Ali Baba in India :-)
Akhirnyaaaaa....setelah menunggu sekian lama sambil deg-degan, aku mendapatkan berita baik dari Sonia bla bla bla, asisten profesor ketua komite akademik BABA yang menyeleksi berkas-berkasku. Berita yang tadinya membingungkan karena dia salah kirim (huh...dasar orang Asia), yang dia kirimkan adalah letter of acceptance dan letter of invitation buat seorang peserta dari Bangladesh yang juga lolos seleksi. Kan aku binguuuung...di cover emailnya bilang Miss Debora Eflina, tapi di attachment nama orang lain yang namanya panjaaaaang kayak gerbong kereta api.
Untungnya si Sonia ini cepet ngerti kalau salah (gak sia-sia dia jadi asisten profesor), jadi dia kirim ulang attachment yang bener dengan cover email minta maaf. Ya ya...aku maafkan....
Di invitation letternya, aku diminta segera mengurus tiket return yang murah meriah (katanya they would appreciate it if I choose an economy class to save the programme cost. hehehe). Sayang sekali Air Asia belum sampai India, jadi aku harus cari penerbangan lain. Budi, orang pertama yang aku kabarkan berita baik ini, menyarankan aku ambil SQ karena perjalanan bakal lama. Aku ndak punya other second opinion, karena jarang sekali orang-orang dari kantorku ini yang pernah ke India. Bahkan Bang Hamdi yang doyan banget keliling dunia, belum pernah ke India. Aha....aku akan bikin iri Bang Hamdi....
Kalau ada rekan2 yang berpengalaman pergi ke India, tolong aku diberi advis ya....aku punya seorang kakek yang pernah tugas cukup lama ke India sih, tapi ada beberapa alasan mengapa aku gak berani minta advis dia. Satu, dia sudah lamaaaa sekali tugas di sana, sekitar tahun 70-an sampai 80-an. Kedua, tentunya dia pakai pesawat punya TNI-AU karena dia dari angkatan udara. Ketiga, aku takut sekali datang ke rumahnya, karena berulang kali ingkar janji ke beliau. Beliau ini sayang sekali sama aku, tapi tidak pernah bisa menahan omelannya karena aku ke rumahnya cuman sempat setahun sekali (itupun Insya Allah). Datang salah, gak datang lebih salah lagi. Mendingan gak datang, paling-paling yang diomelin bapak mamaku yang nggak ngajarin anak-anaknya berkunjung ke rumah sanak saudara. Hehehe....
Baba retreat yang akan diselenggarakan oleh Nippon Foundation pada bulan Februari mendatang diselenggarakan di Goa, sebuah daerah di pantai barat India yang berbatasan dengan Laut Arab. Sepertinya tidak ada international flight yang langsung ke Panaji (capital city of Goa), apalagi dari Jakarta. Jadi aku harus cari penerbangan Jakarta - New Delhi dan New Delhi - Panaji, return! Ribet kali. Kenapa sih komitenya tidak pilih New Delhi saja. Atau Nepal sekalian, supaya bisa langsung maen ke gunung Himalaya. Hehehe...diterima aja udah syukuuuuurrr...
Pesertanya 25 orang dari 13 negara. Berarti rata-rata 2 orang dari tiap negara. Mudah-mudahan ada orang Indonesia lain supaya aku tidak mengalami sindrom all alone selama seminggu. Tapi kata Budi kayaknya Isamu akan datang, karena waktu BABA Beijing dia nongol sebagai observer. Aaahhh..senangnyaaaa....Meski dia orang Jepang, I feel at home kalo ada dia. Biasanya, kalau ketemuan dia akan minta diajarkan bahasa Indonesia. Isamu sedang belajar bahasa Indonesia dengan gencar, sedangkan aku ingin belajar bahasa Korea dengan gencar. Gak nyambung yak? Hehehe....
