Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Wednesday, August 20, 2008

Kebiasaan Buruk Orang Indonesia!

Tadi malam aku nonton "Today's Dialogue" di Metro TV. Menampilkan Pak Amin Rais, Sofyan Djalil Menneg BUMN, Rizal Malarangeng si calon presiden 2009 (arrrgggggghhhh....), dan beberapa lainnya yang "mengeroyok" (atau "dikeroyok") Mutia Hafidz.

Topik yang jadi biang keladinya adalah Privatisasi BUMN. Seperti acara dialog-dialog lainnya, acara ini pun jadi ajang "unjuk kebolehan" para tamu dalam berdebat. Dan seperti acara debat lainnya pula, ajang itu menjadi debat kusir yang bikin pusing audiens. Orang-orang yang notabene "terpelajar" itu tidak kunjung mau mendengarkan, terutama pak calon presiden yang kerap kali out of control. Rasanya hanya Pak Amin Rais dan Pak Sofyan Djalil yang agak mendingan, mau mendengarkan.

Karena emosi, kadang-kadang aku pindah channel yang bikin aku tak mengerti lagi sampai di mana diskusi mereka. Ketika balik ke Metro TV dan melihat mereka seperti going nowhere, kupindahkan lagi channel televisi. Begitu terus...setiap kali mereka keroyokan ingin bicara.

Bapak-bapak...coba ikut kuliah "active listening" deh, anda akan paham bahwa "mendengarkan" jauh lebih sulit daripada "berbicara". Tetapi kalau anda sudah sampai pada tahap itu, percayalah bahwa anda sudah sampai pada tahap 'getting a wisdom', sehingga jadi presiden pun bukan perkara sulit buat anda. Atau mau saya pinjemin buku "The opposable mind"? Tapi ntar dulu...bukunya masih otw ke New York (Iin...if you read this entry, that's one of the best books I ordered ya, untuk diberikan ke bapak-bapak yang sedang berdebat...:-))

Buat Metro TV, kalo tau orang Indonesia itu banyak omongnya, mbok yaoooo...kalo ngundang orang pake dikira-kira gitu lho...paling banyak 2 orang aja udah bikin repot kok. Jadi tidak akan terjadi lagi ketika satu orang sedang ngomong, yang lain ikutan ngomong. Audiens pun bingung.

Tuesday, August 19, 2008

Michael si Manusia Ikan

Michael Phelps, manusia ikan dari Baltimore, Amerika, ini akhirnya memenuhi ambisinya meraih 8 medali emas dari cabang renang di olimpiade Beijing. He had this goal of 'veni, vini, vici' prior to Beijing, and realized that afterwards. He's so an example of "you can do it if you want it" type of people. Dia mengalahkan rekor tak terkalahkan Mark Spitz sejak tahun 1972 (Mark Spitz mendapatkan 7 medali emas pada olimpiade 1972 di...lupa...).

Si Phelps, sang fenomena mengagumkan ini, sudah mengumpulkan 16 medali dari dua kali olimpiade. Pada olimpiade Athena tahun 2004 dia mengumpulkan 6 medali emas dan 2 perunggu. Dia juga memegang 7 rekor dunia di cabang renang. Dominasinya tak terkalahkan hingga kini.

Anak muda lahiran 1985 ini ternyata ketika kecil diidentifikasi mengidap ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorders), sebuah penyakit yang banyak menyerang anak-anak jaman sekarang. Pantesan aja menang...wong energinya yang luar biasa jadi tersalurkan kok. Makanya...bapak-bapak dan ibu-ibu yang punya anak ADHD, jangan pusing-pusing...masukkan aja anaknya ke kolam renang. Biarkan dia jadi juara olimpiade ;-P

Picture's taken from: http://www.huffingtonpost.com/2008/08/04/michael-phelps-olympics-s_n_116838.html

