Cinta? Dialog dengan diri sendiri
Seorang teman menanggapi puisi yang diberikan Iqbal buatku kemarin sore. Tentang 'cinta yang bukanlah cinta jika tidak berbalas'. Bahwa cinta itu berdiri sendiri, tetap indah walau tak berbalas. Well...memang cinta adalah anugerah, karena kalau jatuh cinta kita bisa merasakan birunya langit itu indah, segarnya udara itu menyenangkan. Panas, polusi udara, penyakit? gak ngaruh kalo dia ada di samping gue, karena gue mendadak sembuh!(ihik!). Tapi apakah tetap indah kalau cinta itu tak berbalas? Hmmmm...sebentar...
Kalau Bekti bisa merasakan keindahan cinta walau tak berbalas, pastinya Bekti pernah mengalaminya, sehingga dia bisa berpendapat begitu (wuih, rasanya ingin belajar dari Bekti). It's okay, semua orang punya definisi tentang cinta masing2, sesuai dengan pengalamannya. Aku bertanya pada diriku, kalau kau mencintai seseorang apa yang kau rasakan? Jawabku, aku gugup, gemetar, gak tau mau ngomong apa, kalau ada di dekatnya rasanya senaaaaaang sekali, kalau jauh aku jadi kangen, pokoknya campur aduk! Pertanyaan lagi: Indahkah itu? Jawabku, yaa...so pasti itu indah. Trus ada lagi pertanyaan lanjutan: bagaimana kalo ternyata kau bertepuk sebelah tangan? Aku akan tercenung lamaaaa sekali sebelum aku jawab: aku akan berusaha melupakan orang itu, mencari hal-hal dari dirinya yang bisa aku jadikan alasan mengapa harusnya aku tidak jatuh cinta padanya, menghindari dia sebisa mungkin, atau menjadikannya tak lebih dari seorang teman (which is doesn't work at all). Lalu pertanyaan iseng lain: apakah dengan cara itu kau bisa tidak cinta lagi padanya? Jawabku: biasanya sih...kalo tidak ketemu lagi aku bisa tidak cinta lagi. wong aku sudah melupakannya. hihihihi. Tapi kepada dia yang frekuensi pertemuannya masih intens dengan aku...rasanya sakit kalo tau dia tidak cinta padaku, sementara aku masih kebat-kebit kalau bertatap muka dengannya. Sama sekali tidak indah!!!
Mungkin aku sama dengan Iqbal, menganggap cinta bukanlah cinta jika tak berbalas. Atau...jangan2 Iqbal ingin mengatakan, sebelum aku menyatakan cinta kepadanya, belumlah itu berbentuk cinta? Hehehe...whatever it is...aku setuju cinta mampu memaafkan. Aku memaafkannya jika ia tak mencintaiku, tapi bukan berarti aku bisa terus mencintainya dengan kadar yang sama atau jenis cinta yang sama. Karena waktu jualah yang mengajarkan padaku, ada waktu untuk mencintai, ada waktu untuk dicintai. Dan aku percaya Tuhan akan membuat segala sesuatunya indah pada waktunya.
Seorang teman menanggapi puisi yang diberikan Iqbal buatku kemarin sore. Tentang 'cinta yang bukanlah cinta jika tidak berbalas'. Bahwa cinta itu berdiri sendiri, tetap indah walau tak berbalas. Well...memang cinta adalah anugerah, karena kalau jatuh cinta kita bisa merasakan birunya langit itu indah, segarnya udara itu menyenangkan. Panas, polusi udara, penyakit? gak ngaruh kalo dia ada di samping gue, karena gue mendadak sembuh!(ihik!). Tapi apakah tetap indah kalau cinta itu tak berbalas? Hmmmm...sebentar...
Kalau Bekti bisa merasakan keindahan cinta walau tak berbalas, pastinya Bekti pernah mengalaminya, sehingga dia bisa berpendapat begitu (wuih, rasanya ingin belajar dari Bekti). It's okay, semua orang punya definisi tentang cinta masing2, sesuai dengan pengalamannya. Aku bertanya pada diriku, kalau kau mencintai seseorang apa yang kau rasakan? Jawabku, aku gugup, gemetar, gak tau mau ngomong apa, kalau ada di dekatnya rasanya senaaaaaang sekali, kalau jauh aku jadi kangen, pokoknya campur aduk! Pertanyaan lagi: Indahkah itu? Jawabku, yaa...so pasti itu indah. Trus ada lagi pertanyaan lanjutan: bagaimana kalo ternyata kau bertepuk sebelah tangan? Aku akan tercenung lamaaaa sekali sebelum aku jawab: aku akan berusaha melupakan orang itu, mencari hal-hal dari dirinya yang bisa aku jadikan alasan mengapa harusnya aku tidak jatuh cinta padanya, menghindari dia sebisa mungkin, atau menjadikannya tak lebih dari seorang teman (which is doesn't work at all). Lalu pertanyaan iseng lain: apakah dengan cara itu kau bisa tidak cinta lagi padanya? Jawabku: biasanya sih...kalo tidak ketemu lagi aku bisa tidak cinta lagi. wong aku sudah melupakannya. hihihihi. Tapi kepada dia yang frekuensi pertemuannya masih intens dengan aku...rasanya sakit kalo tau dia tidak cinta padaku, sementara aku masih kebat-kebit kalau bertatap muka dengannya. Sama sekali tidak indah!!!
Mungkin aku sama dengan Iqbal, menganggap cinta bukanlah cinta jika tak berbalas. Atau...jangan2 Iqbal ingin mengatakan, sebelum aku menyatakan cinta kepadanya, belumlah itu berbentuk cinta? Hehehe...whatever it is...aku setuju cinta mampu memaafkan. Aku memaafkannya jika ia tak mencintaiku, tapi bukan berarti aku bisa terus mencintainya dengan kadar yang sama atau jenis cinta yang sama. Karena waktu jualah yang mengajarkan padaku, ada waktu untuk mencintai, ada waktu untuk dicintai. Dan aku percaya Tuhan akan membuat segala sesuatunya indah pada waktunya.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home