Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Friday, June 15, 2007

Timmy oh Timmy

Yesterday Timmy has made me fell into bancruptcy. In a day, I had to fix many problems, from radiator, to waterpump, and finally the brake, and it all cost 1,3 million rupiah. Oh my God…what did I do wrong?

Sebetulnya masalah rem ini sudah ada sejak pulang dari Sukabumi (hah…that long??) Seminggu setelah jalan-jalan ke Sukabumi, Ali my brother merasakan hal yang ganjil pada rem. Tapi ketika itu, tidak ada waktu untuk membawa si Timmy ke bengkel, karena sudah terlalu sore. Waktu itu aku anggap masalahnya enteng, dan bilang ke Ali mungkin itu disebabkan kehujanan waktu pulang dari Sukabumi.

And then aku ke Bandung lagi dua minggu kemudian, dan tidak merasakan hal-hal yang ganjil pada rem si Timmy. Waktu itu yang aku kuatirkan hanya radiatornya saja. Jadi yang dilakukan di bengkel itu hanya service radiator dan ganti oli. Pulang ke Jakarta bareng Pakcik, yang jadi keluhan cuman koplingnya.

Beberapa hari setelah pulang dari Bandung, secara tidak sengaja aku menemukan ada air menetes dari dua sumber di bawah si Timmy. Waktu itu, sepulang dari kantor aku mengamati tingkah menggelikan si Pus(parani) yang sedang digoda oleh kucing tetangga. Layaknya artis India, Si Pus dan kucing tetangga kejar-kejaran, dan si Pus pun bersembunyi di bawah Timmy. Iseng aku melongokkan kepala ke bawah Timmy untuk mencari si Pus. Then I saw the abnormality.

Sejak itu, aku terobsesi mengisi air radiator si Timmy setiap hari. Dan setiap hari pula aku harus membeli aqua 1 liter untuk radiator itu. Capee deeeehhh...lalu kemarin, akhirnya aku bawa si Timmy ke bengkel radiator. Ternyata ada yang retak di kepala (atau leher?) radiatornya. Aku kena 300 ribu rupiah. Itu baru menyelesaikan 1 sumber tetesan air.

Radiatornya udah beres, sekarang harus menyelesaikan masalah air netes dari waterpump. Karena bengkel radiator tidak bisa menyelesaikan masalah waterpump, Timmy dirujuk ke bengkel terdekat. Waterpump musti ganti, dan karena tidak yakin timingbelt si Timmy sudah jalan berapa kilometer, maka sekalian ganti timingbelt dan tensionernya. Rogoh kocek lagi sebesar 850ribu. Then, aku minta dicek rem karena beberapa hari terakhir ini aku merasakan remnya kalau diinjak seperti menggelosor. Guess what!!! Remnya sudah blong! Hwaaaaa...untung tidak ada kejadian menabrak kendaraan lain pada hari-hari belakangan ini! Akhirnya aku nyerah. Aku minta Timmy rawat inap semalam di bengkel dan diberesin urusan rem-remannya. Aku masih harus meeting di Jakarta, sudah terlambat, dan apesnya lagi...terpaksa naik taksi karena aku gak berani naik kendaraan umum membawa hartaku satu-satunya, laptop.

Di balik kebangkrutan tiba-tiba ini, ada beberapa hikmah yang bisa aku petik. Bahwa kalau miskin jangan bawa mobil dulu (ini kata Aan adikku yang belum kaya tapi udah sok kaya), jangan beli mobil bekas, dan jangan suka ignorance sama tanda-tanda yang dikasih mobil anda. Pelajaran lain adalah ternyata aku masih disayang sama Tuhan....buktinya meski penyakit si Timmy sudah komplikasi, aku masih bisa jalan kemana-mana, malah sudah menghadiri resepsi pernikahan anaknya Pak Jo tanpa kesulitan sama sekali. All in all, jadi manusia harus pandai bersyukur meskipun sedang dirundung malang. Hehehe...kalau dalam defence mechanism-nya Freud, ini namanya rasionalisasi...

