Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Monday, October 22, 2007

In Memoriam: Dr. Meithy L. Djiwatampu

Hari ini (akhirnya) Ibu Meithy menghadap Yang Kuasa. Setelah ditunggu-tunggu oleh keluarganya (beneran nunggu lho...dalam arti harafiah!), dan perkiraan suami yang meleset sehari karena firasatnya kemarin meninggalnya, Ibu Meithy akhirnya menyerah pada penyakit kanker pankreas yang menggerogoti kesehatannya.

Baru kemarin aku mendapatkan forward-an sms dari seorang teman mengenai kondisi kritis beliau, yang katanya sudah 2 hari dalam keadaan koma. Bunyi sms dari suaminya begini: "Keluarga sudah saya panggil. Maybe her last day now. Meithy kalau sudah saatnya akan dikremasi di Cilincing. Rumah duka, kremasi, dll diurus Gereja Katolik Paskalis. Rumah duka mungkin RS Carolus atau RSPAD di Jl Kwini".

SMS yang optimis sekali (atau pasrah sekali?). Sebetulnya kemarin rada geli melihat sms itu, karena kesannya kok mendahului Tuhan. Tapi kalau orang ngerti metode regresi, ya memang gitu prediksinya. Kalau hari Kamis yang lalu hampir koma, lalu besoknya sudah koma, maka tidak lama lagi ya jadi "titik".

Kanker pankreas memang mengerikan kelihatannya. Jika pasien kanker yang menggerogoti bagian2 tubuh lain masih bisa bertahan (malah ada yang sembuh dari penyakitnya), pasien dengan kanker pankreas cenderung tidak bertahan lama. Lihat saja almarhum Pavarotti yang juga terkena kanker pankreas, hanya selang setahun sejak ia ketahuan kanker, dia meninggal. Padahal, kurang apa Pavarotti...duit banyak...pasti pengobatannya jauh lebih canggih dibanding orang Indonesia.

All in all...Ibu Meithy meninggalkan kita semua dengan kebaikan-kebaikannya. Bener kok...orang baik kalau meninggal pasti akan meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Seperti Pak Frans, suaminya Bu Meithy, yang tak tahan melihat beliau terbaring sendirian di ICU...minta agar beliau dipindahkan ke kamar supaya bisa dipegang tangannya. Aku juga mempunyai kenangan-kenangan yang baik semasa hidupnya. Terakhir berhubungan dengan Ibu Meithy dalam pekerjaan adalah ketika kita dipanggil oleh rektorat untuk mempresentasikan program magister terapan. Bu Meithy minta aku yang menuliskan di papan tulis tentang perbedaan tiga program yang kita punya. Lalu setelah itu, dari masukan2 rektorat kita berhimpun untuk menyusun perbaikan komposisi kurikulum, bu Meithy masih aktif.

Terakhir melihat beliau adalah ketika wisuda S1 akhir bulan Agustus. Setelah itu kita tidak melihatnya lagi, karena kondisinya yang tidak juga membaik. Selamat jalan Bu Meithy, semoga engkau bahagia di sisiNya.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Saya suami Meithy L. Djiwatampu. Tulisan di blog ini "In Memoriam Dr. Meithy L. Djiwatampu" benar urutan kejadian/informasinya demikian.

Berikut informasi lainnya yang saya kirim ke beberapa Organisasi Psikologi Internasional dimana Meithy menjadi anggotanya:

"My wife died of cancer on October 22nd 2007 after a successive cancer chemotherapy failed. The cancer she had was discovered too late since she had no serious complaints prior to it and was cheerful and energetic as always.
End of June 2007, she was ready to go to Prague, Czech Republic, to present her paper "Adult Emotion Regulation: Thinking and Expressing" at the Xth European Congress of Psychology, 3-6 July 2007, but 1 week before her departure, the doctors detected that she had cancer in an advanced phase and prohibit her to go".

Dengan perginya Meithy, saya dan 2 anak saya merasakan suatu vacuum di rumah karena Meithy adalah "motor" segalanya di rumah dan selalu cheerful & energetic.

Mendapatkan Meithy dulu susah sekali. Setelah berhasil, saya hanya diberi waktu 34 tahun untuk menikmati kebahagiaan & kepuasan hidup bersama Meithy. The Gods must be crazy!! Ini judul film lucu di Afrika yang sudah lama sekali. Untuk saya, perginya Meithy sangat tidak lucu!

Sekedar tambahan, Prof. Fuad Hasan adalah Promotor Meithy L. Djiwatampu sewaktu membuat thesis S3-nya. Waktu Itu Prof. Fuad Hasan masih menjabat Menteri PD&K. Meithy beberapa kali konsultasi thesis-nya ke kantornya dan selalu diundang makan siang enak bersama pejabat PD&K lainnya.

Salam, Frans Djiwatampu
Email: atnos@cbn.net.id

09 January, 2008 11:35  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home