Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Saturday, November 10, 2007

Personal Statement

Beberapa hari yang lalu Yeni sms aku tentang kesempatan retreat ke Goa, India. Retreat yang dijuduli BABA (Building A Better Asia - isn't it great and noble enough? I wish I could be in the league..:)). Kukatakan aku tertarik, dan minta dia kirim informasinya.

Belum sempat melihat informasi yang dikirimkan Yeni, tiba-tiba aku harus pindahan lagi. Akhir-akhir ini rasanya aku hobi sekali pindah-pindah. Dalam waktu 2 minggu aku harus pindah meja sebanyak 3 kali. Cape deeehhh...Bukan apa-apa, kalau pindah-pindahan itu yang bikin repot adalah mencari kabel network supaya komputerku bisa tersambung ke internet.

Karena terlalu sering pindahan, untuk kepindahan ketigaku aku tidak terlibat lagi. Biar saja yang berwenang yang mengaturnya, aku tinggal menempati saja. Bukan apa-apa (lagi). Aku kan harus ngajar juga. Lalu ada meeting-meeting yang melelahkan. Jadi selama beberapa hari aku cuman berbekal laptopku yang punya fasilitas WiFi, yang sayangnya rada-rada tidak berfungsi di tempat baruku karena signal strength-nya rendah. Wah, harus panggil ahli network nih supaya komputer di mejaku bisa berfungsi.

Semua kejadian-kejadian itu sudah menyita waktuku, ditambah lagi dengan kinerja yahoo yang menjengkelkan. Entah kenapa selama beberapa hari yahoo tidak bisa dibuka dimanapun di UI. Aku coba laptop, dari signal strength low sampai excellent tidak bisa buka yahoo. Aku pinjem komputer orang lain yang pakai kabel, sarua kene. Aku hampir nangis karena gak bisa buka email, dan nyesel juga tidak minta Yeni mengirimkan juga informasi itu ke account ui-ku yang jarang dibuka itu. Sampai kemudian aku lupa sama BABA karena sibuk mikirin gimana caranya bicara ke mahasiswa soal keluhan mereka tentang jam kuliah yang tidak sesuai dengan janji di jadwal kuliah. Lha ini bukan kerjaanku..kenapa aku yang sibuk? Itulah aku...

Sampai dua hari yang lalu si Budi alumni BABA Beijing meneleponku, marah-marah karena dia mengira aku tidak ikut dalam kompetisi BABA. Aku bilang baru aja dengar dari Yeni. Budi bilang dia sudah posting sebulan yang lalu di milis Sasakawa. Aku membela diri, bilang tidak pernah lihat milis lagi. Dia bilang mana mungkin tidak lihat, pasti dikirimkan ke email. Aku bilang mode-ku untuk milis sasakawa adalah no-mail. Mungkin dalam hati Budi bilang,
salah sendiri lu...Akhirnya aku berjanji untuk melihat email Yeni.

Baru hari Kamis malam aku bisa download informasi yang dikirimkan Yeni, itupun waktu aku sudah di Bandung. Demi melihat syarat-syarat yang harus aku kumpulkan agar mendapatkan nominasi dari asosiasi (meskipun oleh asosiasi sudah dinominasikan, belum tentu juga aku bisa diterima di tingkat komite asia), motivasiku turun drastis. Aku harus bikin satu personal statement, dan satu statement on leadership. Malaaaaassssss.....

Tapi supaya si Budi tidak kecewa, aku mengirimkan email padanya, minta contoh2 surat rekomendasi dan statement-statement itu. Dan apa yang dikasih oleh Budi? Surat rekomendasi suruh ngarang sendiri, personal statement dikasih guide, dan leadership ngarang sendiri. Huh....dasar pelit!!!

Lalu kucoba membuat personal statement. Kok kayak biografi? Kubaca guide yang dikirimkan Budi, otakku makin keruh. Kucari contoh-contoh personal statement dari Mr Google, banyaaaakkk...tapi kok gak ada yang berkenan di hati? Membuat personal statement itu ternyata susah-susah-gampang (karena susahnya dua kali gampangnya sekali, maka lebih berat di susah). Dan baru kutahu juga, bikin personal statement itu tidak boleh sembarangan. Ada trik-trik untuk membuat yang membaca terkesan. Seringkali keputusan untuk menerima atau tidak menerima seseorang tergantung pada personal statement.

