Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Wednesday, May 30, 2007

Burung nyeleneh…

Ibu MP adalah salah satu rekan dosen di kantorku. Beliau adalah early childhood psychologist, yang punya minat besar pada abnormal child psychology, salah satunya autism. Beliau termasuk dosen yang produktif, suka menulis dan sering diundang bicara dimana-mana, khususnya di bidang abnormal child psychology.

Ibuku ini (aku menganggap Bu MP sudah seperti ibuku sendiri, rasanya enak punya dua mama) usianya sudah tidak muda lagi. Bulan Juli tahun ini usianya 71 tahun. Kalau dibandingkan dengan usia mamaku sih, jauh sekali. Usia mamaku masih 56 tahun.

Barangkali karena sering berhubungan dengan anak-anak, Ibu suka sekali bermain permainan anak-anak. Salah satu kegemaran beliau adalah origami. Ibu senang sekali membuat ”burung-burungan” dari kertas warna warni. Kalau sedang berdiskusi dengan rekan-rekannya, tangannya tidak pernah diam. Selalu menciptakan burung. Menurut Ibu, origami itu baik sekali untuk memelihara kesehatan dendrit-dendrit di otak kita. Oke deh Bu....

Selesai diskusi, Bu Mimi suka menyumbangkan ”burung-burungan” itu, dan aku akan menempelkannya di dinding belakang mejaku dengan menggunakan jarum pentul. Burung-burung berwarna warni itu pun menghiasi dindingku (di samping poster ApsyA yang sudah usang itu, heran kok aku betah ya gak nyopot2in poster itu dari sana).

Hari ini, entah kenapa ada ide di kepalaku. Selama ini aku menempelkan burung-burung itu searah...seperti burung-burung yang sedang berimigrasi ke suatu tempat. Tiba-tiba ada keinginan menempelkan seekor burung berwarna pink melawan arus dan terbang lebih tinggi. Keinginan itu datang begitu saja, kalau ditanya kenapa aku bisa disain begitu, aku pun gak tau...

Ibu kemudian melihat keanehan itu, dan bertanya mengapa ada satu burung yang tampak nyeleneh, perginya ke arah lain. Lalu aku jawab sekenanya, ”dia burung istimewa, ngeyel tapi malah terbang lebih tinggi”. Lalu Ibu tanya lagi, ”kamu sedang membayangkan siapa waktu naruh burung itu di situ?” Dalam hati aku jawab ”That’s me” Hehehehe...enak gak sih terbang sendirian aja?

Saturday, May 26, 2007

Hwaaaa....aku mabok statistik!!!

Anto sudah sukses ngerjain gue! Kemarin waktu nge-run datanya Anto pake SPSS, melihat angka reliabilitas dan validitas alat ukur yang digunakan oleh Anto aku hampir pingsan. Ternyata datanya Anto tidak bisa dipaksain jadi kontinum. Setelah konsultasi ke sana ke mari (sementara Anto kerjaannya hanya sms doang minta "jangan lama"), aku harus mengolah data tersebut dengan menggunakan analisis data kategorik, atau pake statistik non parametrik.

Sementara itu si Andy Field my favorite teacher on statistics (beneran deh, si Andy ini bikin aku tidak takut lagi sama Statistik) bilang kalo kita pake non-parametrik, "you are more likely to miss a significant effect". I agree with him. Dan analisis data si Anto pun bisa jadi sangat sederhana deh.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mencoba menggunakan LISREL. Sudah dua kali pelatihan LISREL aku ikutin, masa sih gak dipake-pake juga. Mungkin inilah saatnya aku harus mencoba LISREL, dengan data ajaib milik Anto. Hah, mencoba LISREL langsung dengan data abnormal, dimana variabel eksogennya adalah data kategorik, sementara variabel endogennya data kontinum (asumsiku sih ini, jangan2 aku bilang kontinum, sebetulnya adalah kategorik saja). Kenapa tidak dibalik sih? Kalau variabel endogennya kategorikal aja (tapi musti dikotomi ya?), mungkin aku masih bisa pake logistic regression seperti yang dianjurkan oleh Andy. That way aku bisa menghindar dari LISREL. Hehehehe...

