God, I don’t feel very well….
Setelah bertahun-tahun hidup sehat, Sabtu malam lalu setelah pernikahan adikku, aku drop sedrop-dropnya. Hehehe…what a beautiful English.
Diawali dengan makan malam sate kambing yang dibawa Aan entahdarimana, tiba-tiba aku merasa sakit di daerah pinggang. Kucoba tidur dengan rasa sakit itu. Gak bisa tidur, sakit di pinggang gak mau kompromi plus aku kedinginan. Ternyata suhu badanku naik. Diam-diam aku keluar kamar, duduk termenung lama di depan kamar.
Merasa iri dengan orang-orang yang bisa tidur tenang, kubuka kamar Aan. Di dalamnya Aan, Abet, dan Anton sedang tidur nyenyak. Huh...apa dia gak tau, kakaknya sakit karena sate kambing yang dibawanya. Mau gangguin Ison di kamar sebelah gak tega, kasihan dia baru menikah pasti kecapean. Lagipula ada Kang Wawan di kamar itu, kasihan nanti Kang Wawan segen sama aku. Lho?! Kok bukan Kris yang sekamar Ison??!!
Akhirnya aku memutuskan duduk dulu di tangga hotel. Tapi gak lama kemudian aku berubah pikiran, takut dikasih penampakan. Bayangkan, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam! This is not my neighborhood. Well, which neighborhood would I willing to see extra-terrestrial thing?
Kembali ke kamar, aku iri melihat Butet tidur nyenyak. Tapi tak tahan kedinginan, aku matikan AC yang gila-gilaan dinginnya itu. Kalo lagi normal mah, temperatur segitu gak masalah, masalahnya hari ini badanku bermasalah. Sambil matiin AC aku menggumam,”Tet..aku matiin AC-nya ya...” Rasanya Butet pun menggumam entah apa...in her sleep kali.
Setelah itu aku kembali ke tempat tidurku...dan sampai pagi aku sukses gak tidur karena pinggang kampret ini. Mama baru datang setelah pulang gereja, karena laporan dari Ison yang bilang aku sakit perut. Gimana sih, pinggang sama perut kan beda?
Mama ngomel2 aja kerjaannya karena tidak diberitahu sejak semalam. Sampai-sampai diancam gak boleh ke Klewer. Hwaaaaa....tidaaakkkk.....akhirnya aku berdoa sekencang2nya supaya sakitnya ditunda dan aku bisa ke Klewer. Doaku terkabul. Menjelang siang suhu badanku turun (berkat Sanmol tentu saja), dan sakit pinggang hilang, pindah ke perut. Hehehe...Bodo ah, aku lebih bisa menahan sakit perut daripada sakit pinggang. Yang gak mau ilang-ilang itu pusingnya.
Akhirnya cepat2 aku mandi dan minta cepat2 pulang, sehingga cepat2 bisa ke Klewer sebelum efek obat penurun panasnya habis. Bener saja, sepulang dari Solo dan nganterin Butet ke Yogya, badanku mulai bermasalah lagi. Sanmol is my saviour. Berangkat dari Yogya hari Minggu sekitar jam 17.00 lewat selatan, kami tiba di Depok jam 06.00 hari Senin. Badanku sudah tidak bisa kompromi lagi. Demam turun naik, bergerak sedikit suhu badanku naik.
Ke dokter, diancam pasal penyakit demam berdarah atau verdag tifus. Masya Allah...gak ada penyakit yang lebih manusiawi kayak batuk pilek gitu? Dengan patuh aku ikutin kata-kata dokter, bedrest!! Jadi dua hari penuh, Senin dan Selasa aku tidak bangun2 dari tempat tidurku. Bahkan mau menulis di laptopku saja, maknyak udah nyap-nyap.
Hari Selasa beruntung jari-jariku sudah agak kuat mencet2 tombol HP, sehingga segala sms yang datang sejak 2 hari yang lalu mulai dibalas. Asli kemarin itu aku betul2 tidak mampu apa-apa bahkan untuk membaca! Senin kemarin ada sms dari Pak Andreas menanyakan dampak perombakan manajemen Pasca, aku ingin sekali membalas tapi tak kuaaattt...baru Selasa pagi aku balas. Bingung ’kali suhuku itu, kok baru dibalas 24 jam kemudian. Jangan-jangan beliau mengira aku konsolidasi dulu sama Pak Enoch untuk jawabannya.
Mudah-mudahan ramalan sang dokter tidak terjadi. Kalau sampai hari ini aku stay healthy, besok tidak perlu periksa darah untuk memastikan penyakit. Sore ini I feel a little bit healthy, hanya saja genderang di kepalaku tidak kunjung berhenti. What can I do? Harusnya jam 5 sore ada meeting Kondur, gak bisa ikutan deh. Kesel banget gue!! Tadi sms si Eka supaya ngabarin semua orang di Pasca jangan merindukan aku dulu sampai besok, eee…aku dituduh sakit karena pengen kawin. Whatever….
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home