Soto Gebraaakkkk!!!
Tadi malam, aku pulang kantor cukup malam. Jam menunjukkan pukul 8.30...lapar niaaannn...si Adri sudah makan sendirian bersama rekan-rekan yang sedang mengurusi database untuk keuangan. Tinggallah aku dan Nisa yang kelaparan di lab komputer. Dingiiiiiinnnnn....tapi aku musti bertahan, karena Nisa musti selesai kuliahnya semester ini! Dia sudah menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk menyelesaikan studinya paling lambat Agustus 2004, lewat dari waktu tersebut dia akan di-DO. Well...she's one of my best friends, what can I say?. Aku bertekad membantunya sampai titik darah penghabisan (ceila!). Maka tadi malam aku bertahan di lab komputer yang dinginnya bujubune itu untuk menemaninya mencari jurnal. Kebetulan aku punya akses gratis di Proquest dan EBSCO.
Usai mencari jurnal, kita sepakat untuk mencari tempat makan malam. Pilih punya pilih, pilihan jatuh ke Soto Gebraaakkk!!!one of her favorite places to eat. Tempatnya di Margonda, tidak jauh dari tempat tinggalku. Walau begitu seumur hidup aku belum pernah mencoba makan di sana, karena kabarnya orang jantungan dilarang makan disana. Aku jadi tidak tertarik. Bukan karena aku jantungan lho....tapi karena aku kurang suka kejutan saja. Hehehehe.
Sesampai di Soto Gebrak, aku lihat banyak foto Cak Anton (pemilik tempat tersebut) dipajang gede-gede bersama artis-artis, macam Krisdayanti, Mamiek Prakoso, entah siapa lagi. Aku tidak sempat memperhatikan lebih jauh karena pada saat yang sama mereka telah berhasil membuat aku terlonjak kaget. Tiba-tiba aku mendengar suara seperti piring pecah dari arah tukang soto, apa itu? Nisa ketawa geli melihat tampangku yang shock. Ternyata begitulah bunyinya. Tradisi di warung ini adalah, setiap kali pembuat soto selesai meramu sotonya, ia akan membanting sebuah botol warna hijau (mirip botolnya jeannie oh jeannie) yang terbuat dari beling tapi tahan banting. Dengan membanting benda itu dia menyatakan proses pembuatan soto sudah kelar, dan soto sudah boleh diantar (oleh rekannya) ke pemesan. Hwarakadah...kenapa Nisa tidak memberitahu aku, biar aku siap2 tutup kuping! Sesaat setelah aku terlonjak kaget, tidak sengaja pandanganku tertuju kepada para pelayan yang jumlahnya lebih banyak daripada pengunjung. Mereka tertawa senang karena sudah bikin satu orang kaget (barangkali mereka menyimpulkan aku seorang pelanggan baru). Nisa bilang, sebelumnya dia pernah dengar seorang ibu marah-marah waktu dengar bunyi itu, bilang gini "apa sih maksudnya?" Well....aku tidak bisa nyalahin si ibu, karena aku juga rasanya mau marah. Kok Nisa bisa tahan makan di sini ya? Setiap kali ada pesanan baru, aku siap2 tutup kuping untuk menghindari suara tidak menyenangkan itu. Rasa sotonya sih...so so....dibandingkan soto di kantin kampus memang lebih enak, tapi ya...menurut aku biasa saja. Mungkin karena aku kurang soto, atau bad mood karena bunyi gebraaaaknya itu. Satu lagi tempat makan yang kalau boleh dihindari setelah Popeye :)
Tadi malam, aku pulang kantor cukup malam. Jam menunjukkan pukul 8.30...lapar niaaannn...si Adri sudah makan sendirian bersama rekan-rekan yang sedang mengurusi database untuk keuangan. Tinggallah aku dan Nisa yang kelaparan di lab komputer. Dingiiiiiinnnnn....tapi aku musti bertahan, karena Nisa musti selesai kuliahnya semester ini! Dia sudah menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk menyelesaikan studinya paling lambat Agustus 2004, lewat dari waktu tersebut dia akan di-DO. Well...she's one of my best friends, what can I say?. Aku bertekad membantunya sampai titik darah penghabisan (ceila!). Maka tadi malam aku bertahan di lab komputer yang dinginnya bujubune itu untuk menemaninya mencari jurnal. Kebetulan aku punya akses gratis di Proquest dan EBSCO.
Usai mencari jurnal, kita sepakat untuk mencari tempat makan malam. Pilih punya pilih, pilihan jatuh ke Soto Gebraaakkk!!!one of her favorite places to eat. Tempatnya di Margonda, tidak jauh dari tempat tinggalku. Walau begitu seumur hidup aku belum pernah mencoba makan di sana, karena kabarnya orang jantungan dilarang makan disana. Aku jadi tidak tertarik. Bukan karena aku jantungan lho....tapi karena aku kurang suka kejutan saja. Hehehehe.
Sesampai di Soto Gebrak, aku lihat banyak foto Cak Anton (pemilik tempat tersebut) dipajang gede-gede bersama artis-artis, macam Krisdayanti, Mamiek Prakoso, entah siapa lagi. Aku tidak sempat memperhatikan lebih jauh karena pada saat yang sama mereka telah berhasil membuat aku terlonjak kaget. Tiba-tiba aku mendengar suara seperti piring pecah dari arah tukang soto, apa itu? Nisa ketawa geli melihat tampangku yang shock. Ternyata begitulah bunyinya. Tradisi di warung ini adalah, setiap kali pembuat soto selesai meramu sotonya, ia akan membanting sebuah botol warna hijau (mirip botolnya jeannie oh jeannie) yang terbuat dari beling tapi tahan banting. Dengan membanting benda itu dia menyatakan proses pembuatan soto sudah kelar, dan soto sudah boleh diantar (oleh rekannya) ke pemesan. Hwarakadah...kenapa Nisa tidak memberitahu aku, biar aku siap2 tutup kuping! Sesaat setelah aku terlonjak kaget, tidak sengaja pandanganku tertuju kepada para pelayan yang jumlahnya lebih banyak daripada pengunjung. Mereka tertawa senang karena sudah bikin satu orang kaget (barangkali mereka menyimpulkan aku seorang pelanggan baru). Nisa bilang, sebelumnya dia pernah dengar seorang ibu marah-marah waktu dengar bunyi itu, bilang gini "apa sih maksudnya?" Well....aku tidak bisa nyalahin si ibu, karena aku juga rasanya mau marah. Kok Nisa bisa tahan makan di sini ya? Setiap kali ada pesanan baru, aku siap2 tutup kuping untuk menghindari suara tidak menyenangkan itu. Rasa sotonya sih...so so....dibandingkan soto di kantin kampus memang lebih enak, tapi ya...menurut aku biasa saja. Mungkin karena aku kurang soto, atau bad mood karena bunyi gebraaaaknya itu. Satu lagi tempat makan yang kalau boleh dihindari setelah Popeye :)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home