Kembali ke LISREL, namanya yang manis (manis gak sih LISREL itu?) tidak menjamin perilakunya manis juga. Kalau kita mengetik hal-hal yang aneh sedikit aja di windows syntax-nya, alhasil outputnya begini:

"W_A_R_N_I_N_G: The path from produk to TP2 may not be identified. Standard Errors, T-Values, Modification Indices, and Standardized Residuals cannot be computed."

Setiap kali ngerun program, tidak pernah berhasil. Syntax sudah diperbaiki, masih aja muncul output yang seperti ini"

"W_A_R_N_I_N_G: Asymptotic covariance matrix is not positive definite. Generalized Inverse used. 0 out of 741 eigenvectors retained"

Ini sudah hampir 3 jam aku coba memperbaiki syntax di LISREL tapi gak juga bisa. Lalu aku (seperti biasa) karena frustrasi nge-run program yang muncul cuman WARNING doang, aku jadi "run" kesana kemari seperti orang bener. Hasil "run"ku kali ini membuahkan hasil...ada yang ngusulin untuk membuat data DV yang kontinum menjadi data kategorik supaya bisa pake log regression. Hehehe...kenapa gak kepikiran dari kemarin ya? Statistik...statistik...data pun dengan gampang bisa dimanipulasi!

Sebentar aku akan coba deh, sekarang mikirin isi perut dulu. Udah hampir jam 12...setengah jam lagi sih tapi udah laper...

Wednesday, May 23, 2007

LELAH...LELAH...LELAH...

Kemarin aku ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan untuk mengurus paspor. Nyuebellliiiiiiin berat deh, padahal sudah dibantu oleh orang dalam, tetap saja pengurusannya lama pisan. Menunggu sampai difoto saja sampai 4 jam! Padahal kita sudah ditempatkan di tukang foto VIP yang tugasnya hanya mengambil foto dan sidik jari balita dan manula. Tetep aja lama...Huhuhu...

Lalu waktu difoto, karena sekarang sudah pake biometrics, ngambil sidik jari pake mesin biometrics (yang jadi kasusnya Bang Yusril) bukannya bikin proses jadi lebih cepat, malah jadi sangat lama. Bayangin, sepuluh jari tangan diidentifikasi oleh mesin satu per satu, dan satu jari butuh waktu lebih dari semenit (rasanya!) untuk diidentifikasi. Apanya yang canggih dari mesin ini ya? Kalau di negara maju selain mesin biometrik untuk jari tangan, ada juga mesin biometrics untuk mengidentifikasi retina mata. Kalau di sini belumlah ya...secara mesin untuk jari tangan lo aja dikorupsi sedemikian banyak... gimana mesin biometrik untuk mata lo.

Singkat cerita...ngeselin berat deh ngurus paspor di negeri ini. Waktu seharian harus dikorbankan kalau gak pake calo, dan paspor belum jadi juga. Kok lebih cepat ngurus SIM ya? Padahal kan bikin SIM juga ribet, karena musti tes kesehatan, tes drive, ambil foto juga, dll. Meskipun ada peringatan segede-gede baliho di depan kantor imigrasi untuk tidak mengurus paspor lewat perantara/calo, pastilah calo tetap dibutuhkan selama pengurusan dokumen-dokumen sangat lama seperti itu ya? Apalagi untuk orang-orang supersibuk seperti Superman. Halah...

Tapi teman di imigrasi menjanjikan besok sore paspor sudah bisa diambil. Syukurlah...dan berarti besok musti bermacet2 datang ke sana lagi? Sejak busway jurusan Ragunan - downtown sudah beroperasi, jalan Warung Buncit sampai Mampang Prapatan jadi kayak showroom mobil sepanjang hari karena mobil berderet2 seperti parkir paralel di setiap ruas jalan. What a view! Oleh karena itu, aku sangat bersyukur teman itu berinisiatif menitipkan paspor2 tersebut ke sepupunya yang kebetulan mantan mahasiswaku dan kebetulan pula akan mengurus legalisir ijazah ke kampus besok. Hhhhh...padahal aku sudah pasrah aja nerima "tugas" dari Bang Hamdi untuk ambil paspor2 itu. After all these troubles...ada juga hal-hal yang menyenangkan.

