Kick Andy off air di balairung
Hari Jumat minggu lalu ada acara Kick Andy off-air di balairung yang masya allaaaahhhh....penggemarnya gila-gilaan. Kalau pernah menghadiri acara wisudaan di UI yang menghadirkan wisudawan dari program sarjana reguler plus ekstensi plus d3 plus pascasarjana plus sekelompok mahasiswa baru plus sodara mara wisudawan (biasanya pada upacara wisuda bulan agustus/september tapi bertahun-tahun lalu), populasi acara Kick Andy off-air ini mungkin hampir menyamai populasi upacara wisuda. Dengan jumlah undangan sebanyak 3000 ditambah tamu tanpa undangan, lebih dari 4000 orang memadati balairung.
Meskipun diadakan di UI, KKN untuk memotong antrean masuk balairung tidak berlaku di sini. Hihihihi....Sebelumnya sih, tidak perlu susah-susah ngantri mendapatkan tiket masuk karena bisa pesan di Mba Farida yang kebetulan juga berkantor di Humas UI. Tapi waktu ngantri, agak susah menghubungi beliau. Mungkin beliau sibuk menyediakan tempat duduk buat kita. Buktinya, meskipun akhirnya kita harusnya kebagian di atas karena di bawah "sudah penuh", berkat Mba Farida yang welas asih kita mendapatkan tempat strategis di bawah, di kursi baris kedua di belakang kursi empuk milik penguasa rektorat.
Pada off-air kali ini, Andy F Noya membawa serta 3 jagoannya yang paling inspiratif: Pak Sariban dari Bandung, Bang Idin dari Kali Pesanggrahan (jawara nyang 'ni ane kenal banget) dan Andrea Hirata dari Belitong. Karena itu, bisa ditebak siapa yang membuat balairung jadi penuh. Siapa kali kalo bukan "anak UI" Andrea Hirata.
Alasanku datang ke balairung sebetulnya bukan untuk melihat Andrea Hirata seperti alasan-alasan para wanita se-balairung (dan juga beberapa ibu-ibu yang seperjalanan denganku, macam Ibu Semi, Ibu Erni, Ibu Titin, Ibu Evita, Ibu Dini, dan ibu-ibu lain yang menggemari Andrea). Andrea is my favorite, but I favor Andy more :) Tapi kemudian para ibu itu meralat tujuannya, setelah melihat betapa kinclongnya si Andy yang kribo-nya ditutupi kupluk itu. Dasar ibu-ibu.
Ketika Andrea muncul, sambutan audiens sungguh dahsyat! Kalau tadi pada pemunculan Pak Sariban dan Bang Idin kita cukup mengambil foto dari tempat duduk saja, ketika "sang milyuner" itu keluar semua wanita berkamera menyerbu depan panggung demi mengambil gambar pujaan hatinya (termasuk aku juga :p). Ibu-ibu pun bertanya,"ambil foto siapa deb?" dan kujawab, "kalau perempuan-perempuan itu ambil foto Andrea, aku ambil foto Andy saja. Karena Andrea sudah ada di sini" (sambil menunjuk dadaku sendiri). Halah, gombal.
Sepulang dari euforia Andy-Andrea itu aku teringat lagi pada janjiku setelah membaca triloginya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor (kan Maryamah Karpov (?) belum muncul, jadi masih trilogi dong). Waktu itu aku pernah berjanji pada diriku untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masa depan. Seize the day. Pursue your dream. Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were to live forever (ini mah wise word-nya Gandhiji...). Tiba-tiba aku merasa bosan pada diriku sendiri. Nah lho...kalo sudah begini apa obatnya ya?
Meskipun diadakan di UI, KKN untuk memotong antrean masuk balairung tidak berlaku di sini. Hihihihi....Sebelumnya sih, tidak perlu susah-susah ngantri mendapatkan tiket masuk karena bisa pesan di Mba Farida yang kebetulan juga berkantor di Humas UI. Tapi waktu ngantri, agak susah menghubungi beliau. Mungkin beliau sibuk menyediakan tempat duduk buat kita. Buktinya, meskipun akhirnya kita harusnya kebagian di atas karena di bawah "sudah penuh", berkat Mba Farida yang welas asih kita mendapatkan tempat strategis di bawah, di kursi baris kedua di belakang kursi empuk milik penguasa rektorat.
Pada off-air kali ini, Andy F Noya membawa serta 3 jagoannya yang paling inspiratif: Pak Sariban dari Bandung, Bang Idin dari Kali Pesanggrahan (jawara nyang 'ni ane kenal banget) dan Andrea Hirata dari Belitong. Karena itu, bisa ditebak siapa yang membuat balairung jadi penuh. Siapa kali kalo bukan "anak UI" Andrea Hirata.
Alasanku datang ke balairung sebetulnya bukan untuk melihat Andrea Hirata seperti alasan-alasan para wanita se-balairung (dan juga beberapa ibu-ibu yang seperjalanan denganku, macam Ibu Semi, Ibu Erni, Ibu Titin, Ibu Evita, Ibu Dini, dan ibu-ibu lain yang menggemari Andrea). Andrea is my favorite, but I favor Andy more :) Tapi kemudian para ibu itu meralat tujuannya, setelah melihat betapa kinclongnya si Andy yang kribo-nya ditutupi kupluk itu. Dasar ibu-ibu.
Ketika Andrea muncul, sambutan audiens sungguh dahsyat! Kalau tadi pada pemunculan Pak Sariban dan Bang Idin kita cukup mengambil foto dari tempat duduk saja, ketika "sang milyuner" itu keluar semua wanita berkamera menyerbu depan panggung demi mengambil gambar pujaan hatinya (termasuk aku juga :p). Ibu-ibu pun bertanya,"ambil foto siapa deb?" dan kujawab, "kalau perempuan-perempuan itu ambil foto Andrea, aku ambil foto Andy saja. Karena Andrea sudah ada di sini" (sambil menunjuk dadaku sendiri). Halah, gombal.
Sepulang dari euforia Andy-Andrea itu aku teringat lagi pada janjiku setelah membaca triloginya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor (kan Maryamah Karpov (?) belum muncul, jadi masih trilogi dong). Waktu itu aku pernah berjanji pada diriku untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masa depan. Seize the day. Pursue your dream. Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were to live forever (ini mah wise word-nya Gandhiji...). Tiba-tiba aku merasa bosan pada diriku sendiri. Nah lho...kalo sudah begini apa obatnya ya?
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home