Procrastination and the many things to do
These days are my hectic days. Ujian TA/tesis, bimbingan, pekerjaan rutin, kuliah, seminar, kepanitiaan, dll bertumpuk jadi satu. Sekarang baru aku nyesel bukan kepalang, kenapa aku tidak rajin sejak lama, sehingga semua kerjaan tidak dilakukan at one time. Tapi apa boleh buat, kebiasaan lama sulit dihilangkan. Sampai mati-matian aku berusaha menghilangkannya, tapi dasar sudah dicap hedonis kampungan, aku tak kuasa menolak segala kesenangan dan membenci kesibukan. Peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” tidak ada dalam kamus hidupku. Dan didukung dengan nasib baik yang seringkali mampir, aku pun selalu bisa lolos dari lubang jarum yang unfortunately membuat aku tidak juga belajar dari kesalahan masa lalu.
Sometimes, di malam hari ketika aku lagi “on” (maksudnya kumat secara intelektual), dan “kecerdasan”ku mengalahkan kebodohanku, semua pekerjaan yang terlintas di kepala dapat aku lakukan dalam waktu singkat. Tapi jangan tanya hasilnya ya. Apapun yang dilakukan dengan terburu-buru, hasilnya pasti tidak seperti yang diharapkan. Kalau dipikir-pikir lebih jauh lagi, selama ini kecerdasan yang pas-pasan itulah yang menolongku keluar dari segala kesulitan. God bless my brain. Toall children, don’t do what Aunty Debby is doing , not nice!
But now, my brain yang tak seberapa ini tak mampu lagi menampung semuanya. Ketika terlalu banyak kesalahan dilakukan, emosi yang terpancing, persoalan ketidakadilan muncul di permukaan, tanggungjawab yang harus dipikul, I’m really tired cognitively. Aku hanya bisa berharap semoga aku mampu lolos dari lubang jarum (again?!) dan berubah menjadi orang yang lebih baik. Ah…klise!
These days are my hectic days. Ujian TA/tesis, bimbingan, pekerjaan rutin, kuliah, seminar, kepanitiaan, dll bertumpuk jadi satu. Sekarang baru aku nyesel bukan kepalang, kenapa aku tidak rajin sejak lama, sehingga semua kerjaan tidak dilakukan at one time. Tapi apa boleh buat, kebiasaan lama sulit dihilangkan. Sampai mati-matian aku berusaha menghilangkannya, tapi dasar sudah dicap hedonis kampungan, aku tak kuasa menolak segala kesenangan dan membenci kesibukan. Peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” tidak ada dalam kamus hidupku. Dan didukung dengan nasib baik yang seringkali mampir, aku pun selalu bisa lolos dari lubang jarum yang unfortunately membuat aku tidak juga belajar dari kesalahan masa lalu.
Sometimes, di malam hari ketika aku lagi “on” (maksudnya kumat secara intelektual), dan “kecerdasan”ku mengalahkan kebodohanku, semua pekerjaan yang terlintas di kepala dapat aku lakukan dalam waktu singkat. Tapi jangan tanya hasilnya ya. Apapun yang dilakukan dengan terburu-buru, hasilnya pasti tidak seperti yang diharapkan. Kalau dipikir-pikir lebih jauh lagi, selama ini kecerdasan yang pas-pasan itulah yang menolongku keluar dari segala kesulitan. God bless my brain. Toall children, don’t do what Aunty Debby is doing , not nice!
But now, my brain yang tak seberapa ini tak mampu lagi menampung semuanya. Ketika terlalu banyak kesalahan dilakukan, emosi yang terpancing, persoalan ketidakadilan muncul di permukaan, tanggungjawab yang harus dipikul, I’m really tired cognitively. Aku hanya bisa berharap semoga aku mampu lolos dari lubang jarum (again?!) dan berubah menjadi orang yang lebih baik. Ah…klise!
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home