Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Tuesday, January 29, 2008

Selamat jalan Pak Harto...

Dua hari yang lalu Pak Harto, mantan presiden kami yang sudah melekat di jiwa raga kami (ceile!), akhirnya pergi menghadap Sang Khalik. Pak Harto meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina, hari Minggu tanggal 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB. Beliau pergi membawa rasa cinta dan benci yang campur aduk pada rakyat Indonesia.

Sejak meninggalnya Pak Harto sampai hari ini, rame-rame televisi menyiarkan hal ikhwal tentang Pak Harto. Mulai dari apa yang terjadi pada jenazah, history of the Smiling General, komentari-komentar pakar dan orang-orang terkenal yang mendadak merasa kenal Pak Harto, sampai ke komentar-komentar orang kecil yang merasa pada jamannya, Pak Harto tidak pernah menindas. Hah!

Pak Harto dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar. Beliau disemayamkan di sebelah istrinya, Ibu Tien Soeharto yang sudah menunggu beliau lama sekali, hampir 12 tahun! Kasihan Ibu Tien...sendirian di sana selama 12 tahun. Sekarang mereka sudah bersama-sama lagi, jadi sejoli lagi. Ihik...

Pak Harto ini terkenal sampai ke mancanegara. Bahkan rakyat Thailand yang bahasa Inggrisnya pas-pasan pun mengenal beliau. Sopir tuk-tuk kami waktu di Ayutthaya tahu Pak Harto sedang terbaring sakit di hospital, dan beliau itu doyannya, "getting money-money-money". Hehehe...

Pak Harto memang kontroversial. Kita bisa menyayangi beliau dan pada saat yang bersamaan membenci beliau. Tapi jangan tanyakan bagaimana perasaan keluarga korban Tanjung Priok atau keluarga aktivis-aktivis yang menjadi korban "kekaleman" beliau ya...

Selamat jalan Pak Harto...sekarang Bapak sudah tidak bisa pilih-pilih jalan lagi...semoga Tuhan berkenan dan mengampuni segala kesalahan Bapak pada bangsa ini. Amin.

Friday, January 25, 2008

Forgetful Debby (again???)

Kemarin adalah hari sial sekaligus keberuntungan buat aku. Dimulai dari kebingungan mau mulai kegiatan dari mana: ke samsat Depok ambil berkas kendaraan atau ke bank urus rekening koran? Lalu ada Ringking yang mau kasih uang tunai untuk satu proyek yang sudah selesai. Ringking nih punya kebiasaan ngasih dalam bentuk tunai, kan repot nyetorin kembali ke bank?

Akhirnya kemarin aku putuskan untuk ke BRI dulu nyetor uang dari Ringking, secara BRI adalah bank-ku yang terdekat. Karena berbulan-bulan gak pernah ke BRI lagi, ternyata buku rekening habis untuk print-out transaksi. Aku harus bikin buku baru. Tapi karena tidak bawa KTP, terpaksa ditunda dulu. Karena kesal urusannya jadi lama, aku ketinggalan HP di meja teller tapi di tempat yang tidak kelihatan oleh teller.

Setelah dari BRI aku ke BNI UI. Harus naik bis kuning karena gak bawa mobil. Transportasi sepeda baru akan jalan besok. Menunggu lama di halte psikologi, aku teringat harus menelepon Pak Achmad, alumni Psikologi Kriminal yang janji mau kasih laporan kunjungan ke lapas-lapas 2 tahun lalu (kunjungan dua tahun lalu laporan belum jadi-jadi juga...dasaaaarrr...). Aku tak menemukan HP di tasku!

Setelah sadar gak ada hp di tas, aku jalan menuju gedung H sambil mengingat2 dimana gerangan aku meninggalkan hp itu. Tujuan pertama adalah BRI. Mungkin ketinggalan di sana. Baru masuk BRI, aku sudah disambut senyum geli para pegawai bank. Sambil cengengesan aku bertanya,"maaf mbak, tadi saya ketinggalan hp gak ya?" Terus ditunjukin hpku tercinta, "ha...ini diaaa...." Aku berterimakasih sebesar2nya kepada mereka yang mau nyimpenin hp itu, dan dijawab oleh mereka,"untung nasabah yang menemukan jujur, mau ngasih ke kami". Dalam hati aku bilang,"hp itu masih rejeki-ku..."

Lalu aku ke BNI ...diantar Pak Yamin supirnya Pak Enoch, just in case aku kelupaan lagi ada Pak Yamin.

Kejadian kedua adalah waktu pulang dari kantor pas magrib. Aku melihat si Puspita, kucingku sayang kucingku malang, sedang menggigit-gigit rerumputan di samping got depan rumah. Aku ketawa geli. Si Pus ini pemakan segala. Dia bisa makan biskuit, buah-buahan, ikan-ikanan, daging-dagingan, dan rerumputan. Tapi kalau habis makan rumput suka sakit perut, dan memuntahkan makanannya. Kupanggil dia untuk menemaniku duduk2 di teras sambil melepas sepatu. Aku tidak sadar meletakkan tas laptop di atas kursi teras dan tidak membawanya masuk!