Ohya, anak-anak pun harus punya paspor sendiri. Ada anak yang baru lahir beberapa hari sudah sibuk ngurus paspor. Aku pengen tahu gimana cara tukang fotonya ngambil foto anak itu...karena katanya bayi tidak boleh fotoan bareng ibunya. Bang Hamdi yang kebetulan waktu ngurus perpanjangan paspornya bareng aku harus membuat paspor juga untuk 3 anaknya yang masih balita. Jadi biaya yang harus dikeluarkan Bang Hamdi adalah Rp 275 ribu dikalikan 4. Hehehe...untung paspor ibunya masih berlaku setahun lagi.

Thursday, May 17, 2007

Our roles in this world

Who am I? is the only question worth asking and the only one never answered. It is your destiny to play an infinity of roles, but these roles are not yourself. The spirit is non-local, but it leaves behind a fingerprint, which we call a body. A wizard does not believe himself to be a local event dreaming of a larger world. A wizard is a world dreaming of local events.

Deepak Chopra
Source: http://www.everybodygoes.com/quotations/who-am-i-quotes.htm
Bapak Chopra bilang, pertanyaan yang paling layak diajukan oleh seorang anak manusia tetapi sampai hari ini tidak pernah bisa dijawab adalah "WHO AM I" atau "NAN YAR" atau "SIAPAKAH AKU"

Jawaban filosofis (dan hipotetis) untuk pertanyaan di atas sementara ini adalah: I am who I am, I am the infinite, I am no one and everyone, nothing and everything. Nah lho! Too abstract tho? So how can we operasionalize that?

Jika kita menjawab Pak Chopra dengan mengacu pada "peran" yang kita mainkan di panggung sandiwara a.k.a. "dunia" ini (ceila...puitis sekaleee), WHO AM I pun masih sangat luas, dan analisis multi level harus dipakai karena kita milik berbagai kategori yang ada. Tetapi mau tidak mau, sadar atau tidak sadar, peduli tidak peduli...jika ditanya WHO AM I kita akan menjawab dengan peran...peran...dan peran...Betul tidak? Oleh karena itu, to make the abstract concrete, saya akan mencoba menjawab WHO AM I dengan "roles" yang berhubungan juga dengan self-identity dan self-concept. Hah...apa pula ini? Embuhlah....Yang jelas "peran" yang akan aku jelaskan akan berhubungan dengan adat yang baru saja aku pelajari dari beberapa acara adat yang pernah aku ikuti.

Kita punya peran banyak sejak lahir. That doesn't make us have this so called split personality, tapi kalau kita tidak dapat menempatkan diri dengan baik pada peran-peran tersebut, trust me...you have trouble with your personality and your social life.

Let's count my roles: a daughter, a granddaughter, a big sister, a cousin, a niece, an auntie, a friend, a subordinate, a supervisor, a teacher, a coordinator of internal relation (haha), a girlfriend (huhu, not for the time being) and many other roles I can't think of right now. Kalau sudah menikah, maka bertambah pula roles-ku, apalagi kalau sudah punya anak dan cucu. Semakin tua roles bukan malah berkurang, tetapi bertambah (syukurlah...jadi tidak ada istilah "post power syndrome" untuk roles). Tambahan peran untuk orang batak adalah: menjadi boru dan tondong. Hehehe..

Pelajaran pertamaku mengenai "boru" dan "tondong" ini adalah sejak adikku menikah. Betapa berharganya seorang "tondong" oleh pihak boru, sehingga boru harus sampai nyembah-nyembah kalau didatangi tondong. Busyeeeettt...Tapi yang menarik adalah, bagi seorang perempuan you don't have to be "boru" all the time in your life, unless you decide not to be married. Hahaha... mungkin begitu cara orang batak mewajibkan sebuah pernikahan. Jika kau belum menikah, jangan coba-coba minta "dianggap" pada acara-acara adat. Walaupun gelar akademik berderet-deret di depan dan belakang namamu, kau tetap dianggap tidak layak memberikan pidato atau nasihat pada sebuah acara adat.

