Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Monday, June 16, 2008

Gue sebel sama program tipi!!!

Televisi merupakan salah satu media yang paling efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan. Semua orang pasti setuju. Presiden, wakil presiden, para menteri juga setuju. Orangtua setuju. Guru-guru setuju. Apalagi kapitalis!

Tapi kenapa televisi tidak dimanfaatkan untuk kemaslahatan rakyat Indonesia?? Kenapa kok cuman kesannya para kapitalis doang yang setuju dan memanfaatkan media ini untuk kepentingan mereka? Coba tengoklah program-program televisi sekarang. Program idol-idolan (mulai dari Idola Cilik, Idola Cilik Selebritis, Indonesian Idol, Mama mia, dll) menyemarakkan jam-jam tayang primer dan menyita waktu pemirsa. Jangan lupa, program-program ini pun menguras kocek penonton dan orangtua (kabarnya ada orangtua yang sampai ngutang kiri kanan demi sang anak agar tetap berada di panggung minggu depan). Ada juga program konyol yang memang diprogram sekonyol mungkin sampe presenter dan komentatornya “nggak banget gitu loch…” seperti di acara jam 6-12 malamnya Indosiar (gue lupa nama acaranya). Atau program sinetron yang nggak kreatif, ketika satu sinetron hantu-hantuan booming, mendadak semua sinetron bertema hantu. Ketika ada satu sinetron religi muncul, rame-rame semua production house menciptakan sinetron dengan nada yang sama.

Sebetulnya televisi yang bikin rakyat jadi ignorance, atau rakyat yang ignorance dimanfaatkan oleh televisi (a.k.a kapitalis) demi sebuah kata keramat di dunia pertelevisian: rating?

Kembali ke kapitalis, bukan salah mereka jika mereka ingin mengeruk kekayaan dari rakyat yang ignorance. Mencari keuntungan sebesar-besarnya memang tujuan hidup kapitalis kok. Mereka tidak peduli apakah keuntungan itu berakibat kerugian pada pihak lain. Sabodo teuing! Kapitalis pun tak punya nasionalisme. Kalau mereka nasionalis, tentu ada pemikiran bagaimana caranya sambil mengeruk keuntungan mereka ikut memajukan bangsa. Kapitalis yang patriotis. Hehehe…mimpi kali yeee….

Lalu siapa dong yang memikirkan bangsa ini? Presiden dan jajarannya? Halah…mana sempeeeettt…sekarang kan mereka sedang sibuk menjaga image sejak harga BBM naik. DPR? Lagi sibuk bersembunyi dari KPK. Kapitalis? Yah kapitalis lagi…kapitalis lagi…wong yang bikin onar itu mereka kok…

Kita punya Komisi penyiaran televisi (gue lupa nama komisinya, yang gue inget Pak Ito pernah jadi ketuanya) yang kayak macan ompong. Eh salah….kucing ompong. Kemana sih komisi itu gak pernah kedengeran kiprahnya? Dulu pernah sekali dua kali namanya sayup-sayup terdengar. Makanya gue jadi tau ada komisi penyiaran nasional. Sekarang sudah tinggal nama kayaknya, ketuanya sudah go international ke kuala lumpur. Gak jauh-jauh sih, tapi mudah-mudahan beliau bisa belajar dari program televisi milik negara tetangga yang masih sodara sepupu kita.

Terus siapa lagi yang care? Ya kita-kita ini lah…gue, elu, kita semua. Bagaimana caranya? Mari kita pikirkan sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Kok masih mikir? Ngrepotin banget nih, dah minta bantuan gratis, suruh mikir lagi! Sapa suru lo pinter baca!

Btw…I’m not fully against television. There are always good sides of every bad thing. Don’t you agree? For instance, I like the almost finish Idola Cilik, and I vote for ANGEL! (though I hate the vote method!!) She’s very good, she even deserves to be Indonesian Idol. Hehehe….

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home