Dah ah...mo periksa hasil ujiannya mahasiswa Depag dulu. Aku harus cepat-cepat kasih nilai kata koordinatornya. Ohya, kemarin aku titip buku seharga 18 ribu rupiah (cuman satu pound lebih dikit!) untuk dibelikan seorang teman yang mau balik dari London. Gak sabar pengen liat used book dari amazon london itu. Dulu pernah titip sama Iin dari amazon new york, used book tampilannya kayak buku baru! Iin...kapan rela dititipin lagi? Lagi getol2nya nyari used book nih.
Untungnya si Sonia ini cepet ngerti kalau salah (gak sia-sia dia jadi asisten profesor), jadi dia kirim ulang attachment yang bener dengan cover email minta maaf. Ya ya...aku maafkan....
Di invitation letternya, aku diminta segera mengurus tiket return yang murah meriah (katanya they would appreciate it if I choose an economy class to save the programme cost. hehehe). Sayang sekali Air Asia belum sampai India, jadi aku harus cari penerbangan lain. Budi, orang pertama yang aku kabarkan berita baik ini, menyarankan aku ambil SQ karena perjalanan bakal lama. Aku ndak punya other second opinion, karena jarang sekali orang-orang dari kantorku ini yang pernah ke India. Bahkan Bang Hamdi yang doyan banget keliling dunia, belum pernah ke India. Aha....aku akan bikin iri Bang Hamdi....
Kalau ada rekan2 yang berpengalaman pergi ke India, tolong aku diberi advis ya....aku punya seorang kakek yang pernah tugas cukup lama ke India sih, tapi ada beberapa alasan mengapa aku gak berani minta advis dia. Satu, dia sudah lamaaaa sekali tugas di sana, sekitar tahun 70-an sampai 80-an. Kedua, tentunya dia pakai pesawat punya TNI-AU karena dia dari angkatan udara. Ketiga, aku takut sekali datang ke rumahnya, karena berulang kali ingkar janji ke beliau. Beliau ini sayang sekali sama aku, tapi tidak pernah bisa menahan omelannya karena aku ke rumahnya cuman sempat setahun sekali (itupun Insya Allah). Datang salah, gak datang lebih salah lagi. Mendingan gak datang, paling-paling yang diomelin bapak mamaku yang nggak ngajarin anak-anaknya berkunjung ke rumah sanak saudara. Hehehe....
Baba retreat yang akan diselenggarakan oleh Nippon Foundation pada bulan Februari mendatang diselenggarakan di Goa, sebuah daerah di pantai barat India yang berbatasan dengan Laut Arab. Sepertinya tidak ada international flight yang langsung ke Panaji (capital city of Goa), apalagi dari Jakarta. Jadi aku harus cari penerbangan Jakarta - New Delhi dan New Delhi - Panaji, return! Ribet kali. Kenapa sih komitenya tidak pilih New Delhi saja. Atau Nepal sekalian, supaya bisa langsung maen ke gunung Himalaya. Hehehe...diterima aja udah syukuuuuurrr...
Pesertanya 25 orang dari 13 negara. Berarti rata-rata 2 orang dari tiap negara. Mudah-mudahan ada orang Indonesia lain supaya aku tidak mengalami sindrom all alone selama seminggu. Tapi kata Budi kayaknya Isamu akan datang, karena waktu BABA Beijing dia nongol sebagai observer. Aaahhh..senangnyaaaa....Meski dia orang Jepang, I feel at home kalo ada dia. Biasanya, kalau ketemuan dia akan minta diajarkan bahasa Indonesia. Isamu sedang belajar bahasa Indonesia dengan gencar, sedangkan aku ingin belajar bahasa Korea dengan gencar. Gak nyambung yak? Hehehe....
Dah ah...mo periksa hasil ujiannya mahasiswa Depag dulu. Aku harus cepat-cepat kasih nilai kata koordinatornya. Ohya, kemarin aku titip buku seharga 18 ribu rupiah (cuman satu pound lebih dikit!) untuk dibelikan seorang teman yang mau balik dari London. Gak sabar pengen liat used book dari amazon london itu. Dulu pernah titip sama Iin dari amazon new york, used book tampilannya kayak buku baru! Iin...kapan rela dititipin lagi? Lagi getol2nya nyari used book nih.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home