Kaleidoskop 2005: My Beloved Indonesia
Tahun 2005 ini merupakan tahun recovery bagi masyarakat Aceh dan Sumatra Utara yang terkena bencana tsunami bulan Desember 2004 yang lalu. Tak terbayangkan sulitnya mereka melakukan recovery. Sampai saat ini masih banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh sukarelawan untuk memulihkan keadaan Aceh, baik secara fisik maupun secara mental.
Selain bencana alam tersebut, ada lagi bencana-bencana lain yang melanda Indonesia. Bencana berupa penyakit adalah flu burung yang bukan hanya memakan korban unggas tetapi juga korban manusia, yang mengakibatkan omzet penjualan daging ayam menurun drastis. Lalu ada wabah antraks yang membuat peternak sapi menderita karena orang takut makan daging sapi.
Sebelum wabah flu burung dan antraks melanda, anak-anak balita di Jawa Barat banyak yang menderita lumpuh layuh, sehingga WHO untuk sementara menangguhkan status "bebas polio" bagi Indonesia.
Bencana di bidang perekonomian adalah kurs rupiah terhadap dollar amerika tembus angka 10.000 yang membuat daya beli masyarakat menurun. Masih belum puas melihat penderitaan rakyatnya, pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sampai 87% per 1 Oktober 2005. Anehnya, dulu waktu ngisi bensin mobil imut-imutku, Rp 20 ribu bisa bolak-balik Depok - Pondok Indah (lebih kurang 30 km) 2 hari. Sekarang ngisi bensin Rp 50 ribu praktis cuman bisa buat sehari jalan-jalan dari rumah Padang Bulan ke rumah sakit Malahayati, ke mal lalu ke rumah opung Sei Brantas. Jadi naiknya lebih 100%!
Di bidang food and beverages, akhir-akhir ini dilakukan pemeriksaan terhadap bahan-bahan makanan yang ada di pasar gencar. Banyak diantara bahan makanan tersebut (misalnya mie basah, ikan asin, tahu, dan bakso) mengandung bahan pengawet formalin, yang biasa dipakai untuk mengawetkan mayat. Alasan perusahaan-perusahaan makanan menggunakan formalin sebagai pengawet adalah karena bahannya mudah didapat dan harganya murah. Pemerintah dipaksa untuk mencari alternatif selain formalin sebagai bahan pengawet yang aman untuk manusia. Selain itu ada juga berita mengenai bakso pakai daging tikus! Berita ini sebetulnya adalah cerita lama. Dulu aku pernah mendengar tentang bakso tikus ini, kalau tidak salah rumornya Bakso Titoti yang terkenal di Pasar Minggu menggunakan daging tikus. No wonder, daging sapi mahal sih. Daging tikus gratis, apalagi tikus got. Hiiiiii……
Belum lagi bencana di kalangan selebritis, seperti perceraian yang dialami Dewi Hughes, Tamara Bleszinsky, dll, dan yang paling gres adalah perseteruan antara ibu dan anak Kiki Fatmala. Hah…selebritis!
Bencana di keluargaku adalah oomku diopname soon after I landed in Medan. Kayaknya dia masuk rumah sakitnya nungguin aku datang dulu. Jadi seminggu di Medan aku habiskan untuk bolak balik ke rumah sakit dan menjenguk opungku yang mulai parah ingatannya, mungkin karena obat-obatan yang dikonsumsinya. Masa dalam sejam ngobrol ada 3 kali ngomongin hal yang sama. Walaupun pusing menghadapi opung yang sudah pikun, aku mencoba tetap tekun mendengarkan dia karena yang lain tidak ada yang paid attention to her! Sampai hapal kalimat2nya, karena sejak 2 tahun yang lalu yang diomongin cuman penyakit, dokter yang sangat peduli karena kebetulan teman2 kuliah anaknya, dan kisah perjuangannya dulu waktu jaman perang. Nenekku ikut perang? Ya nggaklah…tapi kali aja dia jadi suster yang membawa selendang sutra buat membalut luka prajurit. Hehehe.
