Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Wednesday, June 18, 2008

Imam dan prophet

Kemarin sore akhirnya aku berhasil memenuhi janji untuk bertemu dengan teman-teman Kapando (Kelompok Penulis Akademik Indonesia) di kediaman Pak Ali. Setelah berbulan-bulan janji itu bentrok dengan kegiatan lain, aku pun muncul setelah 'dikangeni' oleh Pak Frans.

Di jalan berlian itu sudah berkumpul Pak Frans, Pak Ali, dan Mba Nova pemilik RajaGrafindo yang juga Ketua Ikapi. Diskusi sudah berjalan cukup panjang ketika aku datang. Karena baru bergabung kembali setelah beberapa lama, aku pun mengambil posisi pendengar yang baik.

Mba Nova cerita mengenai pengalaman ikut pameran di Frankfurt tahun lalu, dan menawarkan Kapando untuk ikut tahun ini. Pak Frans bilang enggak dulu deh, tahun ini kita akan berpartisipasi dengan menitipkan buku terbitan Kapando tentang festival budaya di Indonesia. Ohya, rencananya dalam beberapa bulan ini Kapando akan membuat buku tentang peristiwa-peristiwa budaya di seluruh Indonesia dalam bahasa Inggris, untuk dijual kepada wisatawan asing.

Tidak berapa lama Mba Jini ikut bergabung. Beliau ini salah satu penulis dan pelukis wanita Indonesia yang cukup restless...yang setiap hari ingin menciptakan sesuatu. Berangkat dari kata "restless" ini Pak Frans me-recall kembali ingatannya tentang almarhum Romo Mangun.

Pak Frans mengenal Romo Mangun secara sangat dekat selama 10 tahun. Bahkan ketika Romo Mangun meninggal dunia di tengah acara seminar beberapa tahun lalu, Pak Frans kebetulan sedang bertindak sebagai moderator pada seminar tersebut. Jadi boleh dikatakan, selama 10 tahun terakhir hidupnya, Romo Mangun berteman dekat dengan Pak Frans.

Dari cerita Pak Frans, aku baru tahu kalau ternyata Romo Mangun pernah berseberangan dengan rekan-rekan sesama pastor karena pemikirannya yang liberal. Menurut Romo Mangun, seorang pastor hendaknya tidak hanya berperan sebagai imam. Dia juga harus dapat menjadi seorang prophet. Dan ini berarti ada banyak nabi-nabi di gereja katolik. Kalau di Ahmadiyah nabi hanya nambah satu, di katolik nabi bisa nambah ribuan orang (approx. sebanyak jumlah pastor itu).

Imam dan nabi memiliki sifat yang berbeda; jika imam cenderung tenang, berdiam diri, dan bertindak sebagai penjaga kitab suci, maka nabi sifatnya restless, gelisah, tidak diam di suatu tempat, dan terus-menerus mencari. Nabi baru diam kalau sudah rest in peace.

Bayangkan reaksi para imam (pastor-pastor) menanggapi pemikiran Romo Mangun yang kontroversial itu. Bagaimana mungkin seorang pastor bisa berdiam diri dan at the same time tidak diam di tempat? Bagaimana mungkin seorang pastor harus gelisah terus menerus dan pada saat yang bersamaan dituntut untuk tenang?

Reaksi kami sendiri? Gak ikut-ikutan deh pak...takut diciduk FPI.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home