Tuesday, June 12, 2007

Long live My Zodia

Dua tahun yang lalu, pada sebuah kunjungan ke Banjarsari aku membeli sebuah pohon antinyamuk bernama zodia dari the famous Bu Bambang. Waktu itu, pohon zodiaku masih setinggi 5 cm, ditempatkan di sebuah pot bunga kecil. Pohon itu kubawa ke rumah, dan kuletakkan di depan kamarku.

Mula-mula zodiaku itu sulit sekali tumbuh besar. Aku sampai bosan menunggunya besar. Unbelievably aku selalu ngobrol dengannya tiap pagi sambil menyirami dan membersihkan tubuhnya dari hama daun yang menjengkelkan itu. Hamanya yang berwarna putih itu membuat daun-daun baru yang muncul jadi keriting jelek. Ketika zodiaku semakin besar, aku bebaskan dia dari potnya yang kecil, supaya dia bebas membesarkan dirinya.

Sekarang usia si zodia sudah dua tahun lebih, dan tingginya sudah mencapai kira-kira 800 cm. Kadang-kadang muncul bunga dan biji dari ranting-rantingnya, tapi kok ya sampai sekarang belum ada tanda-tanda zodiaku punya anak ya? Apakah bisa stek ranting? Aku ingin memberikan teman sesama zodia buat dia. Kasihan dia, dua tahun all alone...Jasanya begitu banyak. Entah karena ada zodia atau memang nyamuk gak doyan sama kamarku, di kamarku memang tidak ada nyamuk selama beberapa lama ini. Wanginya pun selalu tercium sepulangku dari kantor. Hmmmmm...Aku bangga padamu zod, karena kamu tetap hidup di tanganku.

Aku bukan orang yang telaten dan "bertangan dingin" untuk urusan tanam-tanaman. Berbeda dengan ibuku, yang kata orang "bertangan dingin", apapun yang ditanam oleh beliau selalu tumbuh subur. Ketika kecil, aku suka menanam bunga-bunga di halaman rumahku. Setiap kali pulang dari rumah teman, aku selalu membawa tanaman untuk kutanam sendiri di rumah. Tapi, karena tidak telaten mengurusi tanaman-tanaman itu. satu-satunya tanaman yang tumbuh subur sampai besar hanyalah pohon bunga melati. Itupun kata mamaku, karena bunga melati bukan tanaman yang sulit diurus...dibiarkan saja dia akan tumbuh besar. Walau begitu, karena dia adalah satu-satunya tanaman yang aku tanam sendiri dan bertahan hidup lama, aku sangat bangga padanya. Setiap kali ada tamu datang ke rumahku, aku selalu membanggakan melatiku. Setiap kali liburan sekolah dan aku pulang ke rumah, melatiku semakin besar. Ibuku tidak pernah mau menanam bunga melati lain supaya pohon melatiku punya teman, tapi tidak juga mencabut melati ini, padahal dia sudah menghalangi jalan masuk kendaraan ke rumah. Waaahhh....senangnyaaaa....

Suatu kali, Ibu Mimi memberikan aku kado natal anggrek bulan. Aku mencoba mengurusi tanaman ini, tidak pernah lupa disiram (tapi ternyata tidak boleh disiram hehehe) dan membawanya masuk ke kamar pada siang hari. Malam hari aku akan mengeluarkannya dari kamar. Anggrek itu hanya bertahan sebulan, lalu mati, sak akar-akarnya. Aku sampai "dibego-begoin" Pak Eko si penjual anggrek. Sedih banget sih, tapi tidak sesedih waktu Teddy anjingku mati diracun orang.