Tas itu berada di teras sampai lewat waktu isya. Ya Tuhan....lama banget dia di sana tidak diutak-utik orang iseng. Kata Mba Ami ada anak yang baru memasukkannya sekitar jam 9 malam. Jadi sebelum itu, anak-anak yang lalu lalang melihat tas itu nyuekin aja. Ckckckck....Aku juga tidak sadar ketinggalan tas karena malam itu aku kecapekan, jadi terlelap sebelum waktunya.

Pagi-pagi keluar dari kamar belum nyadar juga kalo laptopku tidak ada. Baru setelah mba Ami cerita, aku sadar. Hwaaaaa....kalau dia hilang....untuk apa aku hidup lagi???? (*berlebihan mode on*) Tapi kejadian2 itu mengingatkanku kembali, that I was soooo blessed in my life. Thank God.

Sebelum kena alzheimer, i better take gibolan deh.

Wednesday, January 23, 2008

Wisata Belanja (emak-emak banget deh...) di Chatuchak Market

Pada hari minggu yang lalu kami melakukan wisata belanja ke Chatuchak Weekend Market (also known as Jatujak Weekend Market). Chatuchak ini berada di kawasan Mo Chit, agak jauh dari guesthouse tempat kami menginap di Rama IX (bahasa Thai-nya Palam Gow). Untuk ke sana, kami harus ke Victory Monument dulu (bisa by bus dengan cost 16 baht each) atau by taxi (most convenient) dengan cost 80 baht. Karena kami adalah budget traveller (ha ha), maka kami akan menggunakan moda transportasi yang murah dulu, nanti kalau sudah tewas dan kaki-kaki sudah tidak sinkron lagi dengan otak, baru naik taksi. Pernah merasakan kaki tidak sinkron dengan otak? Aku pernah....waktu naik gunung years ago.

Dari Victory Monument we were supposed to take BTS (Bangkok Mass Transit System) Skytrain yang relnya berada di atas. Masalahnya, karena moda transportasi ini belum ada di Jakarta, kami agak norak kebingungan bagaimana caranya memperoleh tiket dengan menggunakan mesin-mesin yang ada di stasiun. Kami melihat ada ticket information di sudut stasiun, dan mengira kami bisa membeli tiket di sana instead of using the damn machine.

Kris pergi ke ticket info untuk membeli tiket. Dan apa yang didapat? A bunch of coins. Mana tiketnya??? Kami bingung karena tidak ada tiket. Dalam bingung kami menatap mesin tiket (kasihaaaan deh...). Mau bertanya sama orang-orang di sekitar, they were all in a hurry. Kalau pun ada yang bisa ditanya, kami harus bertanya in Thai language, since they didn't understand a bit of English. Untunglah ada seorang bule yang melihat kami bingung dan memberitahu cara untuk mengambil tiket dan peron yang tepat untuk ke Mo Chit. Thank God (and thank mister also lah...).

Sebetulnya petunjuk di mesin sudah sangat jelas, if only kita mau membaca dengan seksama. Untuk tiap stasiun ada charge yang berbeda-beda. Untuk ke Mo Chit misalnya, kami harus press no. 3 (zona harga untuk Mo Chit) dan memasukkan koin 5 dan 10 baht ke dalam mesin sampai jumlahnya menjadi 25 baht, lalu keluarlah tiket itu. Tiket digunakan untuk masuk ke peron. Kalau sudah di sini sama saja dengan cara masuk ke platform busway.

Akhirnya kami sampai di Chatuchak Market. Ikut arus...kami melewati Chatuchak park dan masuk ke arena belanja. Barang-barangnya cukup murah. Paling sedikit kami menghabiskan 5000 baht di sana, untuk belanja oleh-oleh dan belanja keperluan sendiri (paling banyak sih belanja untuk diri sendiri). Kami berkeliling pasar dan melakukan tawar-menawar dengan penjual barang sampai menjelang sore. Untungnya para penjual itu cukup terbiasa berbahasa Inggris, sedikitnya untuk kepentingan bargaining. Keahlian mereka yang lain adalah, mareka sangat ramah dalam melayani pembelinya. Jadi betah dan tidak stres belanja di sana.

Pulang dari Chatuchak Market sudah jam 3-an. Kami pulang dengan menggunakan BTS lagi sampai ke Victory Monument, disambung dengan taksi (kan kakinya sudah hampir tidak bisa menerima perintah dari otak). Then pinjem komputer guesthouse untuk check emails.

Banyak email dari Mr Rajaretnam dari IRC Goa, antara lain first draft agenda di Goa nanti, list of participants dan memo untuk participant. Another thrilling trip to India tapi gak harus mikirin budget karena gratisan. Di agenda kelihatannya lebih banyak site visiting-nya daripada classroom lecture. Salah seorang resource person-nya adalah Arundati Roy, seorang penulis India jempolan yang satu-satunya novel yang ia tulis "The God of Small Things" merupakan salah satu novel favoritku (sebetulnya buku itu milik adikku Alison, mau pinjem lagi aahhh...).

