Ruwat nasional ato ganti nama?
Bulan ketiga tahun ini baru dimulai, tapi bencana demi bencana tak juga kunjung selesai di bumiku tercinta ini. Bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana karena human error, bencana karena system error? You name it, we have it...prinsipnya kayak biro konsultan yang bisa apa aja.
Belum selesai keterperangahan karena Sumatera Barat baru saja digoncang gempa berkekuatan 5,8 SR, ada lagi bencana longsor di NTT. Sebelumnya kapal Levina yang habis terbakar, tenggelam seolah-olah tidak ingin diselidiki penyebab kebakarannya. Lha kemarin, tiba-tiba mendengar berita Garuda gagal landing di bandara Adisucipto. Hwarakaduh! (ini nick-nya siapa ya? Aryo ato Asep?) Garuda yang paling dipercaya saja tidak luput dari musibah? Oh nasib...
Di antara korban selamat, ada Pak Adrianus, gurubesar FISIP UI yang juga ngajar di tempatku. Syukurlah beliau tidak apa-apa. Meskipun 20% badannya terbakar, dia masih bisa diwawancara walau kelihatan agak shock. Kuwalat aja kali dianya, karena pada hari yang sama dia seharusnya menghadiri pengukuhan gurubesar Dekannya. Kemungkinan besar Pak Adrianus punya fobia baru sekarang, fobia landing.
Pak Wilman yang baru kembali dari Bali beberapa waktu yang lalu cerita tentang hasil ngobrol-ngobrolnya dengan orang Bali. Ada yang bilang, pemimpin negara ini punya nama yang salah kaprah. "Kalla" dalam bahasa Bali berarti penghisap darah, dan "Bambang" berarti kuburan. Apakah SBY dan JK perlu ganti nama? Ato Indonesia diruwat kembali?
Yang jelas, bukan hanya Garuda saja yang kena getahnya. Gue bersama dua dosen lain yang berencana berangkat ke Yogyakarta dan Surabaya minggu depan, langsung membatalkan penerbangan. Padahal kita sudah memilih Garuda yang katanya safer than any other flights in Indonesia. Pembatalan ini membuat otak gue kudu jungkir balik, karena no matter what buku yang sedang kami selesaikan kudu kelar dalam bulan ini. Tetapi bagaimana caranya tanpa ke Yogya dan Surabaya, buku tetap kelar? Mudah-mudahan UI, IPB dan ITB bisa fill in the blanks deh. Artinya gue kudu kerja keras di 3 perguruan tinggi ini dalam dua minggu. Hhhhhh......kapan ya bisa jalan-jalan ke Sulawesi? Lho?! Janjinya Pak Yuhara sih, kalau buku sudah kelar bisa jalan-jalan ke Sulawesi. Asyiiiikkk...tapi naik apa??
Bulan ketiga tahun ini baru dimulai, tapi bencana demi bencana tak juga kunjung selesai di bumiku tercinta ini. Bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana karena human error, bencana karena system error? You name it, we have it...prinsipnya kayak biro konsultan yang bisa apa aja.
Belum selesai keterperangahan karena Sumatera Barat baru saja digoncang gempa berkekuatan 5,8 SR, ada lagi bencana longsor di NTT. Sebelumnya kapal Levina yang habis terbakar, tenggelam seolah-olah tidak ingin diselidiki penyebab kebakarannya. Lha kemarin, tiba-tiba mendengar berita Garuda gagal landing di bandara Adisucipto. Hwarakaduh! (ini nick-nya siapa ya? Aryo ato Asep?) Garuda yang paling dipercaya saja tidak luput dari musibah? Oh nasib...
Di antara korban selamat, ada Pak Adrianus, gurubesar FISIP UI yang juga ngajar di tempatku. Syukurlah beliau tidak apa-apa. Meskipun 20% badannya terbakar, dia masih bisa diwawancara walau kelihatan agak shock. Kuwalat aja kali dianya, karena pada hari yang sama dia seharusnya menghadiri pengukuhan gurubesar Dekannya. Kemungkinan besar Pak Adrianus punya fobia baru sekarang, fobia landing.
Pak Wilman yang baru kembali dari Bali beberapa waktu yang lalu cerita tentang hasil ngobrol-ngobrolnya dengan orang Bali. Ada yang bilang, pemimpin negara ini punya nama yang salah kaprah. "Kalla" dalam bahasa Bali berarti penghisap darah, dan "Bambang" berarti kuburan. Apakah SBY dan JK perlu ganti nama? Ato Indonesia diruwat kembali?
Yang jelas, bukan hanya Garuda saja yang kena getahnya. Gue bersama dua dosen lain yang berencana berangkat ke Yogyakarta dan Surabaya minggu depan, langsung membatalkan penerbangan. Padahal kita sudah memilih Garuda yang katanya safer than any other flights in Indonesia. Pembatalan ini membuat otak gue kudu jungkir balik, karena no matter what buku yang sedang kami selesaikan kudu kelar dalam bulan ini. Tetapi bagaimana caranya tanpa ke Yogya dan Surabaya, buku tetap kelar? Mudah-mudahan UI, IPB dan ITB bisa fill in the blanks deh. Artinya gue kudu kerja keras di 3 perguruan tinggi ini dalam dua minggu. Hhhhhh......kapan ya bisa jalan-jalan ke Sulawesi? Lho?! Janjinya Pak Yuhara sih, kalau buku sudah kelar bisa jalan-jalan ke Sulawesi. Asyiiiikkk...tapi naik apa??
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home