Lalu beberapa bulan yang lalu aku membeli pohon bonsai dari Bandung (gak jelas pohon apa), yang hidupnya pun tidak lama. Waktu itu bonsai kubeli seharga Rp 30 ribu di salah satu FO di daerah Dago. Waktu ke sana lagi, aku mencari-cari mamang penjual bonsai untuk meminta pertanggungjawaban, tapi sayang tidak bertemu. What do you expect from a bonsai worth Rp 30 thousands used to live in low temp area like Bandung? You can't just move it to Depok and expect it would live unconditionally. Sekarang bonsai itu sudah berwarna coklat, tapi masih aku tanam di sebelah zodiaku. Biar saja jadi motivasi hidup si zod. Hehehe...Apaaaa coba?

Berikut ini adalah penjelasan mengenai zodia dari sebuah tabloid yang aku temukan di internet:
Orang Papua terbiasa menggosok kulitnya dengan dedaunan tertentu sebelum masuk ke hutan. Maksudnya agar terlindungi dari serangan serangga, khususnya nyamuk. Daun-daun tersebut berasal dari tanaman yang disebut zodia (Evodia suaveolens). Kita ketahui, zodia ini tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua.

Kenapa nyamuk takut pada zodia? Tanaman zodia termasuk famili Rutaceae.Ia mengandung zat evodiamine dan rutaecarpine. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), minyak yang disuling dari daun zodia mengandung linalool 46 persen dan apinene
13,26 persen. Nah, linalool inilah yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Menurut Agus Kardinan (2004), daun zodia mampu menghalau nyamuk selama 6 jam, dengan daya halau (daya proteksi) sebesar lebih dari 70 persen. Selain efektif mengusir nyamuk, belakangan ini para ilmuwan menemukan khasiat lain dari zodia, misalnya penyembuh sakit kepala, disentri, dan pembunuh sel kanker. Bunganya pun dapat dijadikan obat gosok untuk mengobati masuk angin.

Zodia akan mengeluarkan aroma bila daun-daunnya saling menggosok. Letakkan tanaman di sekitar tempat angin masuk dalam ruangan, bisa juga di sudut ruangan tertentu, kemudian tiup dengan kipas angin. Aroma yang cukup wangi pun akan keluar. Namun demikian, kita tetap harus waspada. Seandainya tanaman zodia diletakkan di ruangan yang sempit dan sedikit sirkulasi udara, bisa-bisa orang yang ada di dalamnya pun pusing atau mabuk.

Lazimnya, tanaman ini ditanam dalam pot, dan digunakan sebagai tanaman dalam ruangan (indoor plant). Namun, baik juga bisa langsung ditanam di halaman rumah. Bahkan, bisa memberikan kesejukan tersendiri. Tinggi tanaman ­ bila dibiarkan bebas di lapangan ­ bisa mencapai 200 cm. Daunnya cantik sekali, hijau agak kekuningan, pipih panjang tapi lentur, dan menyejukkan mata yang memandang.

Tanaman zodia juga cukup mudah diperbanyak, kok, baik melalui stek ranting maupun bijinya. Ketika sudah berbunga dan berbiji, biji zodia akan jatuh dan tumbuh di sekitarnya. Hanya saja, fase pertumbuhan membutuhkan perhatian tersendiri. Bila langsung kena sinar matahari, bisa-bisa malah mati. Sebaliknya, bila kurang sinar matahari justru pertumbuhannya tidak sehat. Tanaman ini akan tumbuh subur bila dikembangkan di daerah yang cukup dingin.

That's my zodia.....

Saturday, June 09, 2007

My Tarot Card

Barusan baca blognya Wiwit, ada link ke Tarot Online. Isenglah gue ngisi pertanyaan-pertanyaannya, dan hasilnya seperti di bawah ini. Gue heran ya, kenapa hasil ramal-ramalan gue dengan berbagai cara selalu menghasilkan jawaban yang senada. Hhhhh...gitu aja dipikirin.


You are The Moon


Hope, expectation, Bright promises.