After checking emails....tumbang dengan sukses di tempat tidur. Zzzzzzz......

Monday, January 21, 2008

Back to Bangkok

I wrote this entry right after we got back to Bangkok, but for some reasons I couldn't upload the entry to this blog. Since tomorrow I will be back to Jakarta, I'm uploading this under the disappointment faces of some chattering house keepers. Hehehhe. Untuuuung ada Toom.

------------------------------------------------------------------------

Hari ini kita kembali ke Bangkok sekitar pukul 10 am. Nice experience in Kanchanaburi, with a nice guesthouse we have. Kalau Kanchanaburi tidak jauh dari Bangkok, mungkin aku lebih suka menginap di VN guesthouse saja.

Kami jalan ke bus station menggunakan becak motor Kanchanaburi. Becak ini istimewa, bisa muat tiga orang gede-gede dengan tiga backpack yang juga gede-gede. Dengan harga 60 baht kami sudah sampai di bus station.

First thing first. Sampai di bus station kami menelepon 5 Rama Nine 54 Guesthouse. Tadi pagi dia sudah balas emailku, minta aku telepon Toom untuk pesan kamar. Bargaining kamar dengan si Toom, kami dapat satu double room dan satu single room for 350 baht per night. Book satu malam dulu aja. Kalau tempatnya bagus, dan neighborhood-nya ok, mungkin kami akan menginap di sana for the rest of our days.

Toom memberitahu jalan ke guesthouse dari Southern Bus Terminal Bangkok. Kami harus naik bis dua kali, satu no. 28 sampai Victory Monument (pusat kota Bangkok), dan satu l agi no. 551 sampai di seberang Rama Nine 54.

Bangkok hari Sabtu macetnya kayak Jakarta hari Senin! Maceeeet banget, sampai kami harus menunggu di bis no. 28 hampir dua jam. Lalu lintas di Bangkok sebetulnya sama saja dengan Jakarta, macet pada rush hour. Bedanya, di sini kendaraan lebih tertib dan teratur ngantri di jalan raya. Sampai di victory monument sudah jam 3 lewat. Kami harus menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan yang panjaaaaaang sekali (tapi untung kami tidak harus berjalan di sepanjang jembatan itu) untuk ambil bus no. 551. Kalau bus no. 28 ongkosnya THB 15, bus no 551 ongkosnya THB 16. Entah benar entah tidaklah...aneh aja ada perbedaan harga.

Sampai di depan Rama Nine 54 kami harus menyeberang jalan lagi lewat jembatan penyeberangan. Kalau di Jakarta udah gue cuekin tuh jembatan. Tapi di sini kayaknya tidak ada yang kurang ajar nyebrang jalan sembarangan. Terpaksa naik jembatan sambil tertatih-tatih karena backpack yang berat dan sisa pegal-pegal kemarin.

Karena tidak terbiasa dengan jalan-jalan di Bangkok, kami sempat tersesat dengan petunjuk si Toom. Bertanya sama orang-orang Bangkok kebanyakan percuma saja, they don’t understand a bit about English. Udah capek kita terjemahin 54 jadi “ho si” gak ngerti2 juga. Untunglah aku akhirnya bertemu dengan orang Thai yang bisa English dan mau bantuin telepon si Toom.

Singkat cerita, kami akhirnya sampai di guesthouse pukul 16.15 pm. Di sini kami tidak bertemu Toom yang bisa bahasa Inggris. Kami bertemu dengan 2 orang useless yang susah sekali diajak bahasa Inggris. Pakai bahasa tarzan pun mereka gak ngerti. Alamaaaakk…tapi akhirnya kami berhasil sampai di kamar dengan selamat.

Aku tertidur cukup lama, sampai jam 6. Terbangun karena ada suara-suara yang sepertinya orang sedang kebaktian. Dekat-dekat sini pasti ada gereja. Lalu aku mandi dan turun ke bawah. Ada internet nganggur, tapi useless juga. Internetnya terlalu bego kayak yang punya. Aku iseng jalan-jalan keluar, tidak ada satu orang pun di jalanan!

Akhirnya aku balik lagi ke guesthouse dan mengetik ini sampai jam 8. Kayaknya gak ada yang bisa dilakukan malam ini. Jalan sendirian malam hari, di negeri orang pula, kok kayak gak ada kerjaan. Takut ditawarin aja. Kuputuskan untuk mempelajari map yang diberikan oleh guesthouse ini. Besok aku mau jalan-jalan.

Friday, January 18, 2008

One day tour at Kanchanaburi

Hari ini kami mengikuti sebuah tour dari Good Time, sebuah tour agency dari Kanchanaburi. Dengan cost THB 750/each kami mendapatkan pengalaman jalan-jalan dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Phewwww....cape deeehhhh....

Jam 8 kami sudah dijemput oleh Noodle, tour guide kami. Noodle (her name is really noodle!) datang terlalu pagi, kami belum sarapan. Kami minta waktu untuk sarapan dulu (dengan pancake dan cool water - semua air mineral di Thailand ini dingin sedingin-dinginnya, nggak ada yang normal). Noodle menjemput rombongan lain sambil menunggu kami selesai sarapan.

