Hari terakhir di WVI
Enam bulan terakhir ini aku telah menghabiskan siang hariku on week days di World Vision, sebuah NGO yang berlokasi di Gondangdia. Setiap ke sana (tidak setiap hari karena statusku di sana hanyalah konsultan) aku menggunakan krl ekonomi. Bisa saja sih menggunakan krl bisnis depok express tapi karena tempat pemberhentiannya tidak strategis buatku, aku hanya menggunakannya sekali-sekali saja, misalnya kalau lagi tidak enak badan atau dengkul belum sembuh dari biru-biru akibat adu dengkul dengan penumpang krl.
Walau krl ekonomi tidak terlalu menyenangkan, tapi aku selalu enjoy the ride, terutama kalau aku berhasil menghindari kelompok-kelompok penghuni kereta yang doyan teriak bersahut-sahutan. Sebuah prestasi bagiku mengingat aku seringkali terjebak di antara mereka. Semakin hari semakin banyak saja ingroup-ingroup (semacam paguyuban) yang terbentuk di kereta. Kalau mereka sudah berkumpul, dan anda jadi outgroup di sana, dijamin tersiksa sepanjang perjalanan. Nggak cewek, nggak cowok, semuanya terlalu akrab menurut aku, sampai peluk-pelukan antara cewek dan cowok. Kupikir mereka pacaran. Nggak lama kemudian cewek yang sama pelukan lagi sama cowok yang lain. Kuputuskan mereka semua sudah gila. Memang banyak cerita yang aku dapat tentang ‘pertemanan’ di kereta, yang kata rumor perselingkuhan bukan sesuatu yang luar biasa. Ah sudahlah, their choices. Mereka biasanya janjian di gerbong berapa, deretan tempat duduk yang mana. Nah, kalau kita bisa selamat dari lokasi janjian mereka, rasanya seperti menang dari pertandingan walaupun dari kejauhan masih terdengar teriakan-teriakan seru yang kadang-kadang terdengar jorok.
Satu hal yang pasti paling aku rindukan adalah obrolan makan siang bersama teman-teman di kantor. Kami bisa ngobrol apa saja, dari politik (ceila!), sosial, ekonomi, sampai hankam, bahkan komplotan si kolor ijo pun bisa jadi topik pembicaraan. Kalau sedang tidak ada topik, kami makan sambil nonton VCD saja. Lumayan. Topik obrolan yang paling aku suka adalah pengalaman-pengalaman mereka ketika keluar kota. Karena WVI bergerak di bidang community development, staf WVI selalu traveling baik di dalam maupun keluar negeri. Pengalaman mereka sangat seru, mulai dari pengalaman pertama naik pesawat (cerita ini mengingatkanku pada kekonyolan-kekonyolan Mr. Bean), pengalaman pertama keluar negeri, sampai ke pengalaman pertama masuk daerah pedalaman Papua. Nyaris membuat aku iri dan ingin bergabung.
Minggu depan aku sudah berada di kantor yang lain lagi (kalau boleh menyebutnya kantor sih). Aku sepertinya memang sudah ditakdirkan untuk bekerja di bidang pendidikan. Selama ini aku mencoba untuk menghindarinya, dengan melamar di semua tempat (berlebihan ding) asalkan bukan sekolahan, tapi gayung tak bersambut. Alhasil aku harus back to campus. Ada baiknya juga, karena aku tidak perlu lagi naik krl. Ini berarti aku tidak harus bertemu dengan komplotan paguyuban krl itu! Aku akan jalan kaki saja dan voila….sampe deh di kantor. Rasanya seperti kuliah lagi, hanya saja kali ini bukan tugas kuliah yang bakal ngejar-ngejar aku, tapi mahasiswa! Ah, si Adri mah seneng-seneng aja, salah satu mahasiswanya Desy Ratnasari sih (Adri ini mantan temen kuliahku yang bakal jadi partner kerjaku mulai februari ini) ---> oooiii cowok-cowok ganteng, pada kuliah dong di pasca f-psi ui! :)))
Sebenarnya aku agak ngeri kerjasama dengan Adri (mudah-mudahan Adri ndak pernah tau blog-ku ini), soalnya kalau bertemu agak lama dengannya, ujung-ujungnya pasti berantem. Aku ingat waktu kita melakukan penelitian di PT CPI Rumbai (Riau) dua tahun yang lalu. Aku dan Adri satu tim waktu itu. Karena perbedaan pendapat tentang bagaimana menyusun laporan, kami bertengkar di jalan sepulang dari mess hall (padahal perut lagi kenyang banget lho!) dan jadi tontonan orang-orang lewat (nggak juga sih, karena jalan kaki di kompleks itu aja sudah cukup mengundang orang memandang iba pada kita, hehehe). Yang mungkin bikin orang lain kagum, sehabis bertengkar kita bisa bekerjasama lagi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya seolah-olah pertengkaran tadi tidak pernah ada. That’s why I liked working with him.
Adios WVI….Adios krl…egh belum ding, karena aku masih hutang satu pelatihan lagi buat staf WVI. Hihihihihi….
