 tetap mendudukkan teknologi Jepang pada ranking teratas. Hak cipta intelektual-patent- luar yang dipergunakan di dalam Jepang berjumlah 51.586. Sedangkan ekspor patent Jepang ke luar: AS, Jerman, Inggris, Swedia, Spanyol, Seiss, Denmark, Austria, Perancis, Italy dst. berjumlah 743.932-Japan Patent Office Facts&Figure of Japan 2004, FPC Japan. Adalah milik Jepang 58% dari 711.436 pabrik yang dioperasikan oleh robot diseluruh dunia, selebihnya milik AS 10.8%, Jerman 9.4, Italy, Rusia, Korea dst.

Yang mencengangkan, ibu-ibu Jepang yang telah berhasil mengantarkan Jepang kepada kesejahteraan serta kejayaannya saat ini sebetulnya adalah generasi ibu Jepang sepantaran almarhumah ibu mertua saya hingga ibu-ibu sebelum thn 1955, yang justru umumnya tidak memiliki gelar akademis.

Dalam menjadikan ibu Jepang sebagai inspirasi "ibu" dalam cita-cita R A Kartini sekaligus impian kita semua. Perlu diperhatikan juga dalam sepuluh, duapuluh tahun mendatang akan bisa kita saksikan apakah Jepang akan terus maju dengan semakin banyaknya generasi ibu Jepang dengan pendidikan akademik?Yang telah jelas kini, menikah diumur lanjut atau bahkan gamang menikah, rata-rata usia menikah wanita Jepang kini 27thn, gamang melahirkan anak, angka kelahiran terus menurun. Angka kelahiran Jepang kini 1.29-setiap wanita Jepang selama hidupnya hanya melahirkan 1.29 anak-. Bahkan diprediksi seratus tahun lagi bangsa Jepang akan 'punah' jika angka ini gagal ditingkatkan. Saya pernah membaca, bibit unggul yang dikandung wanita puncaknya adalah antara usia 18-22 thn.

Ibu-Ibu Peserta Seminar Yang Kami Hormati.
Ternyata untuk bisa mewujudkan cita-cita R A Kartini maupun wanita-baca;ibu- , wanita sebagai tiang negara tidaklah cukup dihimbau saja. Untuk lebih jelas dan mempersingkat waktu dalam upaya mewujudkan cita-cita R A Kartini sekaligus cita-cita kita semua kaum ibu, tentang kemajuan bangsa Indonesia dengan inspirasi dari Jepang. Akan kami paparkan melalui power point dan filem tentang permukiman sewa u keluarga muda Jepang yang sangat sejalan dengan Kebijakan Strategi Nasional Permukiman&Perumahan Indonesia thn 2002-2009; Rumah sebagai pendidikan keluarga, persemaian budaya dan pemantapan jati diri bangsa...dst"#AIF Makalah ini dibacakan, ada tambahan tanya jawab dari floor, dalam Acara Memperingati Hari Kartini & Hardiknas 2006 di Jakarta Oleh Dharma Wanita Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat 11 Mei 2006 tema "Menjadi Ibu adalah Pilihan&Amanah.

*Duta Menteri Negara Perumahan Rakyat RI, menstudi&menjajaki kerja sama Kanmenpera RI-Pemerintah Jepang dalam hal pembangunan Permukiman Sewa U Keluarga Baru/Muda/AIF & Disaster Prevention Dev./MP3I. Surat Tugas no HI.01.04-M/44&HI.01.04-M/43. 15 Maret 2006.(saat ini berada di Tokyo Jepang)
*Ketua Bidang Sosial-Budaya Masyarakat Peduli Perumahan&Permukiman Indonesia 2006-2010.
*Presiden Pusat Studi Jepang u Kemajuan Indonesia 2006-2008.
*Aktivist di Forum Reboan#

Friday, May 05, 2006

Tugas ke Medan

Sebagai tindak lanjut dari Memorandum of Understanding antara USU dan UI, tanggal 1 Mei kemarin aku ditugaskan ke Medan oleh Pascasarjana F.Psi.UI. Aku berangkat pagi-pagi sekali. Enam tahun belakangan ini aku tidak pernah lagi bangun pagi sekali kalau tidak ada kepentingan. Kali ini aku harus bangun pagi banget, karena Mbak Irma sudah membelikan tiket pesawat jam 7.00 am. Tega beneeerrrr…

Sehari sebelumnya aku sudah memesan taksi untuk pukul 4.30 pagi. Aku berencana berangkat pagi-pagi bener karena dua alasan, yang pertama aku ingin waktu check-in, petugasnya sedang in the positive mood sehingga kesalahan nama pada tiketku tidak kelihatan (namaku di tiket beda sama namaku di KTP, di tiket hanya “Debby” saja). Yang kedua, tanggal 1 Mei adalah hari buruh internasional, dan para buruh berencana melakukan demo hari ini di sekitar bundaran HI dan DPR/MPR.

