Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Friday, September 30, 2005

Workshop Penulisan Artikel Jurnal

Sudah 3 hari ini aku ikut workshop penulisan jurnal yg diselenggarakan oleh BP2Psi. Penunjukan mendadak aku sebagai peserta minggu lalu membuat aku tdk dpt maksimal mempersiapkan karya ilmiah yg akan dire-write.

Berhubung karena aku sudah pernah menulis ulang tesisku untuk dimuat di jurnal makara (btw itu tulisan lama amat ya di-publishnya) maka aku dilarang membawa tulisan yg sama.

Aku putuskan utk menulis ulang hasil penelitian Mily, one of my students. Tapi berhubung target workshop ini adalah menerbitkan tulisan2 yg layak muat di jurnal internasional, aku ngeri bo...

Hari pertama yg hadir banyakan pengajar daripada peserta (walaupun pesertanya para pengajar juga). Bang Hamdi bertindak sebagai pengajar pertama yg mengajarkan ttg literature review. Pelajaran pertama adalah men-download jurnal. Alamak, boring bgt! Kayaknya mustahil para pengajar di sini blm bisa download artikel jurnal. Tapi kenyataannya mmg tdk bisa.

Kegiatan mendownload jurnal msh membuat mereka excited. Akupun hrs rela membantu mrk menggunakan teknologi. Kalaupun terbiasa menggunaka komputer, elaslah mrk hanya terbiasa pakai word & powerpoint saja...

Stlh belajar ttg membuat abstrak yg tdk lebih di 150 kata, pendahuluan serta literature review, aku punya cukup wkt utk terlibat dlm online seminar yg diselenggarakan oleh Asosiasi SYLFF UI.

Seminar ttg waste management yg dimoderatori oleh Yeni & Citra ini ternyata diselenggarakan dlm 2 forum terpisah, yg satu menggunakan english, yg satu lg menggunakan bhsindonesia. Dan mrk menjerumuskan aku hny pd forum eng, dmana semua org mendadak jd pendiam. Praktis yg cerewet hny aku dan para pemakalah. Waktu moderator mengatakan "enjoy the fruitful discussion" aku mbathin "apanya yg fruitful ya?" Eala..ternyata yg fruitful itu malah forum bhs lndonesianya. Kalo gitu knp musti pake bhs lnggris ya? I don't get it. Utk menarik perhatian Ellen spy proposal waste management yg sedang direncanakan diterima?

Pendek kata seharian itu aku banyak melakukan kegiatan di luar workshop. Padahal pak Ito pd pembukaan workshop wanti wanti agar tdk mengerjakan hal2 lain 3 hari ini.

At the end of the first day,jadi jg draft tulisan sampai pd lit review.

Hari kedua,semua org diminta mempresentasikan draft tulisannya. Tak satupun org yg maju. Akhirnya aku rela menjadi org pertama yg dikata-katain. Hehehe. Pertanyaan pertama yg paling berat adalah tentang orisinalitas ide. Aku sendiri tdk terlalu terlibat dlm penelitian ini. Milylah yg plg berhak menjawab pertanyaan ini.

Setelah beberapa lama 'dibantai' akhirnya yg lain pd maju. Aku mulai memikirkan hal-hal lain,seperti online seminar, kontak Chia Ho Beng & Dishan dari NUS yg dulu pernah menolongku dlm proses penulisan tesisku.

Aku ceritakan ttg Chia pd pak Wilman, yg dgn semangat mendorongku utk menghubungi kembali bpk itu. Dan pak Wilman mendorongku jg utk memikirkan proposal utk doktoral tesisku. Waaa...should I?

Akhirnya pikiran ambil S3 yg selama ini aku hindari terbersit jg. Beberapa wkt yl bbrp teman mendorongku utk sekolah lg, dan aku menolak mentah2. Aku tdk ingin membuat ibuku semakin cemas mikirin anaknya yg hobi sekolah. Tapi skrg dgn ide komunitas peneliti yg dikemukakan pak Wilman, mau tak mau aku hrs pikirkan S3 jg.