Bagi seorang perempuan batak, jika berada di keluarganya sendiri, statusnya (atau perannya) adalah boru. Dengan peran ini, pada acara-acara adat, seorang perempuan memiliki job description "boru", seperti harus bekerja menyiapkan hidangan, menyambut tamu dengan baik, dan berada di belakang layar a.k.a dapur.

Jika sudah menikah (tentunya dengan orang batak), maka ia akan menjadi "tondong" di keluarga suaminya. Peran tondong "lebih enak" dibandingkan peran boru. Bayangkan, dia akan disambut oleh pihak boru dan tidak perlu ke dapur ikut menyiapkan hidangan. Yang perlu dipersiapkan adalah pidato karena perannya mengharuskan dia berpidato. Lesson learnt: don't get married if you hate to give speech, or don't marry a batak instead! Dengan kata lain, non batak atau orang yang tidak menikah bukanlah orang yang patut diperhitungkan dalam acara adat. Untunglah acara adat itu diadakan tidak sekali dalam setahun. Hehehe....

Little by little I get the notion of these roles. Waktu di Sukabumi kemarin, aku juga banyak belajar mengenai adat dan peran "boru" dan "tondong" ini. Mungkin pengetahuan ini tidak bisa digeneralisasi, karena aku belajar dari adat batak simalungun. Tapi rasanya batak toba pun punya cara-cara dan peran yang kurang lebih sama...barangkali lebih complicated dan sophisticated.

Begitulah sedikit pembelajaran mengenai peran dalam adat batak, kalau tidak terlalu tepat, ya maafkan daku...namanya juga baru belajar. Peran yang dihubungkan dengan social relationship akhirnya membuat kita dicap sebagai collectivist society, dan sehubungan dengan itu our self-identity pun tidak jauh-jauh dari our social identity. So WHO AM I? I am me, I am us, I am you, and I am them. Pusing? Sammaaaaa...

Tuesday, May 15, 2007

Keeping my fingers crossed

Sudah cukup lama Pak Fuad menderita karena penyakitnya. Berbagai macam penyakit menggerogoti tubuhnya yang semakin mengurus itu. Kurus akibat Pak Fuad susah sekali makan. Akhirnya beliau mengakui bahwa merokoklah yang membuat beliau menderita sakit. Hah, akhirnya tercetus juga pernyataan yang lima tahun lalu tidak akan diakuinya!

Aku ingat waktu masih kuliah, suka berkumpul bersama rekan-rekan mahasiswa mengelilingi Pak Fuad di common room. Waktu itu beliau masih menjadi perokok aktif, dan sangat bangga dengan kebiasaannya itu. Sambil sesekali menguliahi kita tentang eksistensialisme, di antara kebulan asap rokoknya beliau membandingkan dirinya dengan seorang dosen lain yang tidak merokok tetapi penyakitan. Katanya orang yang merokok tidak mengalami sakit ketika tua, karena belum tua sudah mati. Hehehe...sadar juga. Sayangnya Pak Fuad harus mengalami sakit dulu...dan itu cukup mengganggu beliau yang sangat suka membaca.

Kebiasaan buruk Pak Fuad yang lain adalah gemar minum air es. Air dingin saja belum cukup. Air yang diberikan kepadanya harus sangat dingin, ditambah dengan ice cube setengah gelas. Kurang tau juga apakah kebiasaan minum air dingin itu menyumbang pada penyakitnya yang sekarang.

Terakhir bertemu beliau barangkali bulan Februari 2007, sebelum kesehatannya menurun dan tidak dapat lagi muncul di kampus. Jika sedang sehat, Pak Fuad selalu rajin datang ke kampus dua kali dalam seminggu meskipun matanya sudah tidak awas lagi. Beliau memang sudah tidak dapat membaca buku lagi setahun belakangan ini, tetapi masih bisa mengenali orang lain (gestalt-nya) walau samar-samar.

