Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Thursday, July 22, 2004

Kuaciaaannnn…deh Presiden & Wapres Terpilih Nanti
Oleh: Anni Iwasaki (Ibu Ketua "Anni Iwasaki Foundation”)
     
“Berhubung para capres& cawapres tidak ahli dalam bidang ekonomi, maka kali ini kami tampilkan para tim sukses ekonomi dari …dst dst.” demikianlah kira-kira Desy Anwar membuka acaranya di Metro tv hari Selasa tanggal 1 Juni lalu. Sebagai juri adalah Ketua Bappenas Kwik Kian Gie.
 
Hadir arsitek ekonomi pemerintahan Presiden Mega, Sri Adiningsih, dari Pan Didik Rachbini dan Drajad Wibowo. Sofyan Jalil dan Hermanto Siregar tim ekonomi SBY dan tim ekonomi dari capres P3. Tim ekonomi Wiranto tidak datang.
 
Jalannya debat cukup seru dalam tempo cepat.
 
Pada sesi pembukaan, membuka lapangan kerja, Sri Adiningsih perlu diperingatkan oleh Desy agar langsung kepada konkritnya. Terutama Kwik yang justru lebih banyak menyudutkan perancang ekonomi dari pemerintahan Mega yang Kwik sendiri seharusnya ikut bertanggung jawab. 
 
Kwik menilai program ekonomi dari PAN banyak konkritnya. Antara lain menggenjot pasar dalam negeri, menyelesaikan utang dalam & luar negeri. Sektor swasta membangun angrobisnis, pariwisata, perumahan rakyat karena memiliki multiplier effects sebagai konsepsi menarik investor, pengamanan pasar domestik. 
 
Tapi Kwik mengaku lebih menyukai program tim ekonomi SBY yang mencuatkan pemberantasan korupsi diatas segalanya. Karena menurut Kwik dari situlah seluruh kebobrokan ini bermula.
 
Diakhir acara , “…-dari semua-program yang ditampilkan-, belum keluar apa itu yang disebut Ekonomi Kerakyatan!” keluh Kwik Kian Gie.
 
Ekonomi Kerakyatan.
 
(kata kunci, ekonomi; produksi, distribusi dan mendayagunakan kekayaan /Kamus Besar Bahasa Indonesia )
 
Yang perlu dicatat dari acara tersebut diatas, tim sukses ekonomi dari ke 4 capres dan juri masih berkutat kepada isu populis. Yaitu usaha kuratip/penanggulangan ekonomi secara parsial. Alias bukan program yang diajukan melainkan proyek dan proyek….. Seperti membuka lapangan kerja, memberantas kemiskinan, memberantas kkn dan menciptakan iklim investor. Membangun infrastruktur dst..dst.
 
Program Pembangunan Ekonomi Nasional yang ditawarkan belum menuju kepada Program Pembangunan Manusia, Esensi pembangunan nasional NKRI. Yang diamanatkan dalam preambule UUD’45 dan Pancasila.
 
Meskipun Kwik tidak bertanya sejak awal tentang Ekonomi Kerakyatan. Seharusnya para tim ekonomi mengedepankan secara utuh, program pembangunan nasional yaitu, Pembangunan Manusia-baca: rakyat- Indonesia berdasarkan UUD’45 dan berlandaskan Pancasila-Human Development- . Yang akan menjadi lokomotif pembangunan NKRI di segala bidang. 
 
Dalam negara demokrasi, pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang membutuhkan lapangan kerja, yang miskin, pelaku kkn, yang tidak menegakkan hukum, politisi busuk, pemimpin yang tidak bersih, presiden yang tidak punya visi dsb. Bukankah, semua itu pelakunya adalah rakyat?
 
Begitupula, membangun ekonomi adalah membangun produktivitas.
Sedangkan yang memiliki kemampuan berproduksi, mendistribusikan-produktivitas- dan menggunakan kekayaan - hasil dari produksi - adalah rakyat.
 
Berarti,  membangun ekonomi sama dengan membangun rakyat. Membangun rakyat sama dengan membangun ekonomi. Kemanapun pembangunan poleksosbud&hankamnas akan diarahkan dan dikerahkan. Kualitas dan kuantitas rakyat berada pada titik sentralnya.
 
Jika ingin berhasil membangun ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan negara non migas. Kualitas hidup rakyat, kependudukan dari segi kemanusiaan/kerakyatan harus selalu menjadi pusat dalam semua keputusan kebijakan.
 
Itulah yang disebut Ekonomi Kerakyatan.
 
Dalil, sarana dan prasarana yang diminati oleh bangsa diseluruh dunia, adalah dalil, sarana dan prasarana yang telah teruji berhasil meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup si pembuatnya/rakyat.
 
