Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Monday, June 05, 2006

The Crying Jogja

Gempa bumi tektonik yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya di pagi hari tanggal 27 Mei 2006 yang lalu benar-benar tak terduga. Bagaimana bisa? Di saat orang-orang sedang sibuk memperhatikan aktivitas gunung Merapi di Utara Yogya, dan sibuk mencemaskan nasib Mbah Maridjan si juru kunci Merapi yang ogah turun gunung (dalam arti yang sebenarnya), tiba-tiba saja laut selatan mengamuk, seolah merasa tidak diperhatikan.

Gempa yang terjadi kurang dari 1 menit tersebut meluluh lantakkan rumah penduduk di kawasan Bantul (selatan Yogya), dan mengakibatkan lebih dari 5000 penduduk tewas!!! OH MY GOD...Di saat orang-orang mencemaskan nasib 1 nyawa di lereng Merapi, tiba-tiba alam memeluk 5000 lebih orang seakan mengejek kita yang "terlalu ngurusi" orang lain itu.

Gempa tanggal 27 Mei tersebut memang tidak dapat diduga, tapi yakinlah dengan perkataan ilmuwan bumi yang bilang "Indonesia adalah negara rawan gempa". Peristiwa gempa di Indonesia memang tidak sesering atau tidak sedahsyat Jepang. Tapi yakinlah bahwa Indonesia adalah lokasi rawan gempa. Jangan pernah memperkirakan kapan gempa akan datang menyapu ratakan wilayah Indonesia tercinta, tapi hiduplah dengan tindakan pencegahan.

Gempa yang terjadi di Yogya kemarin (yang untungnya tidak diikuti oleh tsunami) adalah menu sehari-hari Jepang sehingga merekapun membuat infrastruktur tahan gempa. Bagaimana dengan kita? Membuat infrastruktur seperti Jepang barangkali masih jauuuuhhhh (padahal kalau dipikir-pikir apanya yang jauh ya? Teknologi canggih yang nggak sanggup dibeli? Ya jangan beli teknologi, bikin ndiri!!!)

Rasanya nenek moyang kita betul belaka, ketika mereka membangun rumah tempat tinggal terbuat dari kayu. Rumah kayu yang dibuat asal-asalan mungkin sekali lebih tahan gempa atau lebih tidak mematikan ketika gempa itu datang dibanding rumah beton yang dibangun asal-asalan.

Jadi, gimana caranya membangun Yogya lagi? Mau pake rumah kayu, atau rumah beton yang asal-asalan (bukan yang tahan gempa?) Ingat, Indonesia itu rawan gempa....