Debby@Home

“I asked God for strength that I might achieve; I was made weak that I might humbly learn to obey. I asked for help that I might do greater things; I was given infirmity that I might do better things. I asked for all things that I might enjoy life; I was given life that I might enjoy all things. I got nothing that I asked for, but everything I hope for; almost despite myself, my unspoken prayers were answered. I among all men am truly blessed”

My Photo
Name:
Location: Depok, West Java, Indonesia

I am an ordinary woman with extraordinary interest in everything

Monday, September 15, 2008

Psychological Capital: HOPE

Apakah anda termasuk orang yang punya kemauan keras? Apakah anda tahu persis tujuan hidup anda? Apakah anda merasa dapat mengendalikan nasib sendiri? Apakah anda cukup persisten (bersedia mengorbankan waktu anda) untuk menyelesaikan tugas yang telah anda tetapkan sendiri? Sulitkah bagi orang lain untuk membelokkan anda dari tujuan anda? Apakah anda cenderung menetapkan sendiri tujuan anda? Apakah tujuan yang anda tetapkan sangat menantang? Apakah anda senang terikat dengan tujuan-tujuan yang anda tetapkan tersebut?

Jika mostly jawaban anda adalah “ya” pada pertanyaan-pertanyaan di atas, anda telah menunjukkan “willpower”, salah satu komponen dari “hope” (“harapan”, but I tend to use the word “hope” hereafter). Willpower saja belum cukup untuk menunjukkan anda punya PsyCap Hope. Selain itu, anda juga harus memiliki pathways (cara) untuk mencapai tujuan anda. Agar anda juga memiliki komponen pathways, maka anda harus memiliki jawaban afirmatif untuk pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah anda secara proaktif menentukan cara-cara untuk mencapai tujuan anda? Apakah anda selalu mencari cara alternatif untuk mencapai tujuan anda? Jika menemui hambatan dalam pencapaian tujuan, apakah anda sudah punya alternatif lain untuk mengatasi hambatan tersebut? Apakah anda punya kekuatan (strength) untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan anda?

Hope sering digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, dan seringkali pula ada mispersepsi tentang makna “hope”. Banyak yang mengartikan hope sebagai wishful thinking (mungkin “harapan” juga dalam bahasa indonesia), tidak lebih dari sebuah sikap positif, atau bahkan sebuah ilusi. Padahal hope adalah something beyond that, karena komponen pathways itu.  Jika seseorang gets stuck on the pathway dan tidak melihat alternatif lain, ia tidak hanya mengalami frustrasi,tetapi sudah mengalami tahap awal “learned helplessness”.

Orang yang hopeful (high-hopers) adalah pemikir independen yang memiliki internal locus of control, membutuhkan tingkat otonomi yang cukup tinggi dan tidak suka diatur. Mereka memiliki motivasi besar untuk terus bertumbuh dan intrinsically motivated by enriched jobs. Mereka cenderung kreatif dan resourceful, dan sangat mungkin menjadi “successful entrepreneurs.”

Sementara itu, orang yang tidak memiliki hope (low-hopers) seringkali konform dengan peraturan perusahaan dan patuh pada atasan. Atasan bisa saja melihat low-hopers sebagai bawahan yang kooperatif, “good soldiers” padahal mereka seringkali menjadi orang yang disengaged dan suka terlihat “sibuk” di kantor.

Bagaimana dengan rata-rata orang Indonesia? Kalau boleh jujur, orang Indonesia bukanlah ‘high-hopers’. Seringkali jika kita melontarkan harapan-harapan, padahal yang kita maksud lebih kepada ‘harapan kosong’ atau wishful thinking. Instead of using the word “I hope…”, we are to use the word “I wish…”. Cobalah tanyakan seorang teman anda apa harapannya dan bagaimana cara ia memenuhi harapan tersebut. Jawaban terhadap cara memenuhi harapannya  hampir pasti: “belum tahu, dijalani sajalah…” Kebiasaan menyerahkan segala sesuatu kepada Yang Maha Kuasa membuat locus of control kita cenderung eksternal. Kita juga tidak terbiasa melakukan perencanaan, cenderung spontan dan menerima saja keadaan tak menguntungkan tanpa ada usaha untuk merubah keadaan tersebut. Sounds familiar?

Sumber bacaan: Luthan, F; Youssef, C.M.; & Avolio, B.J. (2007). Psychological Capital: Developing the Human Competitive Edge. NY: Oxford University Press.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home