15 menit kemudian kami sudah dijemput lagi, pancake yang porsinya sangat besar terpaksa kami tinggalkan karena nggak habis juga. Noodle mengatakan kami akan serombongan dengan turis dari Denmark dan Korea Selatan.

Tujuan pertama kami adalah Sai Yok Noi (Waterfall), yang jarak tempuhnya 45 menit dari VN guesthouse tempat kami menginap. Menurut aku air terjunnya biasa aja. Di Indonesia pasti banyak air terjun yang lebih indah. Yang nggak biasa adalah, air terjun ini bersih sekali. Setiap kali ada petugas yang membersihka kawasan wisata itu, sehingga turis bisa manjat tanpa kuatir terpeleset. Satu lagi yang tidak biasa dari air terjun ini adalah King Rama V pernah mengunjunginya (emang kenapeee....). Di Sai Yok Noi ini ada sebuah lokomotif tua terdampar, yang katanya masih sambungan dari Hellfire Pass (the Death Railway) yang merupakan tempat kunjungan kami yang kedua.

Kami diberi waktu 40 menit oleh Noodle berada di Sai Yok Noi. Setelah itu kami harus naik mobil kembali dan berangkat ke Hellfire Pass yang tidak jauh dari waterfall.

Hellfire Pass adalah bagian dari cutting mountain yang digali oleh war prisoners pada masa Perang Dunia II untuk menghubungkan rel kereta api dari Thailand ke Burma (Myanmar). Panjangnya sekitar 500 meter, dengan dalam lebih dari 25 m. Pada masa itu, war prisoners harus menggali batu menggunakan tangan, tanpa perlindungan sama sekali. Dari sekitar 1000 tahanan perang yang berasal dari Inggris dan Australia (not to mention orang-orang Thai) ada sekitar 900 orang yang mati di sana.

Pemerintah Australia membangun sebuah memorial museum di dekat cutting mountain untuk mengenang mereka yang mati dalam usaha memotong gunung.
Agak susah juga mencapai hellfire pass ini. Oleh Noodle kami dibawa menuju short cut yang amit-amit tingginya. Waktu turun sih gak berasa, tapi waktu naiknya....masya allaahhh....nafas gue hampir putus rasanya. Untung gak jadi mati. Tadinya gue pikir gue akan bergabung dengan para tahanan perang yang wafat karena membelah gunung.

Setelah puas mempelajari sejarah railway Thailand, kami pun menuju sebuah local restaurant untuk makan hidangan Thailand. Makan siang kami adalah nasi, ayam, Thai omelet, sayur yang kayak asinan Bogor, dan buah nanas. Kami duduk bertiga-bertiga pada sebuah bangku panjang, sesuai dengan negaranya masing-masing. Di ujung meja paling kiri adalah kelompok Korea Selatan yang terdiri dari seorang ayah dan dua anaknya. Di tengah adalah kontingen dari Indonesia, terdiri dari aku, Ninin dan Kris. Di sebelah kanan kami adalah kontingen Denmark, yang terdiri dari seorang ibu, anak perempuan dan pacarnya (atau suaminya?).

Tebak makanan siapa yang duluan abis? Tentunya kontingen Indonesia!!! Huahahaha. Tapi kami tidak menambah nasi, sementara dari Korsel, sang ayah nambah nasi sampai-sampai anaknya memberikan tambahan nasi karena malu (emangNYA kenapa kalau papa mau tambah nasi? hehehe). Kontingan dari Denmark paling tidak pintar, tidak ada yang habis kecuali ayamnya.

Setelah kenyang kami berangkat menuju elephant riding di sebuah desa yang cukup terpencil. Kali ini rombongan Denmark tidak ikut. Mereka lebih suka melakukan hal lain ketimbang naik gajah. Jadilah cuman kami dan rombongan Korsel yang ikut naik gajah dan bamboo rafting. Kedua kegiatan ini gak kalah seru, bikin semua otot badan pegal-pegal. Apalagi pawang gajahku rada nakal. Di tengah jalan dia ngajak tukar tempat. Gue berada di leher gajah, sementara dia enak-enakan sambil ngerokok di singgasana gue. Sialan....bulu gajah itu ternyata tajam-tajam!

Sementara itu rombongan Denmark akan melakukan mountain trekking selama 4 jam. Alamaaaakkk...count me out! Si Noodle menggodaku dengan mengajak trekking sambil tersenyum. Makasi deh.

Setelah rafting yang melelahkan (kayaknya lebih dari 3 kilometer deh...dan gue harus jadi captain of the raft), kami disuguhi kopi/teh hangat dan sejenis jeruk bali (tapi yang ini warnanya krem). aku tidak terlalu suka jeruk bali, tapi karena anxious dari rafting, lima kerat jeruk habis aku kunyah. Sampai jam dua kami harus menunggu Noodle dan Denmark itu datang.