Teringat kembali pertemuan-pertemuan kami pada "forum reboan" (karena pertemuan kami selalu diadakan pada hari rabu) yang dipenuhi dengan diskusi, canda, dan info baru seputar apa saja. Ah...I miss the time. Pak Fuad selalu menggoda dengan sengaja memanggilku "Bet" karena aku langsung cemberut kalau dipanggil begitu. Heran, katanya gak bisa liat, kok bisa ya liat aku yang sedang cemberut? barangkali wajahku cukup besar untuk dapat dilihat dengan jelas oleh Pak Fuad. Padahal setahuku, cuman hidungku saja yang besar. Hehehehe...

Meskipun setiap Rabu masih tetap harus ada pertemuan, tapi tidak sama lagi tanpa Pak Fuad. Saat ini kami sedang berusaha mewujudkan keinginan Pak Fuad, yaitu menerbitkan buku tentang perguruan tinggi yang telah kami kerjakan hampir 10 bulan ini pada bulan Juni 2007.

Di rumah sakit, kondisi Pak Fuad saat ini sangat drop, susah sekali makan, apalagi ngobrol. Yang membuat aku makin sedih adalah laporan dari Pak Jo beberapa hari yang lalu waktu bezoek beliau di rumah sakit. Pak Fuad sempat berkata, "do you know the difference between "pain" and "suffer"? what i'm feeling now is not pain, but suffer" Artinya, beliau bukan hanya sakit, tapi sangat menderita, sehingga sempat tercetus kata-kata "I'm tired."

Bulan Juni adalah ulang tahun Pak Fuad, dan semoga saja buku itu bisa terbit tepat pada hari ulang tahun beliau. Untuk itu I'm keeping my fingers crossed, for he could make it through June, healthy and happy, dan kalau tidak too much to ask...he could see the book and read it!

Semoga....

Monday, May 14, 2007

Plesiran ke Sukabumi

Sabtu kemarin aku plesiran ke Sukabumi bersama para sepupu. Dimulai dari ajakan sepupuku Jen untuk ikut serta ke rumah Bang Sisco yang istrinya baru saja melahirkan seorang anak perempuan. Alasannya, menengok bayi baru, adiknya Andre dan Andro. Bang Sisco sekeluarga pastinya sudah merasa "lengkap" karena sudah memiliki 2 orang putra dan seorang putri. Aku sih percaya aja tujuan jalan-jalannya adalah menjenguk Averine Louisa apalagi itu...(sampe lali nama2nya saking banyaknya nama orang ditempelin ke anak itu...kasihaann).

Ternyata jalan-jalan itu bukan sekedar menengok bayi, tapi lebih serius lagi: Jen minta didoain supaya cepat dapat anak! Akhirnya, beberapa adat sehubungan dengan itu dijalankan. Menarik juga, mengingat aku sebetulnya tidak terlalu tertarik dengan hal-hal berbau adat dan tradisi yang tidak masuk akal. Upacara ini menggunakan adat Simalungun, dengan beberapa hidangan antara lain: ayam yang sudah dipotong kecil-kecil, dibakar dan dibumbuin, lalu ditata kembali menyerupai ayam yang masih hidup (artinya susunan dari kepala sampai ekor seperti ayam hidup); nitak (atau itak-itak?) yaitu makanan yang terbuat dari tepung beras dicampur gula jawa dan dibentuk seperti gethuk, disusun di sebuah piring dan ditambahkan sebuah telur rebus di tengah-tengahnya; ikan mas arsik yang disusun tiga; sesisir pisang ambon; hmmmm...apalagi ya? oh iya...kelapa muda yang masih berada di batoknya.

Pada acara makan siang, kita semua berkumpul lesehan, dan terdiri atas 4 kelompok. Satu kelompok adalah Bang Sisco, Kak Ratna dan adik bayi Averine (plus Aan yang belakangan ditarik ke kelompok ini karena katanya menurut pangkat adat dia sejajar dengan Bang Sisco). Kelompok lainnya adalah Jen and her husband, lalu Kak Rona and her husband (Kak Rona adalah kerabat keluarga Jen), dan "kaum sudra" lainnya yang bukan termasuk inti dari upacara ini, termasuk aku, Kak Ida and her husband, dan Tina.

