Prof Chia and Me
Beberapa waktu yang lalu, setelah sebuah workshop penulisan artikel jurnal aku mencoba menghubungi kembali Prof Chia. Kusertakan email terakhir beliau untukku untuk me-refresh ingatannya pada aku. Permintaanku pada email tersebut adalah agar ia membantuku dalam penelitianku mendatang, yang waktu itu masih OCB.
Jawabannya singkat, padat dan jelas…yang membuat aku mempertanyakan lebih lanjut, apakah OCB tepat untuk jadi topikku nanti dalam disertasiku. Disertasi? Yups, disertasi. Sesuatu yang meskipun pernah terlintas dalam pikiran tapi tak pernah terniat untuk dilakukan. Tadinya aku tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Aku merasa keadaan yang sekarang sudah cukup bagiku. Tetapi salahku sendiri memilih instansi pendidikan sebagai tempat aku berkarir. Pendidikan tinggi pula. Menjadi seorang doktor is a must!
Prof Chia adalah seorang profesor dari NUS, yang memiliki minat penelitian sama denganku. Pertama kali melakukan kontak dengan beliau adalah ketika aku tengah menyelesaikan tesis bertopik OCB. Pada waktu itu beliau menawarkan untuk melakukan joint research. Very tempting at that time, tapi karena keterbatasan waktu, para pembimbingku menyarankan aku untuk tidak melakukannya. Aku ingat Pak Munandar almarhum menasihatiku untuk menyimpan alamat Prof Chia, barangkali nanti dibutuhkan kalau aku ambil S3. Waktu itu aku nyengir saja, membayangkan kesulitan apa yang bakal aku temui jika lanjut ke S3. Lha S2 aja aku selesaikan dengan berdarah-darah (berlebihan sih…)
Pak Munandar benar, aku membutuhkan alamat email Prof Chia saat ini. Aku seperti kena batunya. Kalau boleh menganalogikan dengan mendaki gunung, ini mengingatkanku pada peristiwa pendakian Gunung Gede. Kali pertama aku mendaki gunung itu, kukutuk diri sendiri sebagai orang kurang kerjaan. Penderitaan mendaki gunung terutama di “tanjakan setan” (dinamai tanjakan setan karena tanjakannya memang kayak setan!) membuat aku kapok. Dalam penderitaan itu aku sempat berjanji pada diri sendiri, tidak akan mendaki gunung lagi. Nggak taunya, aku mendaki Gunung Gede sampai 3 kali! Bisa dibayangkan, yang repot pada pendakian itu adalah orang-orang di sekitarku. Bagaimana tidak merepotkan, membawa ransel sendiri pun aku tidak mampu.
Kembali ke Prof Chia, emailnya belum aku jawab kembali, karena aku sedang sibuk berkutat mencari artikel jurnal dan membacanya, supaya aku lebih well versed dalam topik OCB dan KM. Malu atuh kalah diskusi dengan profesor. Tapi karena tidak sabar menunggu jawabanku (atau kuatir jawabannya tidak sampai ke aku?), ia menghubungiku kembali. Kali ini kujawab (kuatir dia tidak tau aku sedang sibuk mempersiapkan diri), aku sedang mencari “the unresolved issues” pada topik OCB dan KM. Aku akan kembali pada beliau setelah mendapatkan topik yang sesuai. Oh God…help me please….
Beberapa waktu yang lalu, setelah sebuah workshop penulisan artikel jurnal aku mencoba menghubungi kembali Prof Chia. Kusertakan email terakhir beliau untukku untuk me-refresh ingatannya pada aku. Permintaanku pada email tersebut adalah agar ia membantuku dalam penelitianku mendatang, yang waktu itu masih OCB.
Jawabannya singkat, padat dan jelas…yang membuat aku mempertanyakan lebih lanjut, apakah OCB tepat untuk jadi topikku nanti dalam disertasiku. Disertasi? Yups, disertasi. Sesuatu yang meskipun pernah terlintas dalam pikiran tapi tak pernah terniat untuk dilakukan. Tadinya aku tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Aku merasa keadaan yang sekarang sudah cukup bagiku. Tetapi salahku sendiri memilih instansi pendidikan sebagai tempat aku berkarir. Pendidikan tinggi pula. Menjadi seorang doktor is a must!
Prof Chia adalah seorang profesor dari NUS, yang memiliki minat penelitian sama denganku. Pertama kali melakukan kontak dengan beliau adalah ketika aku tengah menyelesaikan tesis bertopik OCB. Pada waktu itu beliau menawarkan untuk melakukan joint research. Very tempting at that time, tapi karena keterbatasan waktu, para pembimbingku menyarankan aku untuk tidak melakukannya. Aku ingat Pak Munandar almarhum menasihatiku untuk menyimpan alamat Prof Chia, barangkali nanti dibutuhkan kalau aku ambil S3. Waktu itu aku nyengir saja, membayangkan kesulitan apa yang bakal aku temui jika lanjut ke S3. Lha S2 aja aku selesaikan dengan berdarah-darah (berlebihan sih…)
Pak Munandar benar, aku membutuhkan alamat email Prof Chia saat ini. Aku seperti kena batunya. Kalau boleh menganalogikan dengan mendaki gunung, ini mengingatkanku pada peristiwa pendakian Gunung Gede. Kali pertama aku mendaki gunung itu, kukutuk diri sendiri sebagai orang kurang kerjaan. Penderitaan mendaki gunung terutama di “tanjakan setan” (dinamai tanjakan setan karena tanjakannya memang kayak setan!) membuat aku kapok. Dalam penderitaan itu aku sempat berjanji pada diri sendiri, tidak akan mendaki gunung lagi. Nggak taunya, aku mendaki Gunung Gede sampai 3 kali! Bisa dibayangkan, yang repot pada pendakian itu adalah orang-orang di sekitarku. Bagaimana tidak merepotkan, membawa ransel sendiri pun aku tidak mampu.
Kembali ke Prof Chia, emailnya belum aku jawab kembali, karena aku sedang sibuk berkutat mencari artikel jurnal dan membacanya, supaya aku lebih well versed dalam topik OCB dan KM. Malu atuh kalah diskusi dengan profesor. Tapi karena tidak sabar menunggu jawabanku (atau kuatir jawabannya tidak sampai ke aku?), ia menghubungiku kembali. Kali ini kujawab (kuatir dia tidak tau aku sedang sibuk mempersiapkan diri), aku sedang mencari “the unresolved issues” pada topik OCB dan KM. Aku akan kembali pada beliau setelah mendapatkan topik yang sesuai. Oh God…help me please….
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home