Ketiak mereka datang, kami harus berpisah dengan Noodle yang wajib ikut trekking dengan para Denmark. Say goodbye to Noodle, mudah-mudahan dia tertarik datang ke Indonesia. Tadi waktu di hellfire pass gue bujuk dia datang ke Indonesia, kayaknya dia cukup tertarik sama Bali. Huh...lagi-lagi Bali....sekali-kali ke Sungai Pakning dooong...

Dari desa itu kami berangkat menuju Thamkrasae Cave yang berada di pinggir River Kwai. Ini juga masih sambungan dari Hellfire Pass. Yang istimewa dari cave ini...gak tau gue. Mungkin karena ada patung budhanya. Mungkin juga River Kwai view-nya. Atau kereta api tempo dulunya yang masih terawat dengan baik.

Btw di kereta ini kami bertemu turis dari Perancis yang bego banget, gak tau Bahasa Inggris!! Ketika dikasih tau singkong itu cassava, dia bengong gak tau. Kris sampai sebel sama dia. Tapi giliran foto-foto...coba lihat deh...dia tiba-tiba ngerti mau difoto. Bergayalah dia seolah-olah udah kenal gue lama.


Kami naik kereta ini dari Thamkrasae ke...mana ya? Hehehe lupa. Pokoknya empat stasiun dari Thamkrasae. Dari sana kami dijemput oleh supir tour menuju ke River Kwai Bridge yang juga masih ada hubungan dengan railway karena bridge itu adalah bekas jembatan rel kereta. Gak jauh dari sana adalah VN guesthouse, tempat kami tinggal. Hampir setengah 6 kami sampai di VN guesthouse.

Makan malamku hari ini adalah Pad Thai seafood, mie Thai yang kayak kwetiau dicampur sayuran, tauge, dan seafood. Enak banget, dan porsinya besar pula. Barusan gue merasakan otot-otot paha gue sakiiit sekali padahal tadi dah minum neurobion supaya tidak pegal-pegal. Gak ngaruh juga.

Besok kami akan kembali ke Bangkok, melanjutkan tour ke wat-wat yang ada di Bangkok, juga night bazaar. Cerita Kanchanaburi sampai di sini dulu, ane mau tiduuuuurrr....Belum book tempat di Bangkok. Bodo ah....

Thursday, January 17, 2008

Kanchanaburi

zHari ini kami berangkat ke Kanchanaburi. Dari BigJohn pukul 9 pagi, sarapan dulu di samping BigJohn seharga THB 20 each (sekitar IDR 6000). Kuenyang banget, aku makan nasi sama rebung plus ayam dan telur ceplok. Nasinya kayak sebakul.

Setelah sarapan yang mengenyangkan itu, kami ke money changer dulu untuk menukar USD ke Baht di sekitar Thonglor. Setelah itu menyusuri Sukhumvit untuk naik Bus no. 511 untuk pergi ke Southern Bus Terminal (Sai Tai Mai...gak tau ejaannya yang bener apa, kedengarannya gitu deh).

Nggak taunya, Thonglor Soi itu jauuuuuuuhhhh sekali. Di ujung jalan Thonglor kami pun membeli jambu bangkok yang kecil-kecil tapi tidak ada bijinya sebagai camilan karena sarapan kami sudah hilang entah kemana. Jambunya uenaaaak tenan. Tapi beli sekilo kok gue cuman kebagian sebiji ya? Sisanya siapa yang makan tuh?

Di bis no. 511 yang kondekturnya tidak bisa bahasa Inggris (semua kondektur di Thailand kayaknya perempuan deh), kami membayar tiket THB 15 each. Sai Tai Mai ternyata berada di ujung dunia (perbandingannya adalah naik Bus AC dari Bogor sampai Tangerang). Saking jauhnya, sampai harus ada connecting bus (no. 511 juga) supaya bisa betul-betul sampai ke terminal.

Sampai di Sai Tai Mai sudah jam 12. Kami kebingungan dengan terminalnya yang berisi huruf cacing semua. Alamaaakkkk...dimana aku mencari bis ke Kanchanaburi. Aku bertanya pada seorang Bapak yang tidak ngerti bahasa Inggris, tapi untung ngerti dengan ucapan Kanchanaburi. Dia langsung menunjuk ke sebuah gedung. Kupikir disanalah aku harus cari tiket ke Kanchanaburi.

Menuju gedung yang ditunjuk oleh Bapak tersebut, kami dihela (emangnya keledai) ke 1st floor untuk beli tiket di ticket booth. Oooooo gituuuuu...akhirnya tiket terbeli dengan harga THB 103 satunya. Kembali ke platform 10 tempat busnya mangkal, kami pun mulai perjalanan 2 jam ke Kanchanaburi.

Sampai di Kanchanaburi jam 2 pm, kami turun dan kebingungan di bus station. Untung ada police tourist sang penyelamat turis yang mbantuin kami melakukan segala sesuatu. Pak polisi turis itu membantu aku mencarikan koin untuk telepon dan menelepon VN Guesthouse untuk menjemput kami di terminal.

