Cipularang KM 68 - 76
Kemarin salah satu posting di FPK (bukan tandingannya FPI lho!) tentang kejadian-kejadian di Cipularang bikin bulu kuduk sedikit merinding. Betapa tidak...sampai beberapa bulan yang lalu, aku hampir setiap minggu bolak-balik Jakarta-Bandung lewat Cipularang. Cukup sering juga nyetir sendirian, di malam hari pula. Terutama perjalanan ke Bandung. Dari Bandung suka ada yang rela dijadiin supir balik ke Jakarta. Hehehe...
Menurut cerita di posting itu, di KM 68 sampai beberapa km setelahnya (2 km setelah belok kiri ke arah Bandung) adalah daerah angker yang kerap ada kejadian-kejadian aneh yang superstitious. Ada yang bilang tiba-tiba lihat mobil terbalik di depannya yang memaksa pengendara mengerem kendaraan habis-habisan sampai hampir menabrak mobil lainnya, melihat kembali ke belakang tidak ada tanda-tanda kecelakaan. Kalau cerita ini, karena diceritakan oleh ibu-ibu dengan nada rada emosional dan lugu (hehehe), aku sih percaya saja. Apalagi ketika si ibu cerita ia menelepon jasa marga untuk melaporkan kejadian itu, ditanggapi dengan santai oleh pihak jasa marga. Rupanya cukup banyak yang melaporkan hal yang sama, dan karena ini menyangkut "dunia lain", pihak jasa marga tidak serius menanggapinya. Uuugghhhh...si hantu juga gak kreatif ah...cari modus lain kenapa?
Ada lagi yang cerita tiba-tiba pindah jalur karena didorong dari samping. Ini sih angin samping ya...tapi sepanjang pengetahuanku, di jalur ke Bandung pada kilometer2 awal setelah pisah dengan jalur Cikampek tidak ada peringatan "angin samping" seperti di Jembatan Cipada beberapa kilometer di depan. Angin samping bukan monopoli pesawat udara doang. Di jalan darat pun ada angin sampingnya lho...meskipun aku belum pernah merasakannya (dan rasanya gak mau merasakannya).
Terlepas dari cerita-cerita itu, pengalamanku sendiri lewat jalan itu sendirian adalah pengalaman yang biasa-biasa saja (by this, aku tidak bermaksud minta pengalaman yang luar biasa...aku cukup bahagia dengan "pengalaman biasa-biasa" saja dalam hal keselamatan di jalan). Yang selalu bikin aku ngeri karena pernah hampir mengalami kecelakaan sebetulnya di sekitar KM 19 - 20 yang sebetulnya jalannya lurus-lurus saja. Waktu itu aku hampir "pindah jalur" dalam arti yang sebenarnya maupun dalam arti kiasan, karena tiba-tiba mata menutup sanpa sadar. Sejak itu, aku tak pernah meremehkan rasa kantuk di jalan.
Ketika masuk KM 66 memang rada serem suasananya. Kalau jalan malam, belokan tajam dan gelap gulita memaksa kita konsentrasi tinggi menyetir kendaraan. Belum lagi hasrat memacu kendaraan dan keinginan selalu berada di jalur paling kanan. Entah kenapa, kalau sudah sampai di jalur ini, aku rada gak suka berada di jalur tengah atau kiri. Meskipun jalan tol ini tergolong jalan tol paling bumpy di dunia, menyetir di atas 120 km/jam is a must, kalau tidak mau diklakson dengan kurang ajarnya oleh mobil-mobil di belakang. Padahal 120 itu sudah melewati batas maksimum menyetir di jalan tol ini (kalau tidak salah 80/100 km/jam). Dorongan internal dan eksternal itu membuat pengendara mobil (termasuk aku tentunya) nafsu memacu kendaraannya to its limit. Syukurlah pada kilometer-kilometer 90-an ke atas para mobil yang mendadak jadi mobil balap itu rada direm sedikit oleh tanjakan-tanjakan. Kalau tidak...phew....alamat banyak hantu-hantu baru deh.
Posting itu membuatku sadar untuk jangan sok nyetir sendirian di malam hari di jalur itu. Pantesan aja orang-orang suka kagum mendengar ceritaku mengendarai mobil sendirian bolak-balik lewat Cipularang. Hehehe... Maybe I'll never do that again in the future, apalagi kalau gak ada mobil :-P
Drive safely, everybody...
1 Comments:
Hi, salam kenal. Aduh baca postingan yg ini saya jadi ngeri nyetir sendiri ke Bandung. Kejadian-kejadian serem itu cuma terjadi di malam hari aja atau di siang bolong juga?
O iya, kalau ada waktu, monggo mampir ke rumahku di http://dzacharias.blogspot.com
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home