Hal pertama yg aku lakukan adalah mencari CV Chia Ho Beng. Ternyata minat bpk itu selain OCB jg KM! Wah pucuk dicinta ulam tiba! Kubuka email lama dgn Chia (untung saja aku msh menyimpan semua email2nya), ternyata dia pernah menawarkan penelitian ttg KM. Knp wkt itu aku ga sadar ya? Mungkin krn aku msh disibukkan oleh tesisku yg tinggal finishing touch itu. Eala...

Aku harus segera menghubunginya mumpung semangatku msh membara! Mudah2an dia msh mau terima aku. Dan minggu depan aku hrs melaporkan progres dr artikelku.

Friday, September 16, 2005

Lelah lahir bathin

It’s 2005, and I’m old enough to question about myself, my existence, and my contributions to this world. I feel like I am nothing, helpless, and tired of everything. I have no life, going through routine things day by day, no challenge to face. Last month was my end of hectic life, and I was proud of my three students who passed the exams very well. Well, at least I happened to be someone special for my students.

Sunday, September 04, 2005

Outing di Alam Sutera

Jum'at, 2 September kemarin rombongan Pasca berangkat ke Alam Sutera. Setelah pencarian kesana kemari selama more or less sebulan, akhirnya 2 hari sebelum hari H diputuskan untuk outing ke Family Park Alam Sutera. Well, masih mendingan daripada ke Taman Mini.

Kami berangkat dari kampus menggunakan 2 minibus Big Bird. Perjalanan ke Alam Sutera hanya memakan waktu kurang lebih 1 jam saja. Cukup banyak anak-anak dalam rombongan kami.

Sesampai di Alam Sutera, Mbak Yuyun sudah mengorganisasikan sebuah petualangan mandiri untuk kami. Karena sudah tidak sempat set up group untuk outbound, akhirnya kami menikmati semua permainan di Caldera Ed-Venture, seperti Towering (gambar di samping) dan jalan di atas tali.

Permainan yang aku coba pertama kali adalah towering seperti gambar di atas. Aku harus melakukan wall climbing pada sebuah batang pohon buueeessaaaarr sekali dan setinggi 13 meter. Pak Eko yang mendapatkan giliran pertama manjat pohon, melakukannya dengan susah payah. Selain faktor umur, faktor berat badan pun mempengaruhi stamina memanjat pohon besar itu. Setelahnya, Eka yang masih muda dan badannya ringan, mampu menaklukkan pohon itu dalam waktu relatif singkat. Setelah Eka, ada Mbak Isti dan Pak Budi yang relatif mudah mencapai puncak.

Pak Rufus yang sempat manjat setengah pohon, menyerah dan minta diturunkan. Aku masih pede dan menganggap enteng tower tersebut. Dengan modal nekat, percaya diri dan sedikit pengalaman manjat pohon, akupun mulai menapakkan kakiku.

Dulu waktu kecil aku pernah punya pengalaman manjat pohon akasia di depan rumah yang tingginya cuman 2 meter. Belum terlalu lama karir manjat-memanjat, Alison adikku terjatuh dari pohon itu dan mengalami patah tulang di tangan kanannya. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi manjat pohon.

Setengah perjalanan aku selesaikan dengan susah payah. Ternyata memang sulit! Padahal pada setengah perjalanan pertama, aku menggunakan jalur tali dan batang pohon dengan kemiringan 60 derajat. Tapi seluruh badanku bergetar ketika mulai manjat di kemiringan 90 derajat. Nyaliku mulai ciut. Aku belum mau menyerah.

Dengan teriakan supportive dari teman2 di bawah (aku sih dengernya dukungan tea, gak tau juga kalau yang di bawah malah teriak, turun...turun....), aku mulai menapaki batu2 kerikil yang sengaja dipasang di batang pohon. Semakin jauh melangkah, aku merasa semakin ke atas kok batu2nya semakin kecil2 ya?

