LELAH...LELAH...LELAH...
Kemarin aku ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan untuk mengurus paspor. Nyuebellliiiiiiin berat deh, padahal sudah dibantu oleh orang dalam, tetap saja pengurusannya lama pisan. Menunggu sampai difoto saja sampai 4 jam! Padahal kita sudah ditempatkan di tukang foto VIP yang tugasnya hanya mengambil foto dan sidik jari balita dan manula. Tetep aja lama...Huhuhu...
Lalu waktu difoto, karena sekarang sudah pake biometrics, ngambil sidik jari pake mesin biometrics (yang jadi kasusnya Bang Yusril) bukannya bikin proses jadi lebih cepat, malah jadi sangat lama. Bayangin, sepuluh jari tangan diidentifikasi oleh mesin satu per satu, dan satu jari butuh waktu lebih dari semenit (rasanya!) untuk diidentifikasi. Apanya yang canggih dari mesin ini ya? Kalau di negara maju selain mesin biometrik untuk jari tangan, ada juga mesin biometrics untuk mengidentifikasi retina mata. Kalau di sini belumlah ya...secara mesin untuk jari tangan lo aja dikorupsi sedemikian banyak... gimana mesin biometrik untuk mata lo.
Singkat cerita...ngeselin berat deh ngurus paspor di negeri ini. Waktu seharian harus dikorbankan kalau gak pake calo, dan paspor belum jadi juga. Kok lebih cepat ngurus SIM ya? Padahal kan bikin SIM juga ribet, karena musti tes kesehatan, tes drive, ambil foto juga, dll. Meskipun ada peringatan segede-gede baliho di depan kantor imigrasi untuk tidak mengurus paspor lewat perantara/calo, pastilah calo tetap dibutuhkan selama pengurusan dokumen-dokumen sangat lama seperti itu ya? Apalagi untuk orang-orang supersibuk seperti Superman. Halah...
Tapi teman di imigrasi menjanjikan besok sore paspor sudah bisa diambil. Syukurlah...dan berarti besok musti bermacet2 datang ke sana lagi? Sejak busway jurusan Ragunan - downtown sudah beroperasi, jalan Warung Buncit sampai Mampang Prapatan jadi kayak showroom mobil sepanjang hari karena mobil berderet2 seperti parkir paralel di setiap ruas jalan. What a view! Oleh karena itu, aku sangat bersyukur teman itu berinisiatif menitipkan paspor2 tersebut ke sepupunya yang kebetulan mantan mahasiswaku dan kebetulan pula akan mengurus legalisir ijazah ke kampus besok. Hhhhh...padahal aku sudah pasrah aja nerima "tugas" dari Bang Hamdi untuk ambil paspor2 itu. After all these troubles...ada juga hal-hal yang menyenangkan.
Ohya, anak-anak pun harus punya paspor sendiri. Ada anak yang baru lahir beberapa hari sudah sibuk ngurus paspor. Aku pengen tahu gimana cara tukang fotonya ngambil foto anak itu...karena katanya bayi tidak boleh fotoan bareng ibunya. Bang Hamdi yang kebetulan waktu ngurus perpanjangan paspornya bareng aku harus membuat paspor juga untuk 3 anaknya yang masih balita. Jadi biaya yang harus dikeluarkan Bang Hamdi adalah Rp 275 ribu dikalikan 4. Hehehe...untung paspor ibunya masih berlaku setahun lagi.
Kemarin aku ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan untuk mengurus paspor. Nyuebellliiiiiiin berat deh, padahal sudah dibantu oleh orang dalam, tetap saja pengurusannya lama pisan. Menunggu sampai difoto saja sampai 4 jam! Padahal kita sudah ditempatkan di tukang foto VIP yang tugasnya hanya mengambil foto dan sidik jari balita dan manula. Tetep aja lama...Huhuhu...
Lalu waktu difoto, karena sekarang sudah pake biometrics, ngambil sidik jari pake mesin biometrics (yang jadi kasusnya Bang Yusril) bukannya bikin proses jadi lebih cepat, malah jadi sangat lama. Bayangin, sepuluh jari tangan diidentifikasi oleh mesin satu per satu, dan satu jari butuh waktu lebih dari semenit (rasanya!) untuk diidentifikasi. Apanya yang canggih dari mesin ini ya? Kalau di negara maju selain mesin biometrik untuk jari tangan, ada juga mesin biometrics untuk mengidentifikasi retina mata. Kalau di sini belumlah ya...secara mesin untuk jari tangan lo aja dikorupsi sedemikian banyak... gimana mesin biometrik untuk mata lo.
Singkat cerita...ngeselin berat deh ngurus paspor di negeri ini. Waktu seharian harus dikorbankan kalau gak pake calo, dan paspor belum jadi juga. Kok lebih cepat ngurus SIM ya? Padahal kan bikin SIM juga ribet, karena musti tes kesehatan, tes drive, ambil foto juga, dll. Meskipun ada peringatan segede-gede baliho di depan kantor imigrasi untuk tidak mengurus paspor lewat perantara/calo, pastilah calo tetap dibutuhkan selama pengurusan dokumen-dokumen sangat lama seperti itu ya? Apalagi untuk orang-orang supersibuk seperti Superman. Halah...
Tapi teman di imigrasi menjanjikan besok sore paspor sudah bisa diambil. Syukurlah...dan berarti besok musti bermacet2 datang ke sana lagi? Sejak busway jurusan Ragunan - downtown sudah beroperasi, jalan Warung Buncit sampai Mampang Prapatan jadi kayak showroom mobil sepanjang hari karena mobil berderet2 seperti parkir paralel di setiap ruas jalan. What a view! Oleh karena itu, aku sangat bersyukur teman itu berinisiatif menitipkan paspor2 tersebut ke sepupunya yang kebetulan mantan mahasiswaku dan kebetulan pula akan mengurus legalisir ijazah ke kampus besok. Hhhhh...padahal aku sudah pasrah aja nerima "tugas" dari Bang Hamdi untuk ambil paspor2 itu. After all these troubles...ada juga hal-hal yang menyenangkan.
Ohya, anak-anak pun harus punya paspor sendiri. Ada anak yang baru lahir beberapa hari sudah sibuk ngurus paspor. Aku pengen tahu gimana cara tukang fotonya ngambil foto anak itu...karena katanya bayi tidak boleh fotoan bareng ibunya. Bang Hamdi yang kebetulan waktu ngurus perpanjangan paspornya bareng aku harus membuat paspor juga untuk 3 anaknya yang masih balita. Jadi biaya yang harus dikeluarkan Bang Hamdi adalah Rp 275 ribu dikalikan 4. Hehehe...untung paspor ibunya masih berlaku setahun lagi.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home