As easy as it gets. Kami sampai di VN Guesthouse tanpa kurang satu baht pun. Diterima dengan ramah dan dibawa ke kamar triple yang ber-AC. VN guesthouse berada di pinggir sebuah sungai (gak tau sungai apaan) yang selalu dilalui oleh restoran di atas air.VN sendiri punya raft house (rumah di atas air) yang menarik untuk ditinggali, tapi sayangnya kami dapat kamar yang bukan raft house.

Raft house itu suka berderit-derit ketika ombak sungai besar, deritnya seperti ayunan kayu yang berat. Ketika restoran di atas air hilir mudik (sore sampai menjelang malam hampir setiap 5 menit restoran itu lalu lalang), ombaknya sampai ke pinggir sungai dan menggoyangkan raft house. Asyik kan? Sayang aku gak jadi nginep di sana.

Malamnya kami ke night bazaar-nya Kanchanaburi yang terletak di jalan besar. Sama saja dengan night bazaar yang ada di Indonesia. Cuman tahan sejam berjalan-jalan menyusuri tempat itu, membeli makanan untuk makan malam.

Kami pun pulang ke VN melewati para doggies yang doyan banget menggonggong bikin kami ketakutan setengah mati. Untung yang punya doggies datang menyelamatkan kami. Kutanya beliau, "Do they bite?" dijawab dengan bahasa Thailand "##%^*(&^)(*&(*)_(*)(" dan kujawab sok tau,"Oh okay". Ketika teman-temanku bertanya apa kata bapak itu, kujawab "Anjingnya cuman bisa menggonggong saja, gak menggigit kok". Hehehe...entah benar entah tidak. Cuman bapak itu yang tahu.

Pulang ke guesthouse kurang dari jam 9 pm. Kami harus tidur cepat karena besok kami harus ikut tour seharga THB 750 each dari jam 8 am sampai jam 5 pm. Kami akan melakukan elephant riding, masuk goa, entah melakukan apa di hellfire (oh noooo...) dan jalan-jalan di bridge. Bakal capek jadi harus mempersiapkan tenaga dari sekarang. Kesehatanku agak drop hari ini, mungkin karena too much sun. Tomorrow will be better. Ciaow....

Wednesday, January 16, 2008

Bangkok

Hari ini akhirnya berangkat ke Bangkok sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama dengan AirAsia. Tumben banget deh penerbangan ini tepat waktu, mungkin karena internasional ya...Berangkat dari Soekarno-Hatta jam 16.20, kami sampai di Bangkok pukul 19.30. Sepuluh menit lebih awal dari perkiraan waktu. Mungkin karena road to Bangkok tidak terlalu bumpy (emangnya jalanan...) karena cuaca yang cukup cerah kecuali di beberapa tempat di atas Sumatera.

Sampai di Suvarnabhumi (baca:Suvarnabhum - cuman ilangin satu huruf doang), kami (aku, Kris dan Ninin) terkagum-kagum sama bandara yang baru beroperasi sekitar satu setengah tahun ini. Besar banget, dan disainnya futuristik. Tapi ada warning untuk taksi-taksi di sana. Jangan gunakan sembarangan taksi, take a meter one. Sama aja sama Indonesia. Meskipun sudah pindah, teteeep ada the real sharks there.

Tapi kalau tidak berinteraksi dengan mereka, we'll never know. Akhirnya aku bertanya pada seseorang yang menawarkan jasa angkutan, dengan mengatakan bahwa aku punya teman yang bilang taksi meter dari bandara ke Thonglor 9 bisa THB 200. Ini karena public taxi yang resmi itu mematok harga THB 400. He said that THB 400 is okay, since there are no taxis with THB 200 from the airport. From Thonglor to Airport maybe...Ah gimana sih si Big John ini.

Akhirnya kami nyerah, ambil public taxi dengan harga THB 400. Sampai di Big John, I was a bit surprised. Tampak luar hostel tidak meyakinkan. Mudah-mudahan tidak demikian tampak dalamnya. Tapi lumayanlah for a budget travellers like us. Hehehe....Meskipun kita harus share bathroom (bertiga doang sih), ada air panasnya juga.

Setelah mandi, kami berniat menyusuri Sukhumvit soi di sekitar Thonglor. Beli air mineral di Big John Pie bla bla bla seharga THB 10 (kalau dikurs ke IDR jadi 3000) yang lebih mahal daripada harga Aqua dengan content serupa. Jalan-jalan dan menemukan pedagang kaki lima yang menjual makanan asli Thailand. Beli beef bakar yang rasa saosnya bisa ditebak (kayak pakai bumbu tom yam) seharga THB 30. Harga sepiring nasi THB 5, nasinya lengket kayak ketan. Harga air mineral sama dengan Big John. Gue pikir lebih murah.

Setelah kenyang, kami susuri sisi jalan yang lain. Nemu tempat massage seharga THB 200 buat sejam. Hmmmm....Pemiliknya sangat ramah. Waktu itu sudah jam 12 lewat. Dia bilang sudah closed (padahal kami kan cuman membaca iklan di depan tokonya), dan suruh datang besok pagi. Dia mengajari kami pergi ke tempat-tempat yang seharusnya dikunjungi turis, macam Wat Pho, Wat Pra Kaw, San Jao Po Rang Maeng (nah lho udah lupa lagi gimana cara bacanya!). Kami berjanji akan datang ke tempatnya untuk pijat sana sini (hiii geli....) sebelum balik ke Jakarta.

