Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Saturday, December 31, 2005

Kaleidoskop 2005: My Beloved Indonesia

Tahun 2005 ini merupakan tahun recovery bagi masyarakat Aceh dan Sumatra Utara yang terkena bencana tsunami bulan Desember 2004 yang lalu. Tak terbayangkan sulitnya mereka melakukan recovery. Sampai saat ini masih banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh sukarelawan untuk memulihkan keadaan Aceh, baik secara fisik maupun secara mental.

Selain bencana alam tersebut, ada lagi bencana-bencana lain yang melanda Indonesia. Bencana berupa penyakit adalah flu burung yang bukan hanya memakan korban unggas tetapi juga korban manusia, yang mengakibatkan omzet penjualan daging ayam menurun drastis. Lalu ada wabah antraks yang membuat peternak sapi menderita karena orang takut makan daging sapi.

Sebelum wabah flu burung dan antraks melanda, anak-anak balita di Jawa Barat banyak yang menderita lumpuh layuh, sehingga WHO untuk sementara menangguhkan status "bebas polio" bagi Indonesia.

Bencana di bidang perekonomian adalah kurs rupiah terhadap dollar amerika tembus angka 10.000 yang membuat daya beli masyarakat menurun. Masih belum puas melihat penderitaan rakyatnya, pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sampai 87% per 1 Oktober 2005. Anehnya, dulu waktu ngisi bensin mobil imut-imutku, Rp 20 ribu bisa bolak-balik Depok - Pondok Indah (lebih kurang 30 km) 2 hari. Sekarang ngisi bensin Rp 50 ribu praktis cuman bisa buat sehari jalan-jalan dari rumah Padang Bulan ke rumah sakit Malahayati, ke mal lalu ke rumah opung Sei Brantas. Jadi naiknya lebih 100%!

Di bidang food and beverages, akhir-akhir ini dilakukan pemeriksaan terhadap bahan-bahan makanan yang ada di pasar gencar. Banyak diantara bahan makanan tersebut (misalnya mie basah, ikan asin, tahu, dan bakso) mengandung bahan pengawet formalin, yang biasa dipakai untuk mengawetkan mayat. Alasan perusahaan-perusahaan makanan menggunakan formalin sebagai pengawet adalah karena bahannya mudah didapat dan harganya murah. Pemerintah dipaksa untuk mencari alternatif selain formalin sebagai bahan pengawet yang aman untuk manusia. Selain itu ada juga berita mengenai bakso pakai daging tikus! Berita ini sebetulnya adalah cerita lama. Dulu aku pernah mendengar tentang bakso tikus ini, kalau tidak salah rumornya Bakso Titoti yang terkenal di Pasar Minggu menggunakan daging tikus. No wonder, daging sapi mahal sih. Daging tikus gratis, apalagi tikus got. Hiiiiii……

Belum lagi bencana di kalangan selebritis, seperti perceraian yang dialami Dewi Hughes, Tamara Bleszinsky, dll, dan yang paling gres adalah perseteruan antara ibu dan anak Kiki Fatmala. Hah…selebritis!

Bencana di keluargaku adalah oomku diopname soon after I landed in Medan. Kayaknya dia masuk rumah sakitnya nungguin aku datang dulu. Jadi seminggu di Medan aku habiskan untuk bolak balik ke rumah sakit dan menjenguk opungku yang mulai parah ingatannya, mungkin karena obat-obatan yang dikonsumsinya. Masa dalam sejam ngobrol ada 3 kali ngomongin hal yang sama. Walaupun pusing menghadapi opung yang sudah pikun, aku mencoba tetap tekun mendengarkan dia karena yang lain tidak ada yang paid attention to her! Sampai hapal kalimat2nya, karena sejak 2 tahun yang lalu yang diomongin cuman penyakit, dokter yang sangat peduli karena kebetulan teman2 kuliah anaknya, dan kisah perjuangannya dulu waktu jaman perang. Nenekku ikut perang? Ya nggaklah…tapi kali aja dia jadi suster yang membawa selendang sutra buat membalut luka prajurit. Hehehe.

Hope year 2006 not as bad as 2005.

Sunday, December 25, 2005

Selamat Hari Natal, 25 Desember 2005

Sebagian Natal tahun ini aku rayakan di Depok, sebagiannya lagi di Medan. Diawali dengan kebaktian Malam Natal di GPIB Gideon jam 8 malam. I was expecting many people would come to the service that night. Therefore I arrived before 8.

Sampai di gerbang gereja aku terpana. Jangankan di dalam gereja, di luar gereja pun sudah tidak ada tempat duduk kosong. Luar biasa....pada hari Minggu biasa kemana aja orang-orang itu?