Setelah 75% perjalanan, aku merasa lelah luar biasa. Tanganku bergetar hebat, dan kakiku terpeleset terus-menerus. Mungkin sepatu tenisku tidak cocok untuk wall climbing. Aku coba memeluk pohon besar itu, walah...mana bisa man....

Saat itu terpikir untuk turun saja. Aku melihat ke bawah, trus ke atas. Orang2 di bawah teriak,"jangan liat ke bawah!" emangnya kenapa kalo liat ke bawah? Yang di atas memberi semangat, 'ayo sedikit lagi...' Aku mendelik marah dan bilang,"mas, tidak lihat ini tangan saya sakit...hiks!' Baru ngomong sedikit, tangan dan kakiku terlepas dari pegangannya. Setelah dua kali terlepas dari batu2 laknat itu, aku memohon pada mas2 yang nunggu di atas,"saya gak mau turun, tapi saya rasanya sudah tidak kuat lagi mas...'

Orang itu dengan sabar meminta aku untuk teruskan perjuangan, dan menunjukkan sebuah ring kecil untuk dipegang. Aku bilang padanya, tanganku sudah tidak kuat memegang benda itu. Tapi entah kenapa, keinginan untuk melakukan flying fox menguasaiku. Seumur-umur aku belum pernah melakukan flying fox. Dimotivasi oleh keinginan tersebut, aku coba manjat kembali, meskipun my body is trembling all over. Kelelahan tidak mampu membuat aku turun, tapi karena fisik tidak mengijinkan, aku mencoba melakukan negosiasi dengan penunggu tower di atas. Aku akan berusaha naik, tapi mereka juga harus berusaha menarik aku. Dengan susah payah, aku akhirnya sampai di puncak.

Berada di tempat tinggi tanpa safety tools sempat aku rasakan sesaat ketika tali pengaman dilepaskan dari tubuhku dan tali flying fox belum dipasang. Tanpa tali pengaman, aku tidak berani berdiri. Waktu diminta untuk sedikit menaikkan badan dengan menggunakan tangan, aku tidak mampu menumpukan badan pada tangan. Wah, masa gara2 beginian aja aku tidak bisa melakukan flying fox? Mana mungkiiiinnnnn....

Segera setelah tali pengaman flying fox dicantelkan pada tubuhku, aku minta diluncurkan. Mas2 di atas tower kebingungan kali ya, kok ini cewek gak ada takut2nya, beda sama cewek2 sebelumnya. Dan aku pun menikmati flying fox tersebut, sejenak melupakan how trembling my hands are.

Setelah mencoba peruntungan di Towering dan makan siang di Food Court, aku mencoba menyeberang di atas tali yang di bawahnya terdapat sungai buatan sedalam 3 meter. Dari empat jenis tali penyeberangan dengan tingkat kesulitan berbeda, aku hanya berani mencoba 2 jenis tali.

Pada tali ketiga, baru setengah jalan seluruh badanku break dance sementara tangan yang memegang tali sudah tidak kuat menahan beban. Daripada kecebur di kali (meskipun cukup aman karena aku pakai pelampung) aku memutuskan untuk kembali ke pangkalan. Ternyata di air nyaliku tidak cukup besar. Bukan karena takut tercebur, tapi karena ogah repot harus ganti baju.

Aku sebetulnya punya 2 rekaman video hp menarik dalam hal tali-temali ini, yang menampilkan episode seru Pak Budi struggle for life on the rope. Tapi beliau sudah wanti2 untuk tidak disebarkan, dan aku sudah janji tidak menyebarkannya di luar lingkungan Pascapsi ;-P

Demikian kisah seru di hari Jumat, yang menghasilkan badan sakit sepanjang 6 hari ke depan. Aku memang sakti, buktinya hari Sabtu aku sudah berangkat lagi ke Bandung meskipun dengan susah payah.