Selamat Hari Natal, 25 Desember 2005
Sebagian Natal tahun ini aku rayakan di Depok, sebagiannya lagi di Medan. Diawali dengan kebaktian Malam Natal di GPIB Gideon jam 8 malam. I was expecting many people would come to the service that night. Therefore I arrived before 8.
Sampai di gerbang gereja aku terpana. Jangankan di dalam gereja, di luar gereja pun sudah tidak ada tempat duduk kosong. Luar biasa....pada hari Minggu biasa kemana aja orang-orang itu?
Tata ibadah sudah ludes, tinggal lilin-lilin saja yang masih ada. Lumayanlah, masih ada yang dipegang. Sudah dapat lilin, sekarang cari tempat duduk. Karyawan gereja sibuk mengeluarkan kursi-kursi plastik yang tak kunjung habis dari dalam gereja. Kuatir tidak kebagian kursi, umat yang belum kebagian duduk berebutan kursi.
Aku masih tidak kebagian kursi setelah beberapa lama berburu kursi. Kurang struggle? Barangkali. Aku terbiasa antri untuk mendapatkan sesuatu. Tapi ternyata kata "antri" tidak ada dalam kamus orang-orang itu.
Hampir putus asa karena tidak kunjung kebagian kursi, aku kebetulan melihat nun di depan sana (tapi masih di luar gereja) ada kursi kosong nganggur. Terimakasih Tuhan...akhirnya penantianku berbuah hasil yang cukup baik. Aku dapat tempat dekat cctv sehingga dapat lebih khusyuk beribadah, meskipun kamera videonya agak kurang fokus.
Besok paginya aku berencana bangun pagi untuk ikut ibadah jam 6 pagi. Tetapi karena malamnya tidur terlalu malam aku tidak mampu bangun sebelum jam 6 pagi. Setelah pulang gereja aku ingin menyelesaikan bacaanku summary ALIAS season 4. Belum kelar membaca, ngantuk, dan waktu dari Raymond Weil sudah menunjukkan pukul 11. Aku pun berangkat tidur. Bangun jam 7 pagi, aku mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke Medan. Rasanya udah ready semua, tidak ada yang ketinggalan. Later setelah di Medan aku sadar kacamataku ketinggalan. I knew I must've forgot something no matter how well-prepared I was.
Aku memutuskan untuk ikut ibadah jam 9. Tak ingin terulang kejadian semalam, aku berangkat jam 8.30. Tapi tetap tidak kebagian duduk di dalam gereja. Untungnya kursi di luar gereja masih banyak yang kosong, sehingga masih bisa memilih kursi dengan posisi terbaik. Yang tidak aku perhitungkan adalah persembahan ke depan satu per satu yang memakan waktu sangat banyak. Ibadah selesai praktis jam 11.30.
Terburu-buru aku ke ATM Mandiri ambil cash (it was a very shiny day, I felt dizzy), mencari taksi dan ambil tas yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Aku sempat ganti kostum, bayar makan dan cuci baju di mba Ami (I hope mbak Ami's still there when I comeback).
Aku naik taksi ke Blok M, dan naik Damri dari sana. Tiba di Blok M, ada tawaran taksi ke bandara Rp 50 rb tanpa tol. Aku bilang aku tidak tertarik, lebih suka naik Damri yang cuma Rp 15 ribu. Kebetulan sesampai di Blok M Damri paling depan baru saja berangkat. Mereka bilang Damri kedua masih lama.
Aku rada tergoda bujuk rayu mereka, karena sampai di Blok M sudah jam 13.30. Mengingat aku masih belum terlalu confident dengan itinerary-ku, aku berencana tiba di airport as soon as possible dan mengurus itinerary yang status pembayarannya masih pending. Waktu pesan tiket aku bayar pakai credit card, dan di itinerary statusku bukan CONFIRMED tapi PENDING. Tapi untung saja aku ikut kata hatiku yang mengatakan naik Damri saja. Pilihanku benar adanya. Hanya menunggu 15 menit Damri sudah berangkat, dan aku tidak perlu worry akan dibawa kemana oleh tukang taksi. Hehehe…siapa juga yang mau menculik aku ya?