Tonight's fun...hopefully tomorrow will be more fun. Now it's almost 2 o'clock in the morning. Gotta go sleep and have some rest. Tomorrow we'll go to Kanchanaburi.

Bangkok

Hari ini akhirnya berangkat ke Bangkok sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama dengan AirAsia. Tumben banget deh penerbangan ini tepat waktu, mungkin karena internasional ya...Berangkat dari Soekarno-Hatta jam 16.20, kami sampai di Bangkok pukul 19.30. Sepuluh menit lebih awal dari perkiraan waktu. Mungkin karena road to Bangkok tidak terlalu bumpy (emangnya jalanan...) karena cuaca yang cukup cerah kecuali di beberapa tempat di atas Sumatera.

Sampai di Suvarnabhumi (baca:Suvarnabhum - cuman ilangin satu huruf doang), kami (aku, Kris dan Ninin) terkagum-kagum sama bandara yang baru beroperasi sekitar satu setengah tahun ini. Besar banget, dan disainnya futuristik. Tapi ada warning untuk taksi-taksi di sana. Jangan gunakan sembarangan taksi, take a meter one. Sama aja sama Indonesia. Meskipun sudah pindah, teteeep ada the real sharks there.

Tapi kalau tidak berinteraksi dengan mereka, we'll never know. Akhirnya aku bertanya pada seseorang yang menawarkan jasa angkutan, dengan mengatakan bahwa aku punya teman yang bilang taksi meter dari bandara ke Thonglor 9 bisa THB 200. Ini karena public taxi yang resmi itu mematok harga THB 400. He said that THB 400 is okay, since there are no taxis with THB 200 from the airport. From Thonglor to Airport maybe...Ah gimana sih si Big John ini.

Akhirnya kami nyerah, ambil public taxi dengan harga THB 400. Sampai di Big John, I was a bit surprised. Tampak luar hostel tidak meyakinkan. Mudah-mudahan tidak demikian tampak dalamnya. Tapi lumayanlah for a budget travellers like us. Hehehe....Meskipun kita harus share bathroom (bertiga doang sih), ada air panasnya juga.

Setelah mandi, kami berniat menyusuri Sukhumvit soi di sekitar Thonglor. Beli air mineral di Big John Pie bla bla bla seharga THB 10 (kalau dikurs ke IDR jadi 3000) yang lebih mahal daripada harga Aqua dengan content serupa. Jalan-jalan dan menemukan pedagang kaki lima yang menjual makanan asli Thailand. Beli beef bakar yang rasa saosnya bisa ditebak (kayak pakai bumbu tom yam) seharga THB 30. Harga sepiring nasi THB 5, nasinya lengket kayak ketan. Harga air mineral sama dengan Big John. Gue pikir lebih murah.

Setelah kenyang, kami susuri sisi jalan yang lain. Nemu tempat massage seharga THB 200 buat sejam. Hmmmm....Pemiliknya sangat ramah. Waktu itu sudah jam 12 lewat. Dia bilang sudah closed (padahal kami kan cuman membaca iklan di depan tokonya), dan suruh datang besok pagi. Dia mengajari kami pergi ke tempat-tempat yang seharusnya dikunjungi turis, macam Wat Pho, Wat Pra Kaw, San Jao Po Rang Maeng (nah lho udah lupa lagi gimana cara bacanya!). Kami berjanji akan datang ke tempatnya untuk pijat sana sini (hiii geli....) sebelum balik ke Jakarta.

Tonight's fun...hopefully tomorrow will be more fun. Now it's almost 2 o'clock in the morning. Gotta go sleep and have some rest. Tomorrow we'll go to Kanchanaburi.

Thursday, January 03, 2008

Happy New Year!!

To all who may concern....

HaPPy NeW yeAr....


Ucapan ini untuk semua orang yang mengirimkan selamat tahun baru lewat SMS, yang tak terbalaskan (maksudnya tidak dibalas...karena aku memutuskan untuk tidak mengirimkan sms selamat tahun baru kepada semua orang). Belum telat kan?

Keputusan brilian ini berdasarkan pengalaman natal kemarin yang membuat bengkak jempolku dan bengkak pula tagihan bulanan (btw, kenapa tagihanku belum diterima ya? Apakah bulan Desember kemarin aku dapat kado berupa gratisan pulsa dari Indosat?)

Tahun 2007 dah lewat tiga hari, tahun 2008 masih ada 362 hari lagi. Masih banyak waktu untuk resolusi tahun 2008. Sampai hari ini sih belum memikirkan resolusi-resolusian, karena sakit hati rasanya kalau resolusi tak tercapai. Kata orang-orang kampung: Jalani saja hari-harimu dengan bijak.

