Kebiasaan Buruk Orang Indonesia!
Tadi malam aku nonton "Today's Dialogue" di Metro TV. Menampilkan Pak Amin Rais, Sofyan Djalil Menneg BUMN, Rizal Malarangeng si calon presiden 2009 (arrrgggggghhhh....), dan beberapa lainnya yang "mengeroyok" (atau "dikeroyok") Mutia Hafidz.
Topik yang jadi biang keladinya adalah Privatisasi BUMN. Seperti acara dialog-dialog lainnya, acara ini pun jadi ajang "unjuk kebolehan" para tamu dalam berdebat. Dan seperti acara debat lainnya pula, ajang itu menjadi debat kusir yang bikin pusing audiens. Orang-orang yang notabene "terpelajar" itu tidak kunjung mau mendengarkan, terutama pak calon presiden yang kerap kali out of control. Rasanya hanya Pak Amin Rais dan Pak Sofyan Djalil yang agak mendingan, mau mendengarkan.
Karena emosi, kadang-kadang aku pindah channel yang bikin aku tak mengerti lagi sampai di mana diskusi mereka. Ketika balik ke Metro TV dan melihat mereka seperti going nowhere, kupindahkan lagi channel televisi. Begitu terus...setiap kali mereka keroyokan ingin bicara.
Bapak-bapak...coba ikut kuliah "active listening" deh, anda akan paham bahwa "mendengarkan" jauh lebih sulit daripada "berbicara". Tetapi kalau anda sudah sampai pada tahap itu, percayalah bahwa anda sudah sampai pada tahap 'getting a wisdom', sehingga jadi presiden pun bukan perkara sulit buat anda. Atau mau saya pinjemin buku "The opposable mind"? Tapi ntar dulu...bukunya masih otw ke New York (Iin...if you read this entry, that's one of the best books I ordered ya, untuk diberikan ke bapak-bapak yang sedang berdebat...:-))
Buat Metro TV, kalo tau orang Indonesia itu banyak omongnya, mbok yaoooo...kalo ngundang orang pake dikira-kira gitu lho...paling banyak 2 orang aja udah bikin repot kok. Jadi tidak akan terjadi lagi ketika satu orang sedang ngomong, yang lain ikutan ngomong. Audiens pun bingung.
Topik yang jadi biang keladinya adalah Privatisasi BUMN. Seperti acara dialog-dialog lainnya, acara ini pun jadi ajang "unjuk kebolehan" para tamu dalam berdebat. Dan seperti acara debat lainnya pula, ajang itu menjadi debat kusir yang bikin pusing audiens. Orang-orang yang notabene "terpelajar" itu tidak kunjung mau mendengarkan, terutama pak calon presiden yang kerap kali out of control. Rasanya hanya Pak Amin Rais dan Pak Sofyan Djalil yang agak mendingan, mau mendengarkan.
Karena emosi, kadang-kadang aku pindah channel yang bikin aku tak mengerti lagi sampai di mana diskusi mereka. Ketika balik ke Metro TV dan melihat mereka seperti going nowhere, kupindahkan lagi channel televisi. Begitu terus...setiap kali mereka keroyokan ingin bicara.
Bapak-bapak...coba ikut kuliah "active listening" deh, anda akan paham bahwa "mendengarkan" jauh lebih sulit daripada "berbicara". Tetapi kalau anda sudah sampai pada tahap itu, percayalah bahwa anda sudah sampai pada tahap 'getting a wisdom', sehingga jadi presiden pun bukan perkara sulit buat anda. Atau mau saya pinjemin buku "The opposable mind"? Tapi ntar dulu...bukunya masih otw ke New York (Iin...if you read this entry, that's one of the best books I ordered ya, untuk diberikan ke bapak-bapak yang sedang berdebat...:-))
Buat Metro TV, kalo tau orang Indonesia itu banyak omongnya, mbok yaoooo...kalo ngundang orang pake dikira-kira gitu lho...paling banyak 2 orang aja udah bikin repot kok. Jadi tidak akan terjadi lagi ketika satu orang sedang ngomong, yang lain ikutan ngomong. Audiens pun bingung.
2 Comments:
Like this Bu....
Firstly...your face sooooooooooo BATAK !!! I love it !! horas ...
senang melihat orang Indonesia membahas tentang orang Indonesia, terlebih lagi bicara soal keroyok mengeroyok...But, Ibu sepertinya lupa satu point penting buat orang indo yang hobby keroyokan...kalau mereka melakukan aksi keroyok dan bisa masuk tipi....itu sebuah prestasi yang luar biasa !
Apalagi metro tv yang siarkan.
Soo....do you think...what is the problem with them ?
"Batak Juga"
Thank you...kebiasaan tidak mendengarkan orang lain dengan masuk tivi adalah hal yang berbeda. pada dasarnya setiap orang ingin menjadi center of attention, bukan orang Indonesia saja. jadi bisa masuk tv menjadi narasumber adalah prestasi dan merupakan kebanggaan di mana pun...bukan hanya di Indonesia.
Tapi tengoklah di acara arisan (kalau anda suka arisan) atau acara informal lain yang tidak melibatkan "masuk tv", kebiasaan buruk "tidak mendengarkan orang lain" kerap ditampilkan. Moral lesson dari posting saya adalah: kita harus belajar mendengarkan orang lain! ketika kebiasaan mendengarkan orang lain itu sudah tumbuh, insya allah pada waktu masuk tv, acara debat menjadi acara yang menyenangkan baik bagi para pembahas maupun pemirsa. agree with me?
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home