Upacara pertama adalah semacam "memberikan berkat buat Averine" (berkat barangkali bukan kata yang tepat, tapi aku gak nemu kata lain yang lebih cocok). Averine digendong oleh ibunya, lalu ada kata-kata nasihat atau apalah dari ibunya Bang Sisco. Hidangan yang diberikan ke Bang Sisco dan Kak Ratna adalah ayam yang sudah ditata kembali dan sebuah kelapa muda. Upacara kedua terkait dengan Jen and her husband. Bang Sisco dan Kak Ratna memberikan makanan berupa ikan mas bersusun tiga, itak-itak berhiaskan telur rebus, dan sesisir pisang ambon. Jen musti menghabiskan semua makanan itu, kalo gak abis boleh dibagikan sama kaum sudra hihihi. Setelah acara makan siang, muka si Jen dan suaminya dicuci oleh Kak Ratna (enak beneeeerr dimandiin) dan dihadiahi gendongan bayi dengan harapan mereka segera memperoleh anak.

Upacara ketiga diberikan kepada Kak Rona and her husband yang baru saja kehilangan anak semata wayangnya dua bulan yang lalu karena demam berdarah. Bisa dibayangkan kesedihan Kak Rona, yang selalu menangis sepanjang upacara jika diingatkan mengenai peristiwa itu. Singkatnya, upacara untuk Kak Rona adalah supaya dia dapat melupakan kesedihannya dan berusaha kembali mendapatkan anak. Maka dari itu, Kak Rona pun mendapatkan seekor ayam yang sudah dimutilasi.

Dan kepada kaum sudra, ya sudahlah...karena kami adalah kaum sudra, harus puas cuman jadi penonton thok. Hehehe...Yang seru adalah pemberian lauk ayam yang disuapkan langsung dari tangan Bang Sisco kepada para gadis. Ketika giliranku tiba, dengan nafsunya aku mendekati Bang Sisco, seolah-olah ingin menggigit tangannya. Bang Sisco hampir tidak dapat menahan geli, tapi karena harus sambil kasih nasihat, mukanya diserius2in. Karena ada orangtua di sana, aku tidak berani bercanda lagi. Maka aku terima suapannya Bang Sisco sambil mengucapkan terimakasih banyak dan tersenyum lebar. Tapi kok gak ada ayamnya sih? yang ada cuman bumbu-bumbu kremesnya saja. Huh...emang sih kasta kita Sudra, tapi mbok yao ayam sesuir disertakan di antara bumbu...hiks.

Usai acara aku harus hemat-hemat tenaga untuk pulang malamnya. Kami berencana berangkat pulang ke Jakarta jam 7 malam, kuatir ngantuk di jalan. Aku coba tiduran dulu, tapi gak bisa tidur! Aduuuhhh...gimana kalo aku tidurnya waktu lagi nyetir ya? Tapi ternyata kami bisa selamat sampai di rumah. Aku nyampe Depok sekitar jam 10 kurang sedikit, cepat juga...mengingat kudu mampir di Bogor dulu nganterin Jen dan suaminya. Aku seperti orang kesetanan di jalan tol jagorawi, driving 120km/jam dan nyalip-nyalip mobil orang. Tina sampai ketakutan dan bertanya,"kakak gak ngantuk kan?" hehehe...ngantuk gue...dari hari Sabtu gak bisa tidur nyenyak! Aku punya problem sulit tidur di tempat baru yang banyak orangnya. Kalau tempat barunya berupa hotel dan bobo sorangan wae mah gue sangat bisa tidur nyenyak, bahkan bangunnya musti pake weker!

Begitulah cerita plesiran akhir minggu ke Sukabumi yang cukup mengagetkan ibunya Bang Sisco, karena katanya baru kali ini kami mau ngumpul bersama saudara. Masa sih...gue kan relatif rajin ke rumah sodara gue...di Bandung. Deziiiigh!