Tata ibadah sudah ludes, tinggal lilin-lilin saja yang masih ada. Lumayanlah, masih ada yang dipegang. Sudah dapat lilin, sekarang cari tempat duduk. Karyawan gereja sibuk mengeluarkan kursi-kursi plastik yang tak kunjung habis dari dalam gereja. Kuatir tidak kebagian kursi, umat yang belum kebagian duduk berebutan kursi.

Aku masih tidak kebagian kursi setelah beberapa lama berburu kursi. Kurang struggle? Barangkali. Aku terbiasa antri untuk mendapatkan sesuatu. Tapi ternyata kata "antri" tidak ada dalam kamus orang-orang itu.

Hampir putus asa karena tidak kunjung kebagian kursi, aku kebetulan melihat nun di depan sana (tapi masih di luar gereja) ada kursi kosong nganggur. Terimakasih Tuhan...akhirnya penantianku berbuah hasil yang cukup baik. Aku dapat tempat dekat cctv sehingga dapat lebih khusyuk beribadah, meskipun kamera videonya agak kurang fokus.

Besok paginya aku berencana bangun pagi untuk ikut ibadah jam 6 pagi. Tetapi karena malamnya tidur terlalu malam aku tidak mampu bangun sebelum jam 6 pagi. Setelah pulang gereja aku ingin menyelesaikan bacaanku summary ALIAS season 4. Belum kelar membaca, ngantuk, dan waktu dari Raymond Weil sudah menunjukkan pukul 11. Aku pun berangkat tidur. Bangun jam 7 pagi, aku mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke Medan. Rasanya udah ready semua, tidak ada yang ketinggalan. Later setelah di Medan aku sadar kacamataku ketinggalan. I knew I must've forgot something no matter how well-prepared I was.

Aku memutuskan untuk ikut ibadah jam 9. Tak ingin terulang kejadian semalam, aku berangkat jam 8.30. Tapi tetap tidak kebagian duduk di dalam gereja. Untungnya kursi di luar gereja masih banyak yang kosong, sehingga masih bisa memilih kursi dengan posisi terbaik. Yang tidak aku perhitungkan adalah persembahan ke depan satu per satu yang memakan waktu sangat banyak. Ibadah selesai praktis jam 11.30.

Terburu-buru aku ke ATM Mandiri ambil cash (it was a very shiny day, I felt dizzy), mencari taksi dan ambil tas yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Aku sempat ganti kostum, bayar makan dan cuci baju di mba Ami (I hope mbak Ami's still there when I comeback).

Aku naik taksi ke Blok M, dan naik Damri dari sana. Tiba di Blok M, ada tawaran taksi ke bandara Rp 50 rb tanpa tol. Aku bilang aku tidak tertarik, lebih suka naik Damri yang cuma Rp 15 ribu. Kebetulan sesampai di Blok M Damri paling depan baru saja berangkat. Mereka bilang Damri kedua masih lama.

Aku rada tergoda bujuk rayu mereka, karena sampai di Blok M sudah jam 13.30. Mengingat aku masih belum terlalu confident dengan itinerary-ku, aku berencana tiba di airport as soon as possible dan mengurus itinerary yang status pembayarannya masih pending. Waktu pesan tiket aku bayar pakai credit card, dan di itinerary statusku bukan CONFIRMED tapi PENDING. Tapi untung saja aku ikut kata hatiku yang mengatakan naik Damri saja. Pilihanku benar adanya. Hanya menunggu 15 menit Damri sudah berangkat, dan aku tidak perlu worry akan dibawa kemana oleh tukang taksi. Hehehe…siapa juga yang mau menculik aku ya?

Sesampai di bandara dengan sedikit cemas aku menghampiri counter Air Asia. Ternyata credit card si Mogly sudah dikredit sama Air Asia. Syukurlah.

Karena sudah siang dan aku belum makan siang, I bought 3 donuts and a medium fruitpunch for nearly Rp 25.000,-! Hehehe...pretty expensive huh?! Lebih mahal lagi kalau donatnya benar-benar ketinggalan di tempat cek barang waktu aku mau check-in! Hampir saja ketinggalan, untung tidak ada yang tertarik dengan makanan terbungkus kertas dunkin’ donut dan membiarkan makananku tergeletak sampai aku mengambilnya.