Malam tahun baru kemarin kegiatannya adalah bakar-bakaran sama adik-adikku dan pakcik. Sudah beli jagung dan ayam barbeque yang tinggal bakar saja. Sayangnya, di tengah-tengah bakar membakar itu hujan turun dengan derasnya. Hujan membuatku ngantuk, just half an hour from 2008! Masya Allah...tak kuasa menahan kantuk, aku tertidur, dan tak terbangunkan oleh bunyi kembang api yang kata adikku luar biasa banyaknya tiap malam tahun baru.

Pas hari pertama di tahun 2008, nothing special. Jika hari terakhir tahun 2007 aku sibuk mencari hotel di Bangkok untuk tempat menginap pada liburan dua minggu mendatang, pada hari pertama di tahun 2008 aku sibuk mencari hotel di Mumbai untuk bulan depan. Baru mendapatkan email dari penyelenggara forum diskusi Goa agar cepat-cepat mengurus penerbangan dan visa. Sampai ditegur sama adikku kerjaannya nyari hotel terus. Hah...gak sadar dia, waktu mau ke Bali kemarin sibuk banget nyari hotel sampai gak bisa diganggu..gue pikir ngerjain kerjaan, gak taunya cuman nyari hotel.

Aku memutuskan menggunakan SQ, dengan jalur Jkt-Sing-Mumbai. Konsekuensinya, either menginap di Singapura atau Mumbai. Aku search hotel di Mumbai, dan dapat satu hotel yang mau menjemputku di airport kalau aku kirim itinerary ke mereka. Kuputuskan untuk menginap di Mumbai dalam perjalanan ke Goa.

Untuk pulangnya, aku cari jadwal penerbangan yang bisa membuatku nginap semalam di Singapura. Aku ingin menjenguk Yuyun, seorang teman lama yang menikah dengan pramugara SQ dan sudah jadi permanent resident di sana. Sudah segede apa ya anaknya Yuyun...Syukurlah ada penerbangan dengan jadwal yang menginap di Sing, pakai Airbus pula...

Lelah mencari hotel dan jadwal penerbangan yang pas, aku memutuskan pulang ke Depok sekitar jam 2 pm. Pakcik sudah pulang sejak jam 12.30 bersama temannya yang mati-matian mendekati Pakcik (hehehehe...jomblo satu ini banyak maunya...). Tapi aku salah memilih jam pulang! Macet mulai dari Cihampelas sampai ke tol Padalarang. Baru masuk tol Padalarang jam 3, padahal tadi dari rumah sudah jam 2. Tidak beruntung sekali saya ini....

Dari km 107 s/d km 89 hujan deras dan kabut yang ampun-ampunan sampai jarak pandang cuman semeter doang. Aku sempet hampir menabrak mobil orang waktu pindah jalur. Lalu macet lagi di jalan tol Cikampek. Hwaaaaaa....itulah kenapa aku suka pulang pagi-pagi saja dari Bandung!!! Kalau bukan karena besoknya ada ujian tesis dan pertemuan di Mabes Polri, aku sudah pulang besok paginya deh....Sampai rumah jam 6!!!!!!!!

Sebetulnya aku tak ingin bad mood pada hari pertama di tahun 2008, tapi akhirnya jebol juga kesabaranku di mie ayam berkat. Gila, macet2 di jalan tol tadi tidak membuatku marah, tapi terlambat dilayani membuatku kesal. Sebetulnya kesal tambah agak-agak risih karena ada bapak-bapak yang lagi makan sama keluarganya tapi matanya terus memandangi aku (atau memandangi kakiku yang telanjang karena aku cuman pakai celana pendek? eeeeewwww....)


Aku ultimatum pelayannya, kalau pesananku belum selesai mendingan tidak jadi aja deh. Ajaibnya, baru saja ultimatum itu aku lontarkan, nasi goreng sea food pesananku langsung jadi.
Ckckckckck....hebaaatt...kenapa gak dari tadi aku ultimatumnya.


Hari kedua di tahun 2008 was a very busy day. Hmmmm….awal yang baik. Pagi-pagi musti ke Mabes Polri untuk rapat mengenai pengawasan seleksi bintara Polri, pulang dari sana maceeeettt…jam 4 sore baru nyampe kampus, padahal jadwal nguji Mba Hayu jam 4. Belum sempet baca semua tesisnya (ngapain aja hampir seminggu, padahal dia dah kasih berkas tesisnya tgl 28 Des!). Ujiannya sampai jam 7! Para penonton sampai stres dan tidak sanggup nungguin Mba Hayu sampai seluruh proses selesai. Gue juga stres karena dah janjian sama mahasiswa KM4 untuk ketemuan jam 6 sore membahas Kapita Selekta.

Ngobrol-ngobrol sama mahasiswa KM4 (untung diganjel bakso malang halim!) sampai jam 9, sampai seluruh lampu di lantai 2 gedung H dimatiin sama satpam kecuali di tempat kami ngumpul. Sampai di rumah jam 9.30, uuugggghhhhh....lelah. Tidak sempat baca paper Kapita Selekta mahasiswa padahal besoknya nilai sudah harus masuk. Aku tidur dengan rasa lelah luar biasa, untung tidurnya tidak nighmare ditimpa dinding.