Tapi contoh-contoh yang kudapatkan dari internet sungguh membuat aku mual. Tidakkah mereka terlalu mengumbar-umbar dirinya? Tapi kemudian aku mafhum, karena contoh-contoh itu berasal dari universitas-universitas di Amerika. Begitulah budaya mereka. Meskipun keahlianmu hanya sepersepuluh, usahakan mendapatkan first impression bahwa kau ahli 100% dalam suatu bidang, atau kau sangat menginginkan sesuatu. Tapi aku terlahir dengan kebiasaan menyembunyikan perasaanku :-) Meskipun aku sangat ingin mendapatkan kesempatan ini, aku malah berusaha menampakkan sikap yang cool abis (pantesan aku sama sekali tidak tertarik melanjutkan pendidikan di USA, selain karena prozac, senjata yang mudah didapat dan sebagainya yang membuat mental mereka tidak sehat). Maka kuputuskan mengarang sendiri personal statementku, dengan cerita-cerita yang entah nyambung entah tidak. Bodo ah...nanti sebelum disubmit ke asosiasi aku minta Budi review dulu deh.

Leadership statement setali tiga uang. Sampai Sabtu siang aku tidak tahu mau tulis apa, sampai aku hampir lupa sama janji dengan seseorang di ITB. Kurang dari 15 menit dari waktu yang dijanjikan, aku baru keluar dari rumah. Sampai di ITB sudah lewat jam 1. Duh, mudah-mudahan masih diterima. Untungnya Pak IA sangat ramah dan mau mengerti. Tadinya aku pikir dia seorang dosen biasa, tapi ternyata dia adalah Dekan SITH. Walah...dan aku berpakaian seadanya untuk mewawancara beliau? Kurang ajar sekali. Maafkan daku pak, aku tidak tahu kau begitu manis :-P

Tidak perlu aku berpanjang-panjang cerita tentang Pak Dekan yang bening itu karena gak ada hubungannya dengan statement-ku. Aku ingin cerita dalam perjalanan ke dan dari SITH saja. Sambil mencari Labtek XI tempat Pak Dekan bersemayam, aku tiba-tiba teringat semboyan Tut Wuri Handayani. Setelah wawancara yang berlangsung sejam lebih (meleset lebih banyak dari waktu yang sudah disepakati sebelumnya yaitu 30 menit) aku minta diri dan buru-buru keluar. Bukan apa-apa...dari tadi kepingin ke toilet!!! Tapi damn...aku tidak menemukan toilet sepanjang jalan. Tadi ada toilet pria, tapi tidak ada toilet wanitanya. Maka aku cepat-cepat melangkah ke mobil.

Tut wuri handayani terngiang-ngiang kembali saat aku melintas di depan UPT Perpustakaan yang selasarnya dipenuhi mahasiswa ngiyub (waktu itu hujan cukup deras). Terimakasih ITB...aku sudah menemukan inspirasiku di sini (di samping menemukan Pak IA yang manis itu hehehe. Ringking pasti nyesel gak bisa ikutan nih).

Sampai di rumah, setelah memenuhi panggilan alam, kuteruskan pekerjaan mengarangku. Kali ini aku mulai dengan statement on leadership, dan cerita tentang konsep leadershipnya ki hadjar dewantara. Voila...dalam waktu yang relatif singkat, statement itu sudah jadi. Lalu kulanjutkan personal statement yang tadi asal-asalan dibuatnya. Nasihat dari personal statement guide adalah, bikin dulu tulisanmu, dan jangan lupa refine-refine-refine setelah itu. Sepertinya tidak berlaku untuk aku, karena setiap kali melihat kembali statement-ku, aku malah rechange-rechange-rechange. Sampai bosan aku merubahnya. Lalu kuputuskan tidak melihat lagi tulisan itu. Biar saja Budi yang menilainya. Heehehehehe...salah sendiri mendorongku kuat-kuat untuk ikutan BABA.

Setelah semua itu selesai, sebelum disubmit ke ketua asosiasi, aku coba lihat travel guide ke Goa. Waaa....land of fertile. Tempat yang terletak di pantai barat India ini sangat cocok untuk relaksasi. Kulongok dia di Google Earth...keren banget. Boleh boleh boleh...bisa aja komite BABA mencari tempat retreat yang menyenangkan. Friends, doakan aku ya, ini kali kedua aku mencoba ke India, yang pertama gagal total. Kalau berhasil sampai sana, aku udah janji ke Budi beliin CD Kamasutra terbaru (kalau ada....:-), mungkin saja dia sudah membutuhkannya...hehehehe....sok tau....

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home