Enam bulan terakhir ini aku telah menghabiskan siang hariku on week days di World Vision, sebuah NGO yang berlokasi di Gondangdia. Setiap ke sana (tidak setiap hari karena statusku di sana hanyalah konsultan) aku menggunakan krl ekonomi. Bisa saja sih menggunakan krl bisnis depok express tapi karena tempat pemberhentiannya tidak strategis buatku, aku hanya menggunakannya sekali-sekali saja, misalnya kalau lagi tidak enak badan atau dengkul belum sembuh dari biru-biru akibat adu dengkul dengan penumpang krl.
Walau krl ekonomi tidak terlalu menyenangkan, tapi aku selalu enjoy the ride, terutama kalau aku berhasil menghindari kelompok-kelompok penghuni kereta yang doyan teriak bersahut-sahutan. Sebuah prestasi bagiku mengingat aku seringkali terjebak di antara mereka. Semakin hari semakin banyak saja ingroup-ingroup (semacam paguyuban) yang terbentuk di kereta. Kalau mereka sudah berkumpul, dan anda jadi outgroup di sana, dijamin tersiksa sepanjang perjalanan. Nggak cewek, nggak cowok, semuanya terlalu akrab menurut aku, sampai peluk-pelukan antara cewek dan cowok. Kupikir mereka pacaran. Nggak lama kemudian cewek yang sama pelukan lagi sama cowok yang lain. Kuputuskan mereka semua sudah gila. Memang banyak cerita yang aku dapat tentang ‘pertemanan’ di kereta, yang kata rumor perselingkuhan bukan sesuatu yang luar biasa. Ah sudahlah, their choices. Mereka biasanya janjian di gerbong berapa, deretan tempat duduk yang mana. Nah, kalau kita bisa selamat dari lokasi janjian mereka, rasanya seperti menang dari pertandingan walaupun dari kejauhan masih terdengar teriakan-teriakan seru yang kadang-kadang terdengar jorok.
Satu hal yang pasti paling aku rindukan adalah obrolan makan siang bersama teman-teman di kantor. Kami bisa ngobrol apa saja, dari politik (ceila!), sosial, ekonomi, sampai hankam, bahkan komplotan si kolor ijo pun bisa jadi topik pembicaraan. Kalau sedang tidak ada topik, kami makan sambil nonton VCD saja. Lumayan. Topik obrolan yang paling aku suka adalah pengalaman-pengalaman mereka ketika keluar kota. Karena WVI bergerak di bidang community development, staf WVI selalu traveling baik di dalam maupun keluar negeri. Pengalaman mereka sangat seru, mulai dari pengalaman pertama naik pesawat (cerita ini mengingatkanku pada kekonyolan-kekonyolan Mr. Bean), pengalaman pertama keluar negeri, sampai ke pengalaman pertama masuk daerah pedalaman Papua. Nyaris membuat aku iri dan ingin bergabung.
Minggu depan aku sudah berada di kantor yang lain lagi (kalau boleh menyebutnya kantor sih). Aku sepertinya memang sudah ditakdirkan untuk bekerja di bidang pendidikan. Selama ini aku mencoba untuk menghindarinya, dengan melamar di semua tempat (berlebihan ding) asalkan bukan sekolahan, tapi gayung tak bersambut. Alhasil aku harus back to campus. Ada baiknya juga, karena aku tidak perlu lagi naik krl. Ini berarti aku tidak harus bertemu dengan komplotan paguyuban krl itu! Aku akan jalan kaki saja dan voila….sampe deh di kantor. Rasanya seperti kuliah lagi, hanya saja kali ini bukan tugas kuliah yang bakal ngejar-ngejar aku, tapi mahasiswa! Ah, si Adri mah seneng-seneng aja, salah satu mahasiswanya Desy Ratnasari sih (Adri ini mantan temen kuliahku yang bakal jadi partner kerjaku mulai februari ini) ---> oooiii cowok-cowok ganteng, pada kuliah dong di pasca f-psi ui! :)))
Sebenarnya aku agak ngeri kerjasama dengan Adri (mudah-mudahan Adri ndak pernah tau blog-ku ini), soalnya kalau bertemu agak lama dengannya, ujung-ujungnya pasti berantem. Aku ingat waktu kita melakukan penelitian di PT CPI Rumbai (Riau) dua tahun yang lalu. Aku dan Adri satu tim waktu itu. Karena perbedaan pendapat tentang bagaimana menyusun laporan, kami bertengkar di jalan sepulang dari mess hall (padahal perut lagi kenyang banget lho!) dan jadi tontonan orang-orang lewat (nggak juga sih, karena jalan kaki di kompleks itu aja sudah cukup mengundang orang memandang iba pada kita, hehehe). Yang mungkin bikin orang lain kagum, sehabis bertengkar kita bisa bekerjasama lagi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya seolah-olah pertengkaran tadi tidak pernah ada. That’s why I liked working with him.
Adios WVI….Adios krl…egh belum ding, karena aku masih hutang satu pelatihan lagi buat staf WVI. Hihihihihi….
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home