Hope year 2006 not as bad as 2005.
Tahun 2005 ini merupakan tahun recovery bagi masyarakat Aceh dan Sumatra Utara yang terkena bencana tsunami bulan Desember 2004 yang lalu. Tak terbayangkan sulitnya mereka melakukan recovery. Sampai saat ini masih banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh sukarelawan untuk memulihkan keadaan Aceh, baik secara fisik maupun secara mental.
Selain bencana alam tersebut, ada lagi bencana-bencana lain yang melanda Indonesia. Bencana berupa penyakit adalah flu burung yang bukan hanya memakan korban unggas tetapi juga korban manusia, yang mengakibatkan omzet penjualan daging ayam menurun drastis. Lalu ada wabah antraks yang membuat peternak sapi menderita karena orang takut makan daging sapi.
Sebelum wabah flu burung dan antraks melanda, anak-anak balita di Jawa Barat banyak yang menderita lumpuh layuh, sehingga WHO untuk sementara menangguhkan status "bebas polio" bagi Indonesia.
Bencana di bidang perekonomian adalah kurs rupiah terhadap dollar amerika tembus angka 10.000 yang membuat daya beli masyarakat menurun. Masih belum puas melihat penderitaan rakyatnya, pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sampai 87% per 1 Oktober 2005. Anehnya, dulu waktu ngisi bensin mobil imut-imutku, Rp 20 ribu bisa bolak-balik Depok - Pondok Indah (lebih kurang 30 km) 2 hari. Sekarang ngisi bensin Rp 50 ribu praktis cuman bisa buat sehari jalan-jalan dari rumah Padang Bulan ke rumah sakit Malahayati, ke mal lalu ke rumah opung Sei Brantas. Jadi naiknya lebih 100%!
Di bidang food and beverages, akhir-akhir ini dilakukan pemeriksaan terhadap bahan-bahan makanan yang ada di pasar gencar. Banyak diantara bahan makanan tersebut (misalnya mie basah, ikan asin, tahu, dan bakso) mengandung bahan pengawet formalin, yang biasa dipakai untuk mengawetkan mayat. Alasan perusahaan-perusahaan makanan menggunakan formalin sebagai pengawet adalah karena bahannya mudah didapat dan harganya murah. Pemerintah dipaksa untuk mencari alternatif selain formalin sebagai bahan pengawet yang aman untuk manusia. Selain itu ada juga berita mengenai bakso pakai daging tikus! Berita ini sebetulnya adalah cerita lama. Dulu aku pernah mendengar tentang bakso tikus ini, kalau tidak salah rumornya Bakso Titoti yang terkenal di Pasar Minggu menggunakan daging tikus. No wonder, daging sapi mahal sih. Daging tikus gratis, apalagi tikus got. Hiiiiii……
Belum lagi bencana di kalangan selebritis, seperti perceraian yang dialami Dewi Hughes, Tamara Bleszinsky, dll, dan yang paling gres adalah perseteruan antara ibu dan anak Kiki Fatmala. Hah…selebritis!
Bencana di keluargaku adalah oomku diopname soon after I landed in Medan. Kayaknya dia masuk rumah sakitnya nungguin aku datang dulu. Jadi seminggu di Medan aku habiskan untuk bolak balik ke rumah sakit dan menjenguk opungku yang mulai parah ingatannya, mungkin karena obat-obatan yang dikonsumsinya. Masa dalam sejam ngobrol ada 3 kali ngomongin hal yang sama. Walaupun pusing menghadapi opung yang sudah pikun, aku mencoba tetap tekun mendengarkan dia karena yang lain tidak ada yang paid attention to her! Sampai hapal kalimat2nya, karena sejak 2 tahun yang lalu yang diomongin cuman penyakit, dokter yang sangat peduli karena kebetulan teman2 kuliah anaknya, dan kisah perjuangannya dulu waktu jaman perang. Nenekku ikut perang? Ya nggaklah…tapi kali aja dia jadi suster yang membawa selendang sutra buat membalut luka prajurit. Hehehe.
Hope year 2006 not as bad as 2005.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home