The Moon is a card of magic and mystery - when prominent you know that nothing is as it seems, particularly when it concerns relationships. All logic is thrown out the window.

The Moon is all about visions and illusions, madness, genius and poetry. This is a card that has to do with sleep, and so with both dreams and nightmares. It is a scary card in that it warns that there might be hidden enemies, tricks and falsehoods. But it should also be remembered that this is a card of great creativity, of powerful magic, primal feelings and intuition. You may be going through a time of emotional and mental trial; if you have any past mental problems, you must be vigilant in taking your medication but avoid drugs or alcohol, as abuse of either will cause them irreparable damage. This time however, can also result in great creativity, psychic powers, visions and insight. You can and should trust your intuition.


What Tarot Card are You?
Take the Test to Find Out.

Tuesday, June 05, 2007

Horeeee...mbak Ami datang lagi!!

Minggu malam dari Bandung aku telepon ke rumah di Depok, supaya Adah nungguin di ruang tamu. Karena rencananya berangkat dari Bandung sekitar jam 8-an, bisa-bisa nyampe Depok jam 12 malam. Apalagi pake rencana makan malam dulu.

Adah bilang iya waktu aku minta ditungguin, dan aku pun lega karena tau ada yang nungguin. Jadi tidak apalah santai sedikit lagi di Ciumbuleuit, sambil ngopi2 film dari komputer Hendro. Lagian, si Pakcik yang sedang broken-hearted juga sedang asyik nonton balap motor.

Praktis kita baru berangkat beneran jam 8.30 malam. Semua urusan dah kelar, liontinku yang hilang sudah ditemukan di kamar mandi (Aan si penemu liontin itu minta tebusan 400 ribu, enak aja!), ada Pakcik yang bersedia jadi supir sepanjang jalan ke Jakarta, jadi aku bisa pulang dengan tenang.

Pakcik mengajakku makan malam di restoran padang Sederhana on the way home. Sayangnya, Sederhana berada di seberang jalan. Restoran padang yang arah tol pasteur hanya Simpang Raya. Ya sudah, makan di sanalah...kira-kira sejam buat makan malam sambil ngegosipin si Rio (hehehe), kami pun berangkat ke Jakarta sekitar jam 9.30.

Jalan tol sudah sepi waktu itu, tapi Pakcik mau jalan santai saja. Brokenheart ternyata tidak bikin Pakcik lupa diri. Akhirnya kita jalan 80 km/jam...and I had to stay alert sepanjang jalan. Ngantuuuuukkkk banget, tapi karena gak enak sama Pakcik, aku pun ngobrol ngalor ngidul sepanjang jalan. Saking ngalor ngidulnya, kalau sekarang aku ditanya ngobrol apa saja malam itu....aku lupaaa.

Sampai di Pancoran jam 11.37 (aku sempet ngelirik jam di mobil waktu Pakcik keluar dari mobil dan mengambil barang di bagasi). Setelah achtung-achtung sedikit dari Pakcik (biasanya sih dia cuman ngomong "hati-hati ya kak, jangan ngantuk di jalan...") aku pun mulai nyetir sampe Depok. Tebak berapa menit aku nyampe Depok? Kurang dari 15 menit!!! Sebelum jam 12 aku sudah nyampe di kandang, and guess what!!

To my surprise, ada Mbak Ami di ruang tamu!! Hah?! Piye iki, ternyata si Adah sudah kembali ke habitatnya semula, dan Mbak Ami gantiin Adah. Aduuuhhhh aku jadi gak enak atiiii...kasihan kan Mbak Ami nungguin sampe jam 12 malam...Tapi karena kangen juga, aku pun ngajak ngobrol Mbak Ami sekitar setengah jam, sampe lupa aku kebelet pipis...

Ah senangnya....Mbak Ami ada lagi, meskipun dengan bantuan satu kruk. Ya pelan-pelan sajalah kerjanya, yang penting ada di rumah aja....hehehe.