Superstitious
Hari Minggu kemarin seusai acara adat my brother Ali, sebelum pulang ke Medan aku mampir di sebuah warung untuk beli air mineral. Ngobrol-ngobrol sejenak dengan penjaga warung, yang rupanya tahu aku "dilangkahi" oleh adikku. Dia nanya, apakah aku sedih dilangkahi? Aku jawab "tidak, saya malah bersyukur karena akhirnya bisa melihat orangtua bahagia" Dia tanya lagi (kayak polisi deh..) "kamu jangan pilih-pilih" (lho ini sih bukan nanya, tapi nuduh). Aku jawab "saya tidak pilih-pilih, tapi hidup kan tentang memilih?" (bingung-bingung deh dia...) Lalu dengan senyum termanis aku pamit, yang dijawabnya "sukses ya...kamu sudah tidak lama lagi kok" Nah lho...tidak lama apanya? Tidak lama lagi mati? Hwaaaaaa.....
Ketika check-in di bandara Polonia, petugas check-in memberikan kabar buruk, bahwa pesawatku rusak dan aku dipindah ke penerbangan jam berikutnya. Di satu pihak aku misuh-misuh (lebih karena merasa tidak diberitahukan sebelumnya), tapi di pihak lain, that was a blessing in disguise! Kebetulan banget, penerbangan setelahnya adalah penerbangan adikku, jadi bisa pulang bareng sama dia. Artinya Kang Wawan tidak perlu bolak-balik ke bandara dua kali. The point is, selain hemat bahan bakar, ternyata my end of life is not there...coba pesawatnya rusak waktu di atas, udah jadi apa aku ini?
Hari Minggu kemarin seusai acara adat my brother Ali, sebelum pulang ke Medan aku mampir di sebuah warung untuk beli air mineral. Ngobrol-ngobrol sejenak dengan penjaga warung, yang rupanya tahu aku "dilangkahi" oleh adikku. Dia nanya, apakah aku sedih dilangkahi? Aku jawab "tidak, saya malah bersyukur karena akhirnya bisa melihat orangtua bahagia" Dia tanya lagi (kayak polisi deh..) "kamu jangan pilih-pilih" (lho ini sih bukan nanya, tapi nuduh). Aku jawab "saya tidak pilih-pilih, tapi hidup kan tentang memilih?" (bingung-bingung deh dia...) Lalu dengan senyum termanis aku pamit, yang dijawabnya "sukses ya...kamu sudah tidak lama lagi kok" Nah lho...tidak lama apanya? Tidak lama lagi mati? Hwaaaaaa.....
Ketika check-in di bandara Polonia, petugas check-in memberikan kabar buruk, bahwa pesawatku rusak dan aku dipindah ke penerbangan jam berikutnya. Di satu pihak aku misuh-misuh (lebih karena merasa tidak diberitahukan sebelumnya), tapi di pihak lain, that was a blessing in disguise! Kebetulan banget, penerbangan setelahnya adalah penerbangan adikku, jadi bisa pulang bareng sama dia. Artinya Kang Wawan tidak perlu bolak-balik ke bandara dua kali. The point is, selain hemat bahan bakar, ternyata my end of life is not there...coba pesawatnya rusak waktu di atas, udah jadi apa aku ini?
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home