Pembangunan sumber daya manusia, bukan hanya sekedar memberikan ketrampilan bekerja-pembangunan man power-. Melainkan pembangunan manusia secara utuh-human development-, memiliki multiplier effects komprehensif. Yaitu pembangunan peri kehidupan ; poleksosbud & iptek. Sekaligus juga pembangunan lahan penghidupan yaitu ; pembangunan industri berat hulu, menengah dan hilir untuk pembangunan sandang, pangan, papan & lingkungan, pendidikan dan kesejahteraan sosial-.
 
Sekaligus pembangunan besar-besaran distribusi darat, laut, udara dan sekuriti. Pos, telekomunikasi, perbankan dst. 
 
Mengangkat UKM menjadi pengusaha nasional. PKL menjadi UKM.
 
Membuka lapangan kerja besar-besaran untuk seluruh jenjang pendidikan.
 
Sekaligus memajukan keilmuan sain&tehnologi tinggi dalam sektor domestik-regenerasi- dan sektor publik-reproduksi-. 
 
Orang-orang dari luar negeri akan berdatangan menuntut ilmu di Indonesia. 
 
Karena berkesinambungan program ini sekaligus bisa menjadi konsepsi kerja sama bilateral&multilateral-indirect investor- yang akan mendorong direct investor dalam dan luar negeri berdatangan. Tentu saja akan dibarengi dengan  membaiknya iklim perpajakan.
 
Memperkokoh hankamnas berdasarkan kesejahteraan rakyat berkelanjutan yang berhasil dibangun melalui sistim pembangunan rakyat berarti mengurangi anggaran militer.  Meluaskan pembangunan masyarakat sipil.
 
Dalam kurun waktu yang bisa diukur oleh para ekonom atas dasar program kerja jangka instant, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Bisa diketahui kumulasi nilai tambah psikologis, produksi, pelayanan dan jasa. Sekaligus naiknya nilai mata uang rupiah dst.
 
Konkritnya.
 
Disamping upaya menanggulangi kehidupan sosial-budaya  yang terlanjur rusak-past-, baik yang hendak diajukan kepengadilan atau direhabilitasi saja. Juga harus dibentuk tim yang mengupayakan kemampuan bertahan agar kondisi yang sedang berlangsung tidak memburuk-at present-. Serta kepiawaian mengantisipasi terjadinya yang tidak diinginkan dalam masa transisi-transisional periode- .
 
Agenda utama pemerintahan mendatang haruslah Pembangunan Ekonomi Kerakyatan yang sekaligus adalah Program Pembangunan Nasional Pembangunan Manusia Berdasarkan UUD’45 dan Pancasila.
 
Presiden & Wakil Presiden NKRI sebagai pelaksana pembangun negara-  prasarana-. Ibu Negara&Wakil Ibu Negara pelaksana pembangunan bangsa- sarana -.
 
Bisa segera dimulai dan diidentifikasi pembangunan Generasi Muda Indonesia.
 
Generasi muda mempunyai arti kemudaan. Sumber dari seluruh potensi terbaik kemanusiaan. Sekaligus berada pada posisi strategis menjadi agent of change, agen pembaharu. Dari gaya hidup feodal yang ingin ditinggalkan menuju kepada gaya hidup moderen yang di idealkan.
 
Membangun masyarakat baru, generasi muda, harus dimulai dari membangun para keluarga muda Indonesia. Sekaligus menyiapkan generasi pra nikah kepada pembangunan berkeluarga. Mengingat keluarga/rumah tangga adalah sendi dasar dari susunan masyarakat seperti yang diamanatkan oleh UU Perkawinan RI 1974 Pasal 30.
 
Sekitar dua ratus sepuluh juta penduduk Indonesia seluruhnya hidup dalam keluarga-keluarga. Dan lebih dari 30 persennya adalah jumlah keluarga muda dengan anak-anak masih duduk dibangku smp. 
 
Dari dalam keluarga-keluarga muda itulah sekaligus lahir dua generasi.
Generasi para orang tua muda yang sebentar lagi menjadi pemimpin di masyarakat dan generasi anak-anaknya, generasi yang akan dipimpin kelak. Keberhasilan proses belajar dan mengajar harus dimulai sejak dini dari
dalam para keluarga muda ini.    
 
Pembangunan keluarga generasi muda sekaligus mencegah terjadinya kemiskinan baru: pisik, psikis, sosial dan spiritual.
 
Generasi muda menjadi subyek sekaligus obyek pembangunan nasional berkelanjutan yang akan menuntaskan problema ekonomi parsial.
 
Masyarakat lama yang ditanggulangi menjadi baik bahkan memberikan pula nilai tambah. Masa transisi berlalu dengan selamat. Konsepsi pembangunan bilateral/multilateral berjalan maju.  Pembangunan
Ekonomi Kerakyatan sejak dini dari orang-orang muda, oleh orang muda. untuk seluruh segmen keluarga bisa terus ditingkatkan.
 