Konsekuensinya aku harus bangun pagi-pagi sekali. Untuk itu, selain memasang alarm dengan bunyi menyebalkan, aku juga telah meminta tolong seorang teman di kantor dan di kost untuk membangunkanku jam 4 pagi. Tapi ternyata tidak perlu, karena jam 3.30 seseorang dari Taksi Putra sudah membangunkanku dengan telepon. Hehehehe…waktu teman kantorku menelepon (sudah pukul 5) aku sudah di dalam taksi menuju bandara. Telaaaatttt…pak taksinya sampai ketawa geli mendengar percakapanku dengan teman yang telat mbangunin.

Sampai di bandara jam 5.30, masih sepi. Pakai nyasar lagi. Hehehe…Check-in dengan sukses di counter garuda, sekarang tinggal cari sarapan. Sampai di counter Rotiboy aku beli roti 5 biji (eh roti gak pake biji ya?), tapi tentu saja yang aku makan cuman 1. Udah gila apa makan sampai 5 roti? Karena tidak bawa oleh-oleh untuk keluarga di Medan, aku bawain aja 4 rotiboy. Hehehe....Albert, adikku yang aku kabari berita oleh-oleh ini langsung tidak nafsu menjemput oleh-oleh di bandara. Katanya bensin dan effort ke bandara jauh lebih mahal daripada oleh-oleh rotiboy.

Sampai di ruang tunggu aku ketemu sama Eko Susi, adik kelasku waktu kuliah di JIP dulu. Susi agak kurusan, dan aku agak rancu dengan seorang adik kelas lain yang sekarang sedang melanjutkan kuliah di Belanda (Lulu). Susi sedang tugas ke Banda Aceh, ke kantor cabangnya yang serius banget kayaknya, sebuah NGO yang berurusan dengan clean government dan semacamnya.

Seharusnya kami sudah boarding jam 6.30, tetapi entah kenapa waktu boarding jadi molor. Apakah garuda sudah latah mengikuti jadwal ngaret maskapai lain? Aku tidak tau masalahnya, tapi kami jadi ½ jam lebih telat daripada jadwal.

Sampai di Medan, aku sudah dijemput Lola dan Midi, dua dosen muda dari USU. Dibawa langsung ke Program Studi Psikologi, sambil menunggu Mbak Irma yang berangkat dari Jakarta jam 8.00. Baru saja melakukan pembicaraan serius dengan Midi, tiba-tiba Mbak Irma muncul di ruang rapat. Dia bercerita betapa tadi terjadi chaos di counter garuda pada jam 6.30 karena ada beberapa belas orang dengan tujuan Banda Aceh pada penerbangan jam 7 tidak terangkut. Banyak bule-bule yang kecewa, tapi kalah galak dengan orang Melayu yang juga sedang kecewa. Oh, that explained the lateness.

Tujuan akhir penerbangan jam 7 adalah Banda Aceh, sehingga mau tidak mau, mereka yang berangkat ke Banda Aceh harus ikut di penerbangan tersebut. Di pesawatku tadi ditengarai 2/3 penumpangnya adalah penumpang Banda Aceh. Aku bisa perkirakan karena waktu turun dari pesawat, bis untuk penumpang tujuan Banda Aceh beda dengan bis untuk penumpang tujuan Medan. Untung saja tadi aku cepat-cepat check-in, kalau tidak aku mungkin sudah dikorbankan untuk penumpang Banda Aceh, karena penerbangan ke Medan bisa anytime. Gimana sih sistem registrasinya garuda? Katanya paling canggih dan paling mahal. Tiket mahal ternyata tidak menjamin kenyamanan pada tahap pertama (dan terpenting) orang mau terbang: registrasi penumpang.