After check-in I rushed into Lounge A7 and guess what? I met with my cousin Tina, we're in the same flight. Terpaksa menahan penasaran pada ALIAS untuk sementara waktu. Akhirnya bacaan itu aku selesaikan di dalam pesawat yang membawa aku back to my new hometown. Despite all the inconviniencies I experienced during check-in and finding seats on your own, the flight is very much okay compare to Merpati or Bouraq. Waktu boarding tadi aku memilih pintu yang salah dan kesalahan itu membawa keberuntungan untukku. Bagaimana tidak..orang sesehat aku memilih pintu untuk orang tua dan anak2 (aku betul-betul tidak memperhatikan, dan Tina-pun diam saja mengikuti aku). Ketika pintu yang aku pilih terbuka, kami pun menuju pesawat sementara pintu yang satu lagi masih tertutup. Aku bertanya pada Tina, kenapa pintu itu masih tertutup. Tina bilang, karena mereka membiarkan orang-orang tua dan anak kecil masuk pesawat dulu, baru yang lain masuk. Huahahahaha…untung tadi aku tidak ditegur karena memilih pintu yang salah!

Tiba di Medan jam 6 sore, I found my uncle's sick at home. That night my uncle doctor Leo was taking care of his illness (thank God he's here when needed, since his homebase is NAD for the time being), and transferred him to the hospital to be hospitalized. Uncle Leo suspected a lever abses. I hope he’s gonna be okay and check out real quick.

Thursday, December 01, 2005

Prof Chia and Me

Beberapa waktu yang lalu, setelah sebuah workshop penulisan artikel jurnal aku mencoba menghubungi kembali Prof Chia. Kusertakan email terakhir beliau untukku untuk me-refresh ingatannya pada aku. Permintaanku pada email tersebut adalah agar ia membantuku dalam penelitianku mendatang, yang waktu itu masih OCB.

Jawabannya singkat, padat dan jelas…yang membuat aku mempertanyakan lebih lanjut, apakah OCB tepat untuk jadi topikku nanti dalam disertasiku. Disertasi? Yups, disertasi. Sesuatu yang meskipun pernah terlintas dalam pikiran tapi tak pernah terniat untuk dilakukan. Tadinya aku tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Aku merasa keadaan yang sekarang sudah cukup bagiku. Tetapi salahku sendiri memilih instansi pendidikan sebagai tempat aku berkarir. Pendidikan tinggi pula. Menjadi seorang doktor is a must!

Prof Chia adalah seorang profesor dari NUS, yang memiliki minat penelitian sama denganku. Pertama kali melakukan kontak dengan beliau adalah ketika aku tengah menyelesaikan tesis bertopik OCB. Pada waktu itu beliau menawarkan untuk melakukan joint research. Very tempting at that time, tapi karena keterbatasan waktu, para pembimbingku menyarankan aku untuk tidak melakukannya. Aku ingat Pak Munandar almarhum menasihatiku untuk menyimpan alamat Prof Chia, barangkali nanti dibutuhkan kalau aku ambil S3. Waktu itu aku nyengir saja, membayangkan kesulitan apa yang bakal aku temui jika lanjut ke S3. Lha S2 aja aku selesaikan dengan berdarah-darah (berlebihan sih…)

Pak Munandar benar, aku membutuhkan alamat email Prof Chia saat ini. Aku seperti kena batunya. Kalau boleh menganalogikan dengan mendaki gunung, ini mengingatkanku pada peristiwa pendakian Gunung Gede. Kali pertama aku mendaki gunung itu, kukutuk diri sendiri sebagai orang kurang kerjaan. Penderitaan mendaki gunung terutama di “tanjakan setan” (dinamai tanjakan setan karena tanjakannya memang kayak setan!) membuat aku kapok. Dalam penderitaan itu aku sempat berjanji pada diri sendiri, tidak akan mendaki gunung lagi. Nggak taunya, aku mendaki Gunung Gede sampai 3 kali! Bisa dibayangkan, yang repot pada pendakian itu adalah orang-orang di sekitarku. Bagaimana tidak merepotkan, membawa ransel sendiri pun aku tidak mampu.

Kembali ke Prof Chia, emailnya belum aku jawab kembali, karena aku sedang sibuk berkutat mencari artikel jurnal dan membacanya, supaya aku lebih well versed dalam topik OCB dan KM. Malu atuh kalah diskusi dengan profesor. Tapi karena tidak sabar menunggu jawabanku (atau kuatir jawabannya tidak sampai ke aku?), ia menghubungiku kembali. Kali ini kujawab (kuatir dia tidak tau aku sedang sibuk mempersiapkan diri), aku sedang mencari “the unresolved issues” pada topik OCB dan KM. Aku akan kembali pada beliau setelah mendapatkan topik yang sesuai. Oh God…help me please….