Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Tuesday, August 21, 2007

Commitment

Akhir-akhir ini aku bermasalah dengan mahluk bernama komitmen. Secara tidak sadar, aku menyanggupi semua order dan tuntutan yang datang tanpa melihat faktor kemampuan internal maupun eksternalku. Ketika semuanya berbenturan satu sama lain, aku baru sadar...terlalu banyak komitmen yang telah aku buat, dan terlalu banyak komitmen yang aku langgar.

Kudaftar satu per satu komitmenku. Kemudian tersadarlah aku, betapa semua komitmen itu tidak berasal dari hatiku. Pantesan aja gak ada yang beres. Heran deh, gak belajar-belajar juga. Padahal dulu penelitianku adalah mengenai komitmen.

Komitmen, menurut Allen dan Meyer, terdiri dari tiga komitmen: afektif, rasional dan normatif. Ketiga komponen komitmen ini merupakan pembentuk komitmen seseorang pada suatu obyek. Komitmen afektif ditandai dengan keterikatan seseorang pada suatu obyek karena dia ingin. Artinya keterikatan itu terjadi karena berasal dari hatinya. Komitmen rasional ditandai dengan keterikatan pada suatu obyek karena pertimbangan untung rugi. Sedangkan komitmen normatif adalah keterikatan pada suatu obyek karena pertimbangan moral.

Jika dihubungkan dengan komitmen-komitmenku selama ini, maka tak satu pun komitmen yang aku berikan pada setiap obyek hidupku berdasarkan komitmen afektif. Most of them are based on my continuance or normative commitments. Oh dear....kata orang-orang, jadi orang Indonesia itu enak...quality of life-nya tinggi. Kata aku...ndak tau...belum pernah hidup di negeri orang sih. Tapi secara pribadi, sebagai orang Indonesia tulen, aku merasa rada tidak enak juga jadi orang Indonesia karena kalau pun harus berkomitmen, yang dapat kita berikan paling banter adalah komitmen normatif. Untuk semua orang yang sudah terlanjur kemakan komitmenku, aku minta maaf yang sebesar-besarnya kalau komitmen itu terlanggar. Hiks. Aku tidak sengaja....

Kalau dipikir-pikir, hanya satu hal dalam hidupku di mana aku tidak berani mempertaruhkan komitmen, apalagi komitmen normatif atau rasional. Kalau bisa, aku ingin terikat secara afektif. Tapi mencari aspek afektifnya kok susah ya? Hehehe....

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home