Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Wednesday, July 25, 2007

50 x 2 = cepe deeeeehhhh....

Dua minggu ini aku merasa "physically and cognitively tired." Istirahat 9 jam sehari tidak cukup membuat aku fit keesokan harinya, karena setiap hari aku dikejar-kejar oleh berbagai pihak. Coba aku daftar dulu deh apa yang sudah membuat aku capek banget:

1. Anak-anak magister sains yang kehilangan induk. Aku mereview tesis 3 anak sains dalam tiga kali seminar tesis, dan menemukan dua diantaranya tidak layak disebut tesis. Sejak jadi reviewer, setiap hari aku dikejar-kejar oleh keduanya untuk supervisi perbaikan tesis tersebut, padahal aku bukan pembimbing mereka. Man....harusnya dunia akademik memberlakukan yang namanya "dosa pembimbing" supaya para pembimbing tidak sembarangan lagi.
2. Menguji tiga tugas akhir mahasiswa. Meski cuman tiga, tugas menguji lebih berat daripada membimbing, karena untuk menguji kita harus membaca tesis/tugas akhir dari a sampai z, sementara pembimbing tidak perlu lagi membaca karena sudah tahu dari awal kan isi tugas akhir mahasiswa?
3. Bikin proposal penelitian untuk diajukan ke Diknas. Kalau proposalnya adalah tentang bidangku, tidak perlu terlalu bersusah payah bikinnya. Lha ini, tentang representasi sosial multikulturalisme, etnonasionalisme, dsb. Alamaaaakkk....baca bahan2nya aja aku udah mau pingsan karena pake bahasa planet (ini istilahnya si Stany untuk menggambarkan istilah berbahasa Inggris yang dipakai di jurnal-jurnal ilmiah, yang katanya pake OXFORD SUPER FANTASTIC MEGA ADVANCED DICTIONARY juga berjam-jam baru ketemu istilah itu).
4. Bikin lingkup kompetensi apalah itu untuk tiap program di Pascasarjana. Hwaaaaaaaaaa.......
5. Ngajar....ngajar....ngajar...dimana aku tidak pernah sempat mempersiapkan diri karena sampai detik terakhir sebelum kuliah, adaaaa aja pekerjaan lain yang mengganggu.
6. Bikin tulisan untuk Komunitas Kapando yang deadline-nya Senin, 30 Juli besok. I mean...deadline for first draft. Rencananya bulan Oktober bukunya akan terbit. Dan waktu ditanya pada rapat terakhir, aku cuman bilang mo bikin tulisan tentang "creative leadership" , padahal apaan tuh creative leader, gak mudheng juga aku. Hehehe...
7. Kerjaan kecil-kecil, macam jadi juri di sebuah kompetisi, ato bantuin teman mahasiswa yang punya proyek di perusahaan, dll yang ternyata bisa menyita banyak waktu, kalau waktu kita memang sudah tidak banyak dari sononya.
8. Kawinan di sana sini. Kenapa sih banyak orang kawin akhir-akhir ini? Kenapa sih mereka tidak kawin pada saat semesteran sudah dimulai saja? Kenapa sih...gue gak kawin2? Lho pertanyaan ini kok nyasar?

Speaking of marriage, ada kejadian yang bikin aku semakin tersadar, what a small world we live in. Dimulai dari pernikahan Tristi, anaknya Bu Lieke hari Sabtu yang lalu. Bu Lieke ini mantan dosenku yang sekarang jadi rekan kerja, yang punya anak perempuan satu-satunya dan sering dijadiin supir dadakan oleh Bu Lieke kalo supirnya sedang tidak ada. Tristi menikah dengan seorang lelaki (ya iyalaaaahhh) yang aku tidak kenal tapi yang pasti si Tristi kenal (hehehe....).

Waktu menghadiri resepsinya di pinggir kolam renang sebuah kafe, ekspektasiku adalah akan bertemu rekan-rekannya Bu Lieke dari komunitasnya Bu Lieke dan "Pak Lieke" (tau sendiri kan range usianya...secara Bu Lieke itu sudah berusia di atas 60 tahun kira-kiranya).
Selebihnya adalah teman2nya Tristi dan suaminya. Aku tidak menyangka akan bertemu Kak Deni di resepsi ini. Ternyata si Heri Sadono suaminya Tristi, adalah rekan Pulsarian-nya Kak Deni, dan rekan di klub Suzukinya Kak Haris. Kak Deni sebetulnya sudah posting email di milis kami untuk Kak Haris, apakah Kak Haris akan menghadiri resepsinya Heri Sadono. Tapi karena aku gak ngeh sama namanya calon suami Tristi, aku pikir orang lain kali yeee...Kak Haris bilang, ada pernikahan rekan kantornya di Halim, jadi tidak bisa ikut.

Aku curiga rekan kantornya Kak Haris jangan-jangan Marino Baroek, temannya Alison adikku. Maka keesokan harinya, aku posting di milis tentang reuni-an dadakan dengan Kak Deni di pinggir kolam renang daerah Ciputat, sembari bilang "what a small world" kalau benar yang dihadiri oleh Kak Haris adalah resepsinya Marino.

And guess what! Kata Kak Haris benar itu resepsinya Marino! Hahahaha....Karena Marino ini juga asalnya dari Riau, dikira Kak Haris kita tetanggaan di Riau. Ya sih, sama2 di Riau, bedanya dia di CPI, sementara aku di Pertamina. Gak nyambung amat ya? Yang benar adalah, Marino itu teman kuliahnya adikku, dan sempat jadi komunitas tak tetap Ciumbuleuit.

Well, kejutan-kejutan menyenangkan seperti ini membuat hidup jadi tidak membosankan. Hehehe...tapi setelah balik lagi ke kampus, ketemu muka-muka memelas yang harap-harap cemas karena semester ini adalah semester terakhirnya...aku jadi lemes lagi. O God...agaaaiiiinnn????!!! Sabar...sabar...bulan Agustus semuanya akan selesai, dan aku bisa bernafas legaaaaa banget.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home