Monday, May 07, 2007

Happiness or meaning in your life?

Akhir-akhir ini aku banyak dicekoki film-film, baik film seri, film layar lebar maupun sinetron “Intan”. Bah, kenapa pula aku bisa nonton sinetron, satu hal yang gak akan pernah aku lakukan sampai beberapa bulan yang lalu.

Sejak Bu Mimi memperkenalkanku dengan sinetron “Intan”, aku jadi rajin nonton sinetron ini. Meskipun tidak menjadi tontonan wajib, rasa penasaran dengan akhir sinetron ini membuat aku rada committed sama si Intan. Tapi akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi nonton sinetron itu, karena seperti sudah diduga, kalau sinetron ratingnya tinggi, pasti dipanjang-panjangin sampai alur ceritanya gak masuk akal. Maleeeezzzz....Blessing in disguise, huh?

Back to the plot. Ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita petik dari menonton sebuah film. Salah satu pelajaran yang aku dapatkan adalah sebuah percakapan menarik yang nempel terus di kepalaku (kemungkinan besar percakapan ini ada di salah satu episode film seri ”Heroes”), kira-kira bunyinya gini: in this life, you just have to choose one of these: to search for your happiness or for the meaning of your life. You cannot choose both, since searching for the meaning of life means you are ready to sacrifice and be miserable. It’s really not a definition of happiness.

Entah darimana filosofi itu didapat, tapi kalo dipikir-pikir…ada benarnya juga. Mencari makna hidup berarti siap untuk menerima kenyataan hidup (manis or pahit), dan mengambil hikmah dari kenyataan tersebut. Tapi menurutku, “happiness” is part of “meaning of life.” Kenapa? Hmmm...karena...siapa sih yang mau hidup miserable all the time? Even Jewish yang suka bikin miserable dirinya sendiri pun gak ingin hidup miserable terus menerus. Setidaknya, wealthy is their part of life since they have brains. Biarin gak happy, yang penting kaya. Gitu kali...

Kemarin di gereja ada kotbah tentang sungut-sungutnya bangsa Israel karena Musa membawa mereka keluar dari Mesir. Seharusnya bangsa itu berterimakasih pada Musa yang telah membebaskan mereka dari perbudakan dan membuat mereka menjadi bangsa yang merdeka. Tapi instead of thanking him, mereka malah mengeluh dan marah-marah kepada Musa (dan Tuhan) karena telah menjauhkan mereka dari ”kemapanan” hidup sebagai budak. Buat mereka, tidak penting status sebagai budak, sepanjang mereka happy dan hidup berkecukupan. Buat apa merdeka tapi hidup berpindah-pindah, dikejar-kejar musuh, kadang-kadang makan tapi seringkali harus puasa? Honestly, kalau aku jadi mereka, aku pun akan bertindak sama.

Mungkin kalau kita semua ditanya, ingin cari apa di hidup ini: kebahagiaan atau hidup penuh makna? Jawabannya: hidup penuh makna. Mengapa? Karena ”hidup penuh makna” kedengarannya lebih sophisticated dibandingkan sekedar ”bahagia”. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa pilihan ”hidup penuh makna” dapat berkonsekuensi ke ”hidup dengan penderitaan”? Pasti tidak...karena ”hidup penuh makna” seharusnya bermakna ”hidup bahagia”. Well, it’s humane. We just wanna hear what we wanna hear.

Oke, kita ingin menjalankan hidup yang penuh makna. Tapi bagaimana caranya? Kata orang-orang bijak, dengan considering your past, live in your nowness and hope for the future. Hmmm…pretty simple. Yang bikin sulit adalah, considering your past berarti learn something from your past. Tapi bukan berarti kau hidup dengan mengingat-ingat masa lalu, and then trapped in your past. Kalau kau sudah mampu belajar dari masa lalu, berarti kau sudah memahami 1/3 makna hidup (gitu kali….).