Sesampai di bandara dengan sedikit cemas aku menghampiri counter Air Asia. Ternyata credit card si Mogly sudah dikredit sama Air Asia. Syukurlah.
Karena sudah siang dan aku belum makan siang, I bought 3 donuts and a medium fruitpunch for nearly Rp 25.000,-! Hehehe...pretty expensive huh?! Lebih mahal lagi kalau donatnya benar-benar ketinggalan di tempat cek barang waktu aku mau check-in! Hampir saja ketinggalan, untung tidak ada yang tertarik dengan makanan terbungkus kertas dunkin’ donut dan membiarkan makananku tergeletak sampai aku mengambilnya.
After check-in I rushed into Lounge A7 and guess what? I met with my cousin Tina, we're in the same flight. Terpaksa menahan penasaran pada ALIAS untuk sementara waktu. Akhirnya bacaan itu aku selesaikan di dalam pesawat yang membawa aku back to my new hometown. Despite all the inconviniencies I experienced during check-in and finding seats on your own, the flight is very much okay compare to Merpati or Bouraq. Waktu boarding tadi aku memilih pintu yang salah dan kesalahan itu membawa keberuntungan untukku. Bagaimana tidak..orang sesehat aku memilih pintu untuk orang tua dan anak2 (aku betul-betul tidak memperhatikan, dan Tina-pun diam saja mengikuti aku). Ketika pintu yang aku pilih terbuka, kami pun menuju pesawat sementara pintu yang satu lagi masih tertutup. Aku bertanya pada Tina, kenapa pintu itu masih tertutup. Tina bilang, karena mereka membiarkan orang-orang tua dan anak kecil masuk pesawat dulu, baru yang lain masuk. Huahahahaha…untung tadi aku tidak ditegur karena memilih pintu yang salah!
Tiba di Medan jam 6 sore, I found my uncle's sick at home. That night my uncle doctor Leo was taking care of his illness (thank God he's here when needed, since his homebase is NAD for the time being), and transferred him to the hospital to be hospitalized. Uncle Leo suspected a lever abses. I hope he’s gonna be okay and check out real quick.
Sebagian Natal tahun ini aku rayakan di Depok, sebagiannya lagi di Medan. Diawali dengan kebaktian Malam Natal di GPIB Gideon jam 8 malam. I was expecting many people would come to the service that night. Therefore I arrived before 8.
Sampai di gerbang gereja aku terpana. Jangankan di dalam gereja, di luar gereja pun sudah tidak ada tempat duduk kosong. Luar biasa....pada hari Minggu biasa kemana aja orang-orang itu?
Tata ibadah sudah ludes, tinggal lilin-lilin saja yang masih ada. Lumayanlah, masih ada yang dipegang. Sudah dapat lilin, sekarang cari tempat duduk. Karyawan gereja sibuk mengeluarkan kursi-kursi plastik yang tak kunjung habis dari dalam gereja. Kuatir tidak kebagian kursi, umat yang belum kebagian duduk berebutan kursi.
Aku masih tidak kebagian kursi setelah beberapa lama berburu kursi. Kurang struggle? Barangkali. Aku terbiasa antri untuk mendapatkan sesuatu. Tapi ternyata kata "antri" tidak ada dalam kamus orang-orang itu.
Hampir putus asa karena tidak kunjung kebagian kursi, aku kebetulan melihat nun di depan sana (tapi masih di luar gereja) ada kursi kosong nganggur. Terimakasih Tuhan...akhirnya penantianku berbuah hasil yang cukup baik. Aku dapat tempat dekat cctv sehingga dapat lebih khusyuk beribadah, meskipun kamera videonya agak kurang fokus.
Besok paginya aku berencana bangun pagi untuk ikut ibadah jam 6 pagi. Tetapi karena malamnya tidur terlalu malam aku tidak mampu bangun sebelum jam 6 pagi. Setelah pulang gereja aku ingin menyelesaikan bacaanku summary ALIAS season 4. Belum kelar membaca, ngantuk, dan waktu dari Raymond Weil sudah menunjukkan pukul 11. Aku pun berangkat tidur. Bangun jam 7 pagi, aku mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke Medan. Rasanya udah ready semua, tidak ada yang ketinggalan. Later setelah di Medan aku sadar kacamataku ketinggalan. I knew I must've forgot something no matter how well-prepared I was.