The Forgotten Tan Malaka

Edisi khusus Hari Kemerdekaan Tempo kali ini mengupas tuntas seorang tokoh republik yang terlupakan, Tan Malaka. Seorang yang teguh pendiriannya, cukup radikal tetapi tidak haus kekuasaan. Dia adalah satu di antara segelintir orang yang tidak peduli pada popularitas. Satu-satunya hal yang diinginkannya adalah kemerdekaan Indonesia 100% dengan cara revolusi. Dia juga percaya bahwa revolusi merupakan hasil dari suatu keadaan (pada waktu itu adalah keadaan terjajah oleh bangsa asing), bukan perjuangan satu dua orang semata. In short, he was kind of a person who practiced “walk the talk”. Sebegitu besarnya seorang Tan Malaka, baru sekarang ini saya menyadarinya.

Sebagai seorang yang lahir dan besar pada masa Orde Baru, saya termasuk kelompok korban pembodohan rezim ini, dengan pembelokan sejarahnya yang berhasil luar biasa. Saya ingat waktu pelajaran sejarah di sekolah, Tan Malaka, Musso, DN Aidit digambarkan sebagai tokoh komunis yang tidak percaya pada Tuhan, dan itu adalah dosa terbesar yang dapat dilakukan oleh manusia di negeri yang percaya pada Ketuhanan YME. Ketika seorang teman baik saya sejak SMA, Dita Indah Sari, menjadi aktivis PRD dan dituduh komunis ketika sama-sama kuliah di UI, saya hanya bisa merasa miris karena saya pikir Dita salah memilih teman (pada masa itu barangkali Dita telah well-versed tentang Tan Malaka). Sampai sebelum saya mengenal Li dari Beijing yang seorang komunis pada awal tahun ini, saya masih menganggap being a communist as an unacceptable way of life. Itulah sumbangan Orde Baru pada rata-rata anak bangsa! Li mengajarkan saya hal-hal yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya tentang ‘being a communist’.

Tan Malaka sendiri lahir sebagai seorang Minang yang terkenal taat beragama. Ditakdirkan lahir sebagai orang cerdas, ia menarik perhatian seorang guru belanda, yang berusaha menyekolahkannya ke Belanda. Di Belanda ia mulai belajar tentang politik, meskipun ia tidak dikirim ke sana untuk menjadi politikus. Kembali ke Indonesia dan menyebarkan pentingnya revolusi, ia ditangkap oleh kompeni dan diasingkan ke Amsterdam. Di sinilah ia memulai karir sebagai pemberontak yang dicari-cari oleh agen rahasia Amerika, Inggris dan Belanda, sampai-sampai ia harus berganti identitas sampai 23 kali dan lompat-lompat di 11 negara (kalau tidak salah). Tulisannya, Naar de Republiek Indonesia, adalah salah satu tulisan yang menginspirasi tokoh- tokoh perjuangan masa itu. Ia juga sempat menjadi anggota Komintern (Komunis Internasional) yang membawahi organisasi komunis Asia Timur, tetapi akhirnya memutuskan keluar karena berselisih paham dengan pimpinan Komintern yang tidak mendukungnya menggabungkan komunis dengan pan islamisme, karena Komintern beranggapan Pan Islamisme merupakan salah satu bentuk imperialisme.

Setelah berhasil masuk ke Indonesia dalam kejaran agen rahasia internasional, ia memulai perjuangannya dari kalangan akar rumput. Perjuangan dengan menggunakan kekuatan rakyat ini telah dituliskannya pada bukunya, Massa Actie, yang juga menjadi buku wajib para bapak revolusi lainnya, termasuk Soekarno dan Hatta. Di banding tokoh-tokoh revolusi lainnya, ia adalah orang yang paling terlibat pada golongan akar rumput ini. Ia menyamar untuk membantu para buruh romusha di kawasan pertambangan Bayah, Banten Selatan. Ia mendekati para pemuda dan mengajari mereka tentang perjuangan revolusi. Ia pula yang mengumpulkan massa pada bulan September 1945 di lapangan Ikada untuk berdemonstrasi mendukung proklamasi, meskipun ironisnya ia tidak dilibatkan dalam peristiwa proklamasi sebulan sebelumnya. Tampak sekali ia bukan orang yang egois, karena kesadarannya ditujukan pada kepentingan yang lebih besar: Indonesia Merdeka 100%.