Live in your nowness berarti rasakan kebahagiaan hidup (dan/atau penderitaan hidup) sekarang juga! Artinya, kalau kau sedang sedih sekarang, menangislah sepuasnya saat ini juga. Kalau kau sedang merasa senang karena proposalmu diterima, be happy, rayakan hari ini juga. Jika kau sudah menjalankan ini, maka kau sudah memahami 1/3 makna hidup.

Kapan terakhir kau memikirkan masa depanmu? We Asians banyak dicekoki filosofi “jalani hidup apa adanya.” Prinsip hidup seperti ini membuat kita malas bermimpi sampai akhirnya malas menetapkan visi hidup. Padahal punya mimpi itu menyenangkan. Yang sulit adalah bagian memilih mimpi mana yang ingin diwujudkan, karena there are soooo many dreams we have. Banyak orang tidak sempat bermimpi karena terlalu sibuk mikirin ”nowness” itu tadi, or trapped in the nowness yang menawarkan harapan palsu. Sempatkanlah bermimpi untuk memahami 1/3 makna hidupmu. Bahkan si genius Einstein menghabiskan ¾ hidupnya dengan daydreaming. But you don’t have to be like him…or you will ruin other people around you.

Though it sounds easy, it’s never easy to make real. Anyway…that’s what you call “life”, isn’t it?

*ket gambar: kucing HAPPY yg sedang bobo2 siang, dicolek-colek gak mempan...bobo is everything right now. Si Pus ini yang gigit kaki gue beberapa waktu yang lalu. Dasar kucing jelek!

Saturday, May 05, 2007

I got this beautiful writing from a mailing list, thanks to the writer. This is really "something" for me, and hopefully for a friend happened to be in Bangkok now with "someone", leaving her heart behind.
___________________________________________________________

CINTA YANG TIDAK KITA SADARI


Kenapa kita menutup mata
ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
Ini karena hal terindah di dunia tidak terlihat ...

Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita...kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa Yang dinamakan CINTA...

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan...Tapi ingatlah... melepaskan bukan akhir dari dunia..melainkan awal suatu kehidupan baru..

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari...dan mereka yang telah mencoba..Karena merekalah yang bisa menghargai
betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka..

CINTA yang suci,
Adalah ketika kita menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya...Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kita masih menunggunya dengan setia.. Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'.

Apabila cinta tidak berhasil...Bebaskan dirimu, biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi...Ingatlah... Bahwa kita mungkin menemukan cinta dan kehilangannya. .tapi..ketika cinta itu mati.. kamu tidak perlu mati bersamanya.. .

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang.. melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.

Entah bagaimana... dalam perjalanan kehidupan, kita belajar tentang diri sendiri..
dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada. Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat.

Teman Sejati... mengerti ketika kita berkata 'Aku lupa..'
Menunggu selamanya ketika kita berkata 'Tunggu sebentar'
Tetap tinggal ketika kita berkata 'Tinggalkan aku sendiri'
Membuka pintu meski kita belum mengetuk dan berkata 'Bolehkah saya masuk?'

Mencintai...
Bukanlah bagaimana kita melupakan..melainkan bagaimana kita memaafkan.. Bukanlah bagaimana kita mendengarkan. . melainkan bagaimana kita mengerti. Bukanlah apa yang kita lihat.. melainkan apa yang kita rasakan.. Bukanlah bagaimana kita melepaskan.. melainkan bagaimana kita bertahan. Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati...
Dibandingkan menangis Tersedu-sedu. . Air mata yang keluar dapat dihapus..sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang..

Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang.. Tapi ketika Cinta itu tulus, meskipun kalah,
kita tetap menang hanya karena kita berbahagia... dapat mencintai seseorang lebih dari kita mencintai diri sendiri..

Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang bukan karena orang itu berhenti mencintai kita Melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

Kadang kala, orang yang kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hatimu & kadang kala, teman yang menangis bersamamu. Itu semua adalah cinta yang tidak kita sadari"
Kejarlah cintamu itu dan jangan pernah kita merasa putus asa. Kalau memang sudah menjadi suratan kita, Dia tidak akan pernah lari ke mana ...Tuhan telah memberikan kita hidup berpasang-pasangan.