Aku memutuskan untuk ikut ibadah jam 9. Tak ingin terulang kejadian semalam, aku berangkat jam 8.30. Tapi tetap tidak kebagian duduk di dalam gereja. Untungnya kursi di luar gereja masih banyak yang kosong, sehingga masih bisa memilih kursi dengan posisi terbaik. Yang tidak aku perhitungkan adalah persembahan ke depan satu per satu yang memakan waktu sangat banyak. Ibadah selesai praktis jam 11.30.
Terburu-buru aku ke ATM Mandiri ambil cash (it was a very shiny day, I felt dizzy), mencari taksi dan ambil tas yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Aku sempat ganti kostum, bayar makan dan cuci baju di mba Ami (I hope mbak Ami's still there when I comeback).
Aku naik taksi ke Blok M, dan naik Damri dari sana. Tiba di Blok M, ada tawaran taksi ke bandara Rp 50 rb tanpa tol. Aku bilang aku tidak tertarik, lebih suka naik Damri yang cuma Rp 15 ribu. Kebetulan sesampai di Blok M Damri paling depan baru saja berangkat. Mereka bilang Damri kedua masih lama.
Aku rada tergoda bujuk rayu mereka, karena sampai di Blok M sudah jam 13.30. Mengingat aku masih belum terlalu confident dengan itinerary-ku, aku berencana tiba di airport as soon as possible dan mengurus itinerary yang status pembayarannya masih pending. Waktu pesan tiket aku bayar pakai credit card, dan di itinerary statusku bukan CONFIRMED tapi PENDING. Tapi untung saja aku ikut kata hatiku yang mengatakan naik Damri saja. Pilihanku benar adanya. Hanya menunggu 15 menit Damri sudah berangkat, dan aku tidak perlu worry akan dibawa kemana oleh tukang taksi. Hehehe…siapa juga yang mau menculik aku ya?
Sesampai di bandara dengan sedikit cemas aku menghampiri counter Air Asia. Ternyata credit card si Mogly sudah dikredit sama Air Asia. Syukurlah.
Karena sudah siang dan aku belum makan siang, I bought 3 donuts and a medium fruitpunch for nearly Rp 25.000,-! Hehehe...pretty expensive huh?! Lebih mahal lagi kalau donatnya benar-benar ketinggalan di tempat cek barang waktu aku mau check-in! Hampir saja ketinggalan, untung tidak ada yang tertarik dengan makanan terbungkus kertas dunkin’ donut dan membiarkan makananku tergeletak sampai aku mengambilnya.
After check-in I rushed into Lounge A7 and guess what? I met with my cousin Tina, we're in the same flight. Terpaksa menahan penasaran pada ALIAS untuk sementara waktu. Akhirnya bacaan itu aku selesaikan di dalam pesawat yang membawa aku back to my new hometown. Despite all the inconviniencies I experienced during check-in and finding seats on your own, the flight is very much okay compare to Merpati or Bouraq. Waktu boarding tadi aku memilih pintu yang salah dan kesalahan itu membawa keberuntungan untukku. Bagaimana tidak..orang sesehat aku memilih pintu untuk orang tua dan anak2 (aku betul-betul tidak memperhatikan, dan Tina-pun diam saja mengikuti aku). Ketika pintu yang aku pilih terbuka, kami pun menuju pesawat sementara pintu yang satu lagi masih tertutup. Aku bertanya pada Tina, kenapa pintu itu masih tertutup. Tina bilang, karena mereka membiarkan orang-orang tua dan anak kecil masuk pesawat dulu, baru yang lain masuk. Huahahahaha…untung tadi aku tidak ditegur karena memilih pintu yang salah!
Tiba di Medan jam 6 sore, I found my uncle's sick at home. That night my uncle doctor Leo was taking care of his illness (thank God he's here when needed, since his homebase is NAD for the time being), and transferred him to the hospital to be hospitalized. Uncle Leo suspected a lever abses. I hope he’s gonna be okay and check out real quick.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home