Tanpa perlu masuk ke lubang keterpurukan lagi, Negara Kesatuan Republik Indonesia bangkit dan terus melaju….
 
Peringatan Kepada Para Capres&Cawapres.
Jika tim ekonomi para capres&cawapres tidak segera beranjak kepada pembangunan Ekonomi Kerakyatan, Indonesia akan terus berputar dan tenggelam dalam spiral keterpurukan.
 
Untuk melanjutkan kehidupan rakyat harus terus membayar jasa expatriates, mengimpor bahan dasar, mengimpor barang jadi, membayar royalti sain&teknologi, tetap menjadi buruh pengusaha asing dinegeri
sendiri.
 
Bank-bank bangkrut, rentenir berkeliaran.
 
Harga-harga kebutuhan dasar impor yang tinggi. Tanah dan permukiman akan menjadi ladang penghidupan para kapitalis/tuan tanah.
 
Biaya tempat tinggal semakin tak terjangkau, terus mendesak para ibu sejak dini menjadi pencari nafkah kedua keluarga. Ini merusak struktur sosial-budaya keluarga sejak dini. Karena dilepaskan dari dunia hakikinya dan kelelahan, jutaan ibu muda menderita tekanan pisik, psikis, sosial dan spiritual bertubi-tubi.
 
Intervensi kaum ibu ke lapangan kerja, mengancam hak prioritas para bapak muda menduduki lapangan kerja yang kian menyempit. Domestik violence  makin menjadi. Semakin banyak anak-anak si kaya dan si miskin  terlantar. Disorganized  society turun-temurun dan terus berlanjut ….
 
Keterpurukan melaju kepada proses pembusukan sendi dasar masyarakat.
Dua generasi yang berada dalam keluarga muda berjatuhan terus tak terkendali. Tulang punggung kehidupan mati….
 
Karena program pembangunan tidak komprehensif konsepsi kerjasama bilateral dan multilateral tidak terjadi. Investor dalam dan luar negeri  tidak datang. 
 
Hak-hak pembangunan mikro ekonomi akan terus dipreteli guna menggelembungkan angka makro ekonomi sebagai jargon adanya ‘stabilitas’.
 
Pengangguran kaum muda akan menggenjot jumlah kelahiran, kemiskinan,  kekumuhan, bau busuk dan penyakit menular akan kian merata. Kriminalitas dan pelacuran semakin merajalela. Pecandu narkoba dan pengidap penyakit AIDS dimana-mana….
 
Generasi yang tua akan semakin papa tak berdaya menanggung biaya kesehatannya….
 
Apa lagi yang tersisa? Sumber daya alam tak cukup menghidupi ratusan juta jiwa, kualitas sumber daya manusia semakin terpuruk, pariwisata tak laku, BUMN sudah tak punya.
 
All the president’s men dan para elit  kucar-kacir mencari selamat sendiri-sendiri. Pertikaian antar elit, sipil maupun militer akan marak memperebutkan  sedekah, dana kemiskinan  yang dikucurkan oleh Bank Dunia. Wong cilik diadu domba. Gajah bertarung dengan gajah pelanduk terinjak-injak ditengah-tengah.  
 
Selanjutnya, untuk dapat terus bertahan hidup, rakyat akan menjual darah juga organ tubuhnya kepada yang beruang. Seperti yang sedang terjadi dinegara-negara terpuruk sebelum Indonesia. Kepadatan penduduk yang tak terkendali seperti di India dan Cina.
 
Segera kambuh, penyakit kronis bangsa yang bertambah parah, akibat belum pernah ada pembangunan Ekonomi Kerakyatan.
 
People power akan turun kejalanan. Atau bahkan k u d e t a….  
 
Jika pada pra pemilu kini para capres&cawapres beserta calon ibu negara dan wakilnya dielu-elukan. Usai ‘ bulan madu’ menduduki kursi tertinggi NKRI, berempat akan terus menerus di ’hujat’ habis-habisan. Jika tidak ‘bercerai’ atau ‘pisah ranjang’ selanjutnya kedua pasangan akan didorong beramai-ramai menduduki  kursi tersangka di pengadilan
 
Pertanda buruk untuk presiden & wapres beserta ibu negara dan wakilnya, jika tidak segera mempelajari dan mengangkat Ekonomi Kerakyatan menjadi Program Pembangunan Nasional tahun 2005 hingga seterusnya.

 #Anni Iwasaki, Jkt 4 Juni 2004. Tel 0812 967 9433, 081 191 9404. Tel/fax 021-7942608. 