Despite his role in the revolution, dia bukan orang yang dianggap popular dibandingkan Soekarno dan Hatta. Dan entah mengapa, Hatta selalu berseberangan dengannya. Barangkali karena mereka beda pendekatan. Tan Malaka konsisten dengan tegar tengkuknya dalam perjuangan, sementara Hatta terbiasa berdiplomasi sehingga terkesan kooperatif dengan penjajah. Kabarnya Hatta pulalah yang tidak setuju pada testamen Soekarno untuk menyerahkan kelanjutan perjuangan di tangan Tan Malaka jika terjadi sesuatu pada dwi tunggal tersebut. Karena itu ia menambahkan tiga nama lain yang membuat posisi Tan Malaka lemah. Tetapi Tan bukan orang yang peduli pada posisi. Ia tercatat beberapa kali menolak posisi yang dekat dengan pemerintahan. Mungkin karena dia sadar bahwa absolute power tends to corrupt. Ia juga dekat dengan Panglima Besar Sudirman, tetapi belakangan hubungan mereka renggang karena sikap Tan yang terlalu keras pada Soekarno Hatta. Sikapnya yang tanpa kompromi ini akhirnya merugikan dirinya sendiri, sampai akhirnya ia dieksekusi oleh TNI pada bulan Februari 1949 di Kediri.

Meskipun diangkat sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1963, namanya terdengar sayup-sayup di negerinya sendiri. Bahkan buku biografinya ditulis oleh seorang asing, Harry Poeze. Tetapi tidak ada kata terlambat untuk pemulihan namanya, meskipun seharusnya dimulai sesaat setelah reformasi tahun 1998. Tan Malaka, the most wanted man of his time, adalah seorang Indonesia asli. Dia bukan orang Singapura, Filipina, China, atau Burma, meskipun ia pernah berada di tempat-tempat ini. Tak kurang dari tiga negara digdaya (Amerika, Inggris dan Belanda) pernah dibuat pusing olehnya. Besar kemungkinan, people’s powernya Filipina terinspirasi dari Massa Actie-nya Tan Malaka. So folks…be proud to be an Indonesian, because we have Tan Malaka, tho’ Tan Malaka might not be happy to see us right now.

Picture's taken from: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f7/TanMalaka_DariPendjara_ed3.jpg

Friday, August 15, 2008

Asal Nama Indonesia

Day after tomorrow is our independence day. My Indonesia...is going to be 63 years old. Pretty mature for a nation. It does almost reach it's end of journey as a nation unless we do something to save it. That is another story. Right now is the story of the name "Indonesia"

The other day I read a posting in one of the milists, about an elementary school teacher in Kalimantan asking the foreign minister about the etymology of "Indonesia". What really surprised me was that...a teacher doesn't know the history of the name "Indonesia"! But wait a minute...I recall I had this difficulty explaining the name Indonesia at the BABA retreat last February! Hahaha....we're even Pak...

Here's my explanation to Bijen, an Indian fellow who tested my knowledge on Indonesia when I presented a country report on Indonesia. At first I didn't expect to receive that fundamental question. My country report was about the current development and some common good found in the society, to be compared to those Asian countries we're about to discuss. But Bijen who was so convinced that Indonesia name derived from India, suddenly asked me about the ethiology of the name.

I panicked first. But Debby wasn't Debby if she's not trying to provide answers to everything even if the answers are flawed. Answer first, truth later. Hehehe. So I answered him. Told him and the audience about the archipelago nature of Indonesia, located between the 2 oceans: Indian and Pacific oceans. The Dutch named this archipelago area "The Netherlandsche Indische" (hope I spell it right). When the intellectuals of the netherlandsche indische felt the urge to build a nation represented the greatness of majapahit kingdom centuries ago, they were inspired by the "indische" and "nesos" (archipelago) words. Suddenly the name "Indonesia" popped up in the early 1920s, and by October 28, 1928, youths represented parts of Indonesia proclaimed "Youth Oath" that they admitted only one island, one nation, and one language: Indonesia. And that answer satisfied the audience (hopefully!).