Tuesday, July 06, 2004

Pemilu Presiden, 5 Juli 2004

Pada pemilu legislatif yang lalu aku tidak ikut nyoblos, karena waktu itu aku sedang berada di Bandung. Agak kecewa juga karena jadi gak bisa menikmati memilih di kotak aluminium yang kecil imut-imut itu. Oleh karena itu, hari ini aku memutuskan untuk ikutan nyoblos presiden pilihanku, meskipun aku (dan jutaan orang di seluruh Indonesia) tidak yakin dengan pilihanku. Tapi ini adalah pemilu presiden pertama di Indonesia, sayang kalau dilewatkan. Lagipula, seperti yang dikatakan para tokoh di surat kabar yang aku baca akhir-akhir ini, di antara yang terburuk pasti ada yang terbaik. Tambahan lagi, aku ingin coba menghilangkan diri di kotak aluminium. Mana mungkiiiinnnn.....

Jam 11 hampir tengahari matahari sedang terik2nya bersinar. Teman2ku sudah selesai nonton VCD Philadelphia,dan aku pun sudah selesai dengan tugasku menyapu kamar tidurku yang berantakan. Heran, kok mereka gak terharu nonton film itu ya? Meskipun sudah berkali2 nonton, aku suka terharu dan meneteskan air mata setiap kali nonton film ini, one of my favorite movies. Usut punya usut, ternyata mereka terlalu sibuk menganalisis siapa yang lebih berperan sebagai 'perempuan', banderas atau tom hanks. Hehehehe....

Bersama keempat temanku, kami marching ke TPS 21. Kebetulan TPS tempatku nyoblos dekat, lebih kurang 50 m dari rumah. Sesampai di TPS, suasananya sepiiii sekali. Hanya ada dua orang pak polisi dan beberapa petugas pemilu. Selebihnya adalah bapak-bapak kurang kerjaan (atau bapak2 calon saksi dalam penghitungan? Masa sih sudah standby jam 11?).

Aku mendapat giliran pertama nyoblos. Ternyata tidak ada kotak aluminium seperti yang aku lihat di tivi, tapi ada kamar-kamar dari tripleks yang pintunya ditutupi kain, seperti pemilu lima tahun sebelumnya. Asyiknya lagi, ada lubang cukup besar di dinding untuk ngintip aktivitas di kamar sebelah, atau sekedar ngobrol2 siapa jagoan masing-masing.

Pertama-tama aku membuka kartu suara dan melihat untuk pertama kalinya susunan capres cawapres. Untunglah hanya ada 5 pilihan presiden, karena aku harus lihat dulu satu persatu siapa di posisi nomor berapa. Maklum, meskipun kampanye gencar sekali, aku tak pernah peduli urut-urutan mereka. Tampang-tampang mereka di foto bahagia sekali. Sekilas aku terbayang foto2 sihir dalam novel Harry Potter, yang bisa saling berkunjung di foto sebelahnya. Ugh...jangan deh, pasti akan ribut banget, karena bisa dipastikan mereka berebutan ngomong "pilih aku...pilih aku..." sambil memaparkan program-program populis mereka.

Ingin rasanya nyoblos semuanya, untuk menyatakan bahwa mereka semua kuberi kesempatan yang sama untuk membuktikan kepada dunia mereka layak memimpin negeri yang multikultural ini. Atau karena aku tak tahu mana yang lebih mewakili kepentinganku? Tapi kalau aku mencoblos semuanya, maka kartu suaraku tidak sah. Percuma juga aku ikutan milih panas-panas di bawah terik matahari. Akhirnya aku memutuskan mencoblos sepasang presiden pilihanku, disertai doa jika mereka kelak terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, mereka akan menjadi pasangan yang betul-betul bekerja untuk bangsa Indonesia, bukan untuk mereka sendiri. Dan semoga kekuasaan mereka tidak absolut, ‘cause absolute power tends to corrupt. (kata siapa ya? lali aku....)

Dengan masuknya kartu suaraku ke kotak suara, maka tuntaslah sudah kewajibanku sebagai rakyat Indonesia. Untuk melegitimasi keikutsertaanku, jari kelingking kiri dicelupkan pada tinta yang kelihatannya murahan. Dan ternyata memang murahan (buatan lokal pula - padahal tidak semua barang lokal murahan lho!). Setelah jari dibasuh dengan air, tintanya hilang. Entah apa maksudnya mencelupkan jari pemilih ke dalam tinta yang ternyata murahan tersebut. Kalau niatnya untuk mencegah kecurangan (satu orang bisa memilih berkali2), well...rasanya sih tidak efektif. Mudah-mudahan harga tinta itu tidak mahal. Tadi aku baca di koran, perusahaan pemasok tinta itu akan dimasukkan ke dalam blacklist pemasok tinta celup pemilu lima tahun mendatang. Siapa takut? Memori bapak-bapak di atas sana tak sebagus itu mengingat janji mereka lima tahun yang lalu.