The truth answer is much more complex (and complete of course). Wanna know a more complete one about Indonesia? Proceed to wikipedia!

Happy Independence Day!

Wednesday, August 13, 2008

Sampah jadi listrik...ini baru berita!!!

Ada berita bagus dari kompas:

http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/12/14224314/sampah.jakarta.jadi.listrik.150.mw.

Katanya pemprov DKI berniat (oooo baru niat thooooo!!!) mengubah sampahnya yang sehari bisa mencapai 5000 ton menjadi listrik 150 megawatt. Banyak juga sampah orang Jakarta. Ckckckck....

Cukup banyak respons dari perusahaan-perusahaan (proyek ini sedang dilelang) yang berniat jadi pengelola sampah. Pertanyaannya, kenapa tidak Dinas Kebersihan DKI saja yang mengelola? Gak punya dana? Busyet...kemana perginya "duit sampah" dari warga yang sebulannya bisa mencapai Rp 50 ribu itu? Lagipula...listriknya kan untuk dijual ke PLN. That means fulus dong. Payah nih orang Indonesia, susah banget ngeluarin duit untuk investasi, tapi kalo duit untuk koruptor ada aja.

Aku tak habis pikir! (syukurlah...artinya "aku ada") Halah! I'm getting nowhere...efek dari feeling guilty.

Sunday, August 10, 2008

Creative Google

Have you ever noticed Goggle these past 3 days? I have! They constantly changed the appearance of the website according to the events in olympics. The very first day it was a picture of the olympics five rings to mark the opening ceremony, the second day the picture of mountain-biking course, and the third day is this weightlifting pict.
Wow...they do know how to celebrate the olympics. I'm a sports fan, though it doesn't mean that I'm good at sports. In sports you will directly know whether or not one is cheating. You cannot cheat in sport. Unfortunately this cannot be applied in every aspect of life. Hopefully Google will continue to be the best search engine ever, with it's sport's philosophy at work.

Picture's taken from Google

Saturday, August 09, 2008

Speechless

An ex-student just dropped me a message. Of all her messages, this is the toughest one. She asked me to drop her a line about her classmates (KM Class of 08) to be put in their yearbook. What would I say about them? Powerful mothers loaded with knowledge? :-P

Actually I'm very proud of them. I can tell the difference between them and those from other classes: the effort, the knowledge, the discipline, the organized gestures, the enthusiasm, and many other attributes. That's all. And that represents all the unsaid. What else mbak?

Iin....teach me how to make a poem


Friday, August 08, 2008

08 08 08

Today's a goodie day....look at the beautiful title. I bet many couples who have not married are happily marrying today, many children are born with or without their consents (HOW exactly would they give their consents :-P), and many people turn their attentions to the Beijing Olympic Games. Hmmmm....olympics....finally you come, today, at this goodie day. How picky you are!!

And I remember Li, XiangXiang, and Prof. Zhang. What are they doing right now? Celebrating olympics? Walking along the great wall with many other olympic fans around the world who are so lucky to see the games? Naaaaagghh....XiangXiang maybe, but not Li and Prof. Zhang. Hehehe...

Beijing has been trying very hard to serve the heavenly venues. It has been facing many difficulties, from the riot in Tibet to the air pollution at the heart of Beijing. In the process, many people are not very happy, especially citizens of Beijing. But that's something they must compromise, right? You cannot make all people happy.

As for me, I am not very happy right now because I've blown up my chance to see Beijing (after the olympics though, but that's still something for me, at least I can see the remaining of the feast). Well, maybe I have to consider measuring my need for achievement right now.

Ciaow....
08.08.08
at the desk of Debby